Investasi

6 Faktor yang Memengaruhi Kurs Mata Uang Asing Naik Turun

6 Faktor yang Memengaruhi Kurs Mata Uang Asing Naik Turun

Ajaib.co.id. Kurs mata uang Rupiah dengan mudah melorot akibat dampak penyebaran Virus Corona selama beberapa waktu belakangan. Meskipun menjadi salah satu negara yang terjangkit Corona paling belakangan di Asia Tenggara, nyatanya fakta ini tak berhasil menyelamatkan nilai rupiah di pasar keuangan.

Berdasarkan pemberitaan CNBC Indonesia, Pada Selasa (17/3/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 15.083. Rupiah melemah signifikan 1,79% dibandingkan posisi sehari sebelumnya dan menyentuh titik terlemah sejak November 2018. Sementara itu, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 1,05 persen atau 155 poin ke level Rp14.933 pada akhir perdagangan

Rupiah dan mata uang Asia lainnya cenderung tak berdaya menghadapi sentiment kekagetan pasar akibat pemangkasan suku bunga Federal reserve secara tiba-tiba. Bank sentral Amerika ini memang secara mendadak melakukan pemangkasan suku bunga acuannya sebesar 100bps menjadi 0,25 persen. Sebelumnya, pada awal Maret lalu Bank Sentral AS itu memotong suku bunganya sebesar 50bps menjadi 1,25 persen. Secara year to date total suku bunga acuan The Fed telah berkurang 1,5 persen.

Langkah The Fed sebagai bank sentral negara perekonomian besar memberikan dampak domino sehingga bank lain juga melakukan pemangkasan. Selain itu, tindakan ini menjadi indikasi jika ekonomi global sebenarnya lebih terdampak daripada yang terlihat dengan adanya virus Corona ini.

Kurs mata uang menjadi melemah juga dengan kecenderungan investor untuk menanamkan uangnya pada investasi aman seperti emas yang merupakan safe haven. Sedangkan saham dan mata uang yang merupakan instrumen berisiko semntara dihindari sampai dengan kondisi yang lebih baik bagi pasar keuangan.

Meski demikian, kurs mata uang Rupiah tidak mengalami penurunan sendirian karena berbagai mata uang negara Asia juga mengalaminya. Hanya saja memang tingkatannya jauh lebih dalam dibandingkan negara lainnya.

Berdasarkan data Bloomberg, dalam kurun waktu sebulan, rupiah sudah anjlok nyaris 8%. Sedangkan rupee India, ringgit Malaysia dan won Korea Selatan melemah di kisaran 3%. Baht Thailand terkoreksi hampir 3%. Dolar Singapura dan peso Filipina melemah di kisaran 1%, yuan 0,46%.

Mengutip dari Katadata, kurs mata uang rupiah mengalami pukulan berat belakangan lantaran pemerintah baru mengumumkan temuan kasus positif corona. Ditambah lagi, Organisasi Kesehatan Internasional (WHO) baru menetapkan situasi pandemi untuk penyakit terkait virus ini. Indonesia juga merasakan dampak dari melambatnya kegiatan ekonomi di Cina karena banyaknya kerjasama ekonomi yang berlangsung antar kedua negara.

Kepemilikan investor asing di pasar saham maupun Surat Berharga Negara (SBN) juga cukup besar sehingga ketika investor memutuskan angkat kaki karena khawatir maka pasar langsung nelangsa. Selain itu, kurs mata uang rupiah juga terdampak akan neraca valas yang memang tidak seimbang.

Akibatnya investor beralih ke mata uang lain yang lebih kuat misalnya saja yen Jepan atau dollar Amerika Serikat. Selain itu, pilihan lainnya yakni investasi emas apalagi didorong oleh harga emas dunia yang terus meningkat sehingga kurs mata uang terus terkulai.

Fluktuasi Kurs Mata Uang, Apa Penyebabnya?

Nilai tukar kurs mata uang rupiah yang anjlok terhadap dollar Amerika Serikat rasanya bukan pertama kali kita dengar. Pengalaman yang paling dikenang mungkin ketika masa reformasi yang mencapai rekor nyaris Rp17.000 pada masa itu. Padahal sebelumnya nilai tukar rupiah berkisar di angka Rp2.000.

Karena itulah, masyarakat awam punya pendapat jika kurs mata uang yang terus melonjak menjadi pertanda akan pelemahan ekonomi dan krisis yang akan dihadapi. Karena itu, kabar akan kurs mata uang rupiah yang turun terus akibat Virus Corona jelas mengkahwatirkan akan ditakurkan perekonomian domestik tak akan sanggup bertahan.

Namun mari singkirkan dulu kekhawatiran itu dan ketahui alasan sejumlah mata uang lain lebih dominan dibandingkan mata uang lainnya. Selama ini kita mengenal dollar Amerika Serikat, Euro Eropa, Poundsterling Inggris dan Yen Jepang merupakan salah satu mata uang paling kuat. Beberapa mengatakan alasannya karena perekonomiannya yang relatif stabil. Namun apakah benar demikian?

US Dollar, GB Pound Sterling, Euro, JPN Yen, dan sebentar lagi Yuan adalah deretan mata uang asing yang telah diakui sebagai mata uang utama dunia. Sejak Perang Dunia ke-2, ke-5 mata uang asing tersebut sudah malang-melintang di perdagangan dunia, bergantian mendominasi transaksi perdagangan antar negara, menyebabkan naik-turunnya kurs masing-masing.

Mengapa Mereka Bisa Menjadi Mata Uang Asing Utama Dunia

Ada 2 alasan yang menyebabkan sebuah mata uang menjadi mata uang utama di seluruh dunia. Jika selama ini yang kamu tau hanya dollar ternyata ada beberapa lagi mata uang yang utama, dan sudah kita bahas di awal tadi. Lalu kenaoa hanya beberapa mata uang saja? Ini alasannya:

  1. Mata uang itu dapat digunakan untuk melaksanakan perdagangan skala internasional.
  2. Negara pemilik mata uang tersebut memiliki kemampuan mempengaruhi kinerja perekonomian dunia.

Paska Perang Dunia ke-2, perekonomian negara Eropa hancur, hingga harus meminjam uang dari Amerika Serikat untuk membangunnya kembali, dengan syarat menyerahkan cadangan emas. Amerika pun mendapatkan banyak emas plus posisi tawar lebih tinggi terhadap negara yang berutang, sehingga leluasa menerapkan politik luar negerinya. Itulah yang dimaksud dengan “mampu memengaruhi”.

Kini Amerika Serikat kewalahan karena cadangan minyak bumi menipis, pengaruh China berkembang berkat kemampuan penyediaan produk teknologi strategis, sehingga Yuan mulai jadi acuan.Menyadari sektor pangan punya potensi keberlanjutan permintaan yang lebih tak berbatas, kini semua negara besar berusaha mendominasi sektor penyediaan pangan, demi memiliki pengaruh dominasi.

Mampukah Rupiah menjadi pemenangnya? Siapa tahu? Semua tergantung niatnya, kan?

6 Faktor yang Menyebabkan Kurs Mata Uang Naik Turun

Kurs mata uang suatu negara digunakan untuk mengukur level perekonomian negara tersebut, dan menjadi indikator penting dalam hubungan perdagangannya dengan Negara lain.

1. Perbandingan Tingkat Inflasi Antar Dua Negara

Suatu negara yang tingkat inflasinya konsisten rendah akan lebih kuat nilai tukar mata uangnya dibandingkan negara yang inflasinya lebih tinggi karena itu artinya daya beli (purchasing power) mata uang tersebut relatif lebih besar dari negara lain.

2. Perbandingan Tingkat Suku Bunga Antar Dua Negara

 Bank sentral bisa mempengaruhi inflasi dan nilai tukar mata uang dengan mengubah tingkat suku bunga suatu negara. Suku bunga yang lebih tinggi akan meningkatkan permintaan atas mata uang negara tersebut, sehingga otomatis mendongkrak nilai tukar mata uang negara tersebut.

3. Neraca Perdagangan

Bila suatu negara membayar lebih banyak ke negara partner dagangnya dibandingkan sebaliknya, maka neraca perdagangan negara itu disebut defisit. Negara tersebut jadi membutuhkan lebih banyak mata uang negara partner dagangnya, sehingga menyebabkan kurs mata uangnya terhadap mata uang negara partnernya melemah. Keadaan sebaliknya disebut surplus.

4. Utang Publik (Public Debt)

 Public debt membengkak jika anggaran domestik pembiayaan proyek-proyek kepentingan publik dan pemerintahan suatu negara defisit, yang bisa ditutup dengan menjual bond pemerintah atau mencetak uang, – yang tentunya akan mengarahkan ke inflasi. Inflasi dan gagal bayar yang mengakibatkan peringkat utang turun jelas memperlemah kurs.

5. Perbandingan Harga Ekspor & Impor

Jika harga ekspor meningkat lebih cepat dari harga impornya, kurs suatu negara tersebut cenderung menguat. Begitu pun sebaliknya.

6. Stabilitas Politik & Ekonomi

 Semua Investor mencari negara berkinerja ekonomi bagus dan situasi politik stabil. Minat investor berinvestasi akan meningkatkan kurs mata uang suatu negara.

Jadi, negara mana yang akan punya kurs mata uang terkuat? Apakah yang mampu mendominasi suplai pangan dunia? Lihat saja nanti, apakah alam akan mendukung usaha dominasinya itu. Keberadaan virus Corona juga secara tidak langsung menguji kekuatan mata uang setiap negara. Selain itu, mari kita berharap jika kurs mata uang rupiah menguat seiring dengan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ya.

Bacaan menarik lainnya:

World Bank/International Finance Corporation (2013). Doing business (2013): Smarter regulations for small and medium-size enterprises. 10th Edition. IBRD: Washington, DC


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait