Bisnis & Kerja Sampingan

Warteg, Bisnis Kuliner Konvensional yang Menggiurkan

warteg

Ajaib.co.id – ‘Warung tegal’ atau sering disingkat ‘warteg’ sudah tak terdengar asing lagi di telinga banyak orang Indonesia. Seperti banyak menu yang disajikannya, warteg bisa menjadi bisnis yang menggiurkan. Meski begitu, bisnis kuliner ini tak ‘kebal’ terhadap sejumlah tantangan.

Bisnis warung makan ini telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir dari aspek strategi pemasaran. Tak hanya bisa dilakukan secara mandiri, franchise bisnis warung tegal kini juga telah tersedia.

Menjamurnya bisnis warung tegal tak terlepas dari potensi keuntungan yang diraihnya. Sebenarnya, berapa sih keuntungan dari bisnis ini? Berikut estimasi modal dan keuntungannya.

·    Sewa tempat sebulan: Rp2 juta

·    Peralatan masak dan makan: Rp15 juta

·    Bahan baku sebulan: Rp25 juta

·    Gaji pegawai: Rp6 juta

·    Biaya lain-lain: Rp5 juta

Total: Rp53 juta

Ternyata, modal bisnis ini cukup besar ya. Tapi, modal besar itu berpotensi tertutupi dengan keuntungan yang besar pula. Estimasi pelanggan, misalnya, dalam sebulan mencapai 100 orang.

Setiap orang rata-rata makan di warteg seharga Rp20 ribu, itu sudah termasuk minuman.  Maka, dalam satu bulan atau 30 hari, pelaku usaha ini akan mendapatkan pendapatan kotor atau omzet sekitar Rp60 juta. Modal awalnya tadi adalah Rp53 juta.

Jadi, pelaku usaha warteg bisa meraup laba sebesar Rp60 juta – Rp53 juta = Rp7 juta dalam sebulan. Pendapatan ini bisa meningkat karena pelaku usaha tersebut tak perlu lagi membeli peralatan masak dan makan lagi untuk bulan-bulan berikutnya.

Pangsa pasar yang luas dan harga kompetitif adalah dua dari sekian kelebihan bisnis kuliner tersebut. Walaupun memiliki berbagai kelebihan, bisnis warteg harus mempertimbangkan sejumlah faktor sebelum memulainya. Berikut adalah beberapa faktor pertimbangan sebelum memulai bisnis warteg.

Mengidentifikasi Target Pasar

Identifikasi terhadap target pasar adalah keharusan dalam menjalankan bisnis apa pun. Tak terkecuali pada bisnis warteg. Warteg yang menyasar anak muda, misalnya, bisa menyajikan menu ‘kekinian’.

Warung tegal yang menyasar anak kuliahan, contoh lainnya, bisa menyajikan menu yang mengedepankan porsi. Pasalnya, anak kuliahan cenderung mencari tempat makan yang menawarkan porsi banyak dengan harga terjangkau.

Menentukan Lokasi yang Strategis

Lokasi memainkan peranan penting dalam banyak usaha kuliner, termasuk warteg. Terlebih bila usaha kuliner tersebut mengandalkan penjualan secara offline.

Lokasi yang strategis, seperti di tengah pemukiman penduduk, dapat menjadi nilai tambah tersendiri. Lokasi yang baik juga berarti mudah diakses dan dicari oleh calon konsumen.

Menyediakan Fasilitas

Fasilitas juga penting untuk dipertimbangkan. Pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang, misalnya, ketersediaan pencuci tangan menjadi hal yang mutlak. Ketersediaan fasilitas sebaiknya terkait dengan target pasar dan lokasi warung tegal.

Warteg yang berada dekat dengan kampus, contohnya, bisa menyediakan ruangan ber-AC, WiFi gratis, atau tempat makan secara lesehan. Warung tegal yang Instagramable pun dapat menarik minat calon konsumen, khususnya anak muda.

Menyajikan Menu Sehat, Bersih, dan Beragam

Pelaku usaha kuliner harus kreatif. Kreativitas tersebut bisa diaplikasikan pada aneka menu yang tersaji. Utamakan menu yang sehat, bersih, dan bervariasi.

Jangan pula kesampingkan cita rasa menu itu sendiri. Telur dadar, misalnya, bisa dikombinasikan dengan mencampurnya dengan sosis.

Yang jelas, cukup banyak variasi menu yang dikreasikan pada usaha kuliner. Pastikan pula, bahan baku yang digunakan selalu dalam kondisi segar.

Menentukan Harga Kompetitif

Satu hal lagi adalah apalagi kalau bukan soal harga makanan dan minuman. Harga masih menjadi isu ‘sensitif’ bagi pelanggan dalam usaha kuliner. Produk yang lebih mahal sedikit saja bisa mempengaruhi keputusan pelanggan.

Jadi, menentukan harga harus dipertimbangkan dengan masak agar bisa mendulang ‘cuan’.

Menerapkan Strategi Pemasaran yang Tepat

Pelaku bisnis warteg juga bisa menerapkan sejumlah pemasaran yang tepat. Salah satunya adalah mendaftarkan usahanya pada berbagai platform penyedia layanan makanan on-demand atau bisa delivery order.

Strategi pemasaran lainnya ialah menawarkan menu tertentu secara gratis bagi orang yang berprofesi tertentu pula, misalnya es teh manis gratis bagi pengemudi ojek online. Intinya, kreativitas pemasaran dapat menunjang angka penjualan bisnis ini.

Bisnis warteg kini makin dimudahkan dengan adanya skema franchise. Bak restoran ternama lainnya, peminat bisnis warteg bisa memilih skema franchise, seperti yang ditawarkan oleh Warteg Kharisma Bahari.

Franchise warteg dijalankan seperti waralaba lain pada umumnya. Namun, franchise warung tegal lebih dekat di ‘mata’ masyarakat karena dikenal sebagai tempat makan ‘sejuta ummat’.

Sejumlah kelebihan franchise warteg antara lain:

·    Calon pelaku bisnis cukup menyediakan modal

·    Sistem manajemen telah tertata

·    Mudah mencari supplier karena franchisor sudah menyediakan bahan bakunya

·    Memiliki jaringan luas

·    Promosi mudah

Selain kelebihan, franchise warung tegal juga memiliki beberapa kekurangan, yakni

·    Kurangnya kendali untuk berkreasi

·    Potensi munculnya perdebatan karena perbedaan keinginan

·    Modal yang lebih besar untuk franchise tertentu

Meski menjanjikan, bisnis warteg dapat tergerus oleh berbagai faktor. Terkini adalah pandemi Covid-19. Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara) menyatakan, ribuan pelaku usahanya terdampak pandemi Covid-19.

Indikasinya dapat dilihat pada rumah-rumah pelaku usaha warteg. Pada umumnya, para pelaku usaha warteg berasal dari Kabupaten Tegal, Kota Tegal, dan Kabupaten Brebes. Saat kondisi normal, rumah-rumah pelaku usaha warteg umumnya kosong karena mereka menjalankan bisnis kulinernya di sejumlah wilayah lainnya, seperti Jakarta.

Pada masa pandemi Covid-19, rumah-rumah pelaku bisnis warteg terisi hampir 50%. Ini bisa dipastikan sebagian pelaku usaha tidak membuka wartegnya atau membatasi jam operasional.

Jumlah warteg di Jabodetabek saja berjumlah sekitar 50 ribu. Jadi, Kowantara memperkirakan lebih dari 20 ribu pengusaha warteg terdampak pandemi Covid-19.

Artikel Terkait