Saham

Yuk Intip Kinerja dari Adaro Energy Selama 5 Tahun Terakhir

adaro energy

Ajaib.co.id – Sejak awal berdiri hingga sekarang, PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) semakin berkembang secara dinamis. Dalam artikel ini kita akan membahas bersama-sama bagaimana kinerja dari Adaro Energy dalam lima tahun terakhir.

Namun, sebelum mengulasnya lebih dalam sebaiknya kita ketahui dulu profil perusahaan dan ringkasan bisnisnya berikut ini.

Profil Singkat dan Ringkasan Bisnis Adaro Energy

Buat yang belum tahu, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) merupakan perusahaan tambang batu bara terpadu yang memiliki basis di Indonesia. Adaro beserta sejumlah anak perusahaannya bergerak di sektor pertambangan batu bara, perdagangan batu bara, infrastruktur, jasa kontraktor penambangan, logistik batu bara dan terlibat dalam aktivitas pembangkit tenaga listrik.

Perusahaan ini sendiri mulai beroperasi sejak Juli 2005. Masing-masing anak perusahaannya memiliki posisi yang independen serta pusat keuntungan terintegrasi demi mewujudkan Adaro Energy yang kompetitif dan dapat diandalkan dalam hal produksi dan suplai batu bara.

Tidak menutup kemungkinan di waktu yang akan datang, Adaro akan mendaftarkan anak perusahaannya masuk bursa Efek Indonesia (BEI) guna mendukung perkembangan dan pertumbuhan perusahaan.

Lewat anak perusahaan Adaro Indonesia, perusahaan ini menjalankan proyek konsesi di Kalimantan Selatan yang menjadi lokasi utama pertambangan Adaro Energy dengan melibatkan tiga tambang. Tiga tambang tersebut adalah Tutupan, Wara, dan Paringin.

Batu bara yang diproduksi oleh Adaro sebagian besarnya disuplai untuk pembangkit tenaga listrik kelas atas di Indonesia hingga seluruh dunia. Disamping itu, Adaro juga memiliki aset pertambangan di beberapa wilayah, yakni Sumatera Selatan, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Tengah.

Selain itu, Adaro merupakan salah satu dari lima eksportir penyuplai batu bara termal dunia melalui jalur laut dan juga supplier terbesar di pasar domestik. Dari segi produksinya, Adaro menghasilkan batu bara berjenis sub-bituminos yang lebih dikenal dengan sebutan Envirocoal.

Jenis batu bara ini punya kualitas tinggi, dan tingkat polutan yang rendah dengan kandungan abu sangat sedikit, Nox dan sulphur, serta nilai panas menengah ke bawah mulai dari 4.000 kilocalorie/kilogram (kcal/kg) ke 5.000 kcal/kg pada basis gross as received (GAR).

Namun, dikarenakan industri tambang batu bara pernah mengalami anjloknya harga batu bara sejak akhir 2000-an, maka Adaro Energy lebih berfokus pada sektor pembangkit listrik dengan membangun pembangkit listrik tenaga batu bara.

Didukung dengan cadangan batu bara yang tinggi dan permintaan listrik Indonesia terus meningkat, diharapkan segmen bisnis pembangkit tenaga listrik dapat menjadi aset penting bagi Adaro. Karena di sektor ini Adaro mampu menerima pendapatan dan arus kas yang cukup stabil, dan dapat mengimbangi dampak negatif dari harga batu yang volatil.

Kinerja Adaro Energy Dalam Lima Tahun Terakhir

Dalam lima tahun terakhir, kinerja Adaro Energy ini terus mengalami perkembangan secara dinamis dan mendapat pengaruh dari pergerakan harga batu bara. Berdasarkan laporan keuangan Adaro di tahun 2015, tercatat perusahaan tambang batu bara ini menerima pendapatan mencapai US$ 2,68 miliar. Sedangkan laba bersihnya diperoleh sebesar US$ 152,44 juta.

Lalu bergeser ke tahun 2016, pendapatan Adaro sempat turun menjadi US$ 2,52 miliar. Tetapi laba bersih yang mampu dihasilkan perusahaan meningkat menjadi US$ 334,62 juta.

Kemudian pada 2017, pendapatan Adaro mengalami kenaikan menjadi US$ 3,25 miliar dengan diikuti naiknya laba bersih perusahaan menjadi US$ 483,29 juta. Tahun 2018, Adaro kembali cetak peningkatan pendapatan menjadi sebesar US$ 3,61 miliar namun laba bersihnya justru menurun jadi US$ 417,72 juta.

Sayangnya, tahun 2019 pendapatan Adaro Energy kembali turun ke angka US$ 3,45 miliar beserta laba bersihnya yang juga jatuh menjadi US$ 404,19 juta.

Sementara dari segi operasionalnya, Adaro mampu memproduksi batu bara sebanyak 51,46 juta ton di tahun 2015. Lalu meningkat pada tahun 2016 menjadi 52,64 juta ton. Setelah itu pada 2017, produksi batu bara Adaro turun menjadi 51,79 juta ton.

Selanjutnya Adaro mampu kembali menaikkan produksi batu baranya ke level 54,04 juta ton pada 2018. Di tahun 2019, produksi batu baranya juga sukses meningkat menjadi 58,03 juta ton.

Menurut Head of Corporate Communication Adar Energy, Febriati Nadira mengemukakan pendapatnya bahwa pada dasarnya harga adalah hal yang tidak dapat dikontrol. Maka, sangat wajar jika sentiment seperti itu sangat mempengaruhi pendapatan dan laba bersih Adaro dalam beberapa tahun terakhir.

Meski demikian, Adaro terus mengupayakan mempertahankan kinerjanya tetap solid melalui model bisnis yang mereka miliki secara terintegrasi, mulai dari tambang batu bara sampai pembangkit listrik. Dengan adanya model bisnis tersebut dapat membantu perusahaan untuk tidak bergantung pada fluktuasi harga batu bara.

Selain itu, Adaro masih memiliki sejumlah anak perusahaan yang jadi pilar utama, diantaranya ada Adaro Mining, Adaro Logistics, Adaro Power, dan Adaro Service.

Kemudian ada pula empat anak perusahaan Adaro Energy yang mengawasi bisnis pendukungnya, seperti Adaro Water, Adaro Capital, Adaro Foundation, dan Adaro Land. Seluruh anak usahanya ini terlibat dalam setiap aktivitas pasokan batu bara. Oleh karena itu, Adaro dapat mengontrol biaya dan juga menjaga efisiensi dengan lebih leluasa.

Manajemen Adaro tetap yakin dan optimis terhadap fundamental pasar batu bara dalam beberapa tahun ke depan bakal meningkat. Disamping itu, perusahaan juga terus berupaya menerapkan strateginya yang dirancang untuk bisnis berkelanjutan. Adaro Energy juga berusaha tetap menjaga tingkat produksi batu bara agar dapat mengamankan cadangan batu bara dalam jangka panjang.

Artikel Terkait