Perencanaan Keuangan

10 Mitos Perencanaan Keuangan yang Tidak Perlu Dipercaya

Ajaib.co.id – Merencanakan keuangan kamu bisa serupa dengan melangkah di tengah ladang ranjau, jika kamu tidak berhati-hati, maka tamatlah riwayatmu. Selama bertahun-tahun, ranjau tersebut berubah bentuk menjadi lebih menakutkan, yaitu mitos keuangan.

Beberapa individu banyak yang mengaplikasikan mitos tersebut dalam merencanakan keuangannya karena tidak menyadari dan berakhir berantakan.  Mitos kerap kali menjadi masalah yang sulit diatasi karena sejumlah individu mengamininya, sehingga akan tampak sangat aneh jika kalian tidak mengikuti sebuah rekomendasi yang sebenarnya adalah mitos.

Pada artikel ini, kami menyoroti lima kesalahpahaman atau mitos-mitos perencanaan keuangan dan pengelolaan keuangan yang jika diabaikan begitu saja, akan membahayakan kondisi keuangan. Mulai dari tentang investasi, menabung, hingga penasihat keuangan, berikut beberapa miskonsepsi yang sering terjadi ketika melakukan perencanaan keuangan. Apakah kamu pernah melakukan salah satunya?

10 Mitos tentang Keuangan yang Salah

1. 100 dikurangi umur adalah jumlah uang yang seharusnya kamu miliki di investasi

Ini mungkin aturan yang paling sering diterapkan karena cukup populer. Intinya, 100 dikurangi total umur kamu adalah uang yang seharusnya kamu investasikan dalam sebulan.

Misal seseorang berusia 50 tahun, maka dia harus menyimpan 50 persen pendapatannya untuk investasi. Lain hal jika seseorang berumur 60 tahun, 60% pendapatan dan 40% digunakan untuk investasi. 

Menurut Michel Jack selaku Wakil Presiden Private Wealth Management Investor Group, hitung-hitungan ini adalah generalisasi yang sangat kasar. Alasannya sangat jelas, yang pertama, pendekatan ini tidak memperhitungkan target individu, waktu pengalaman investasi, dan toleransi terhadap profil risiko.

Untuk individu dengan total kekayaannya yang besar, pendekatan ini akan terdengar kuno, sebab mereka yang telah lama menabung dan berinvestasi ingin menjaga jumlah aset yang tidak perlu diletakkan di instrumen investasi tetapi portofolionya tetap tumbuh. Namun, perlu diingat meski mitos, semua orang tetap membutuhkan strategi alokasi uang yang efektif seiring bertambahnya usia. 

2. Orang kaya tidak memiliki rencana keuangan 

Mitos perencanaan keuangan lainnya adalah yang beranggapan bahwa orang-orang yang kaya raya tidak memiliki rencana keuangan yang matang. Selama pemasukan mereka masih terus mengalir dan uang ada di bank, mereka tidak perlu repot-repot membuat strategi perencanaan keuangan untuk ke depannya.

Ini adalah mitos yang sangat tidak tepat. Menurut Jack, orang kaya manapun tanpa memiliki rencana keuangan yang matang justru hanya membuang-buang kekayaannya dan bisa berpotensi mengalami kebangkrutan.

Tanpa perencanaan keuangan, individu akan cenderung untuk lebih mudah mengabaikan hal-hal penting, seperti pajak atau biaya perawatan rumah. Jika dua hal tersebut tidak dipikirkan dengan matang, justru menjadi senjata makan tuan dan mengikis kekayaan perlahan-lahan. 

3. Perencana keuangan hanya bertujuan untuk membantu investasi

Mungkin mitos ini dulu tepat, tetapi seiring berjalannya waktu, pendekatan tersebut kini berubah menjadi mitos. Perencana keuangan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk berinvestasi di waktu sebelumnya dan kini fokus di semua aspek, mulai dari mengatur keuangan, perencanaan pajak, asuransi, hingga strategi bisnis kecil

Pada dasarnya, mereka akan berurusan dengan apapun yang berhubungan dengan kekayaan kliennya. Menurut Jack, investasi adalah aspek perencanaan keuangan yang paling nyata dan dibahas secara luas, tetapi itu adalah bagian dari seluruh rencana untuk mendorong aspek yang lain. 

4. Orang tidak benar-benar membutuhkan perencana keuangan

Dengan semua tips trik perencanaan keuangan mandiri yang beredar di luar sana, banyak orang percaya bahwa mereka tidak benar-benar membutuhkan perencana keuangan. Jika kamu sedang merencanakan keuangan, pertimbangkan untuk mendapatkan bantuan dari profesional untuk melakukan pekerjaan tersebut. 

Seorang perencana keuangan tidak hanya menyediakan informasi, tetapi juga memiliki keahlian untuk merealisasikan ide di benak kamu tentang apa yang ingin dicapai secara finansial, tetapi kamu perlu mengkonkretkan dan cara terbaik untuk melakukannya bersama-sama.

Dengan bantuan profesional keuangan, kamu dapat menentukan strategi yang tepat, memahami peraturan dan kebijakan, dan membantu orang mengatasi bagian paling sulit dari perencanaan keuangan, yaitu menabung.

5. Perencanaan pensiun tidak penting hingga mencapai umur yang dianggap tua

Saat masa tua segera tiba, sebaiknya kita mulai merencanakan perencanaan pensiun, bukan? Sama sekali salah dan ini adalah mitos perencanaan keuangan. Setiap orang harus mulai memikirkan strategi perencanaan pensiun sedini mungkin, tetapi yang jelas sebelum berumur 30an tahun. 

Membuat perencanaan pensiun lebih awal juga dapat membantu untuk beradaptasi dengan menghadapi perubahan dan kehidupan di situasi keuangan di masa yang sulit di waktu yang akan datang. Merencanakan keuangan bisa dimulai dari 20, 30, atau 40 tahun sebelum pensiun, yang memberikan individu banyak waktu untuk penyesuaian gaya hidup. 

6. Kamu akan mewariskan kekayaan dari orang tua  

Kamu mungkin mengharapkan untuk menerima warisan dari orang tua, itu hebat. Namun, bukan berarti kamu tidak membutuhkan rencana keuangan. Lagipula, kecil kemungkinan kamu tahu kapan warisan tersebut akan diturunkan atau jumlah warisan yang akan kamu terima. Tentu pada akhirnya, kamu akan membutuhkan perencanaan keuangan, bukan? 

7. Menabung lebih baik daripada investasi

Banyak orang yang khawatir ketika memulai investasi karena menganggap investasi hanya untuk orang kaya yang banyak uang dan punya risiko besar. Padahal, investasi punya banyak jenis dengan risiko yang bermacam-macam, mulai dari risiko rendah hingg tinggi. Selain itu, investasi juga lebih menguntungkan daripada menabung karena imbal hasil yang didapatkan bisa sangat jauh berbeda. Meskipun memiliki risiko, investasi bisa dilakukan dengan memanfaatkan berbagai instrumen investasi yang sangat beragam mulai dari reksa dana, emas, deposito, hingga saham. Meskipun begitu, menabung juga harus dilakukan karena uang tabungan sewaktu-waktu bisa ditarik dengan mudah dan bisa juga dijadikan sebagai dana darurat.

8. Utang memberikan dampak buruk

Utang memang berdampak buruk jika digunakan untuk kebutuhan konsumtif seperti membeli gadget, pakaian yang harganya di luar batas kemampuan finansial. Belum lagi jika kamu telat membayarnya, maka akan ada bunga dan denda yang akan dikenakan dan berdampak buruk pada keuangan pribadi.

Namun, tidak semua utang itu konsumtif, ada juga yang produktif bahkan sangat diperlukan. Misalnya dengan berutang untuk pinjaman modal di pinjaman online adalah salah satu utang produktif jika digunakan untuk membangun usaha. Kredit kepemilikan rumah juga menjadi produktif karena memperbanyak jumlah aset.

9. Uang cash lebih mudah diatur

Memiliki dan menyimpan uang cash memang lebih mudah untuk dikelola, kamu tidak perlu membayar biaya potongan administrasi, sehingga uang tidak akan tergerus. Namun, memiliki dan menyimpan uang cash juga memiliki kelemahan, yaitu rentan terjadi kehilangan. Kamu pun tidak bisa melacak dan menahannya agar tidak dicuri orang lain. Berbeda halnya dengan kartu debit, kamu akan lebih mudah memblokir penggunaan kartu jika kartu tersebut hilang dengan cara menghubungi bank.

10. Kartu kredit membuat anda boros

Kartu kredit membuat kamu lebih konsumtif dan boros adalah mitos selanjutnya. Keinginan membeli bukan karena kamu memiliki kartu kredit namun karena kamu merasa bahwa kamu bisa membayar semua tagihan yang akan datang. Jangan salahkan kartu kredit yang, karena sebenarnya banyaknya tagihan tersebut karena keinginan yang tidak berbendung dan cenderung anggap remah terhadap tagihan tersebut. Padahal kamu bisa menggunakan kartu kredit jika dalam keadaan mendesak dan merasa sangat penting. Dengan begitu tagihan yang kamu miliki tidak besar dan kamu bukan menjadi orang konsumtif.

Dengan mengetahui mitos perencanaan keuangan yang sering terjadi, kini tinggal selangkah lagi membuat perencanaan keuangan yang matang untuk masa pensiun yang lebih baik.

Artikel Terkait