Ajaib.co.id – Dalam berinvestasi sangat perlu dan penting untuk memerhatikan risikonya. Khususnya bagi pemula, sebelum memulai investasi harus tahu apa yang dinamakan toleransi risiko.
Maksud dari toleransi risiko ini adalah seberapa besar kemampuan seseorang dalam menerima risiko yang timbul dari investasi pilihannya. Tujuannya untuk mengetahui tingkat penerimaan atau toleransi risiko investasi.
Misalnya jika kamu tertarik untuk membeli reksa dana, maka ada kuesioner profil risiko dari manajer investasi yang harus kamu isi terlebih dahulu.
Yang namanya risiko pasti berpotensi menghadirkan peristiwa yang tidak sesuai harapan. Perubahan suku bunga, inflasi, volatilitas pasar, politik, dan lainnya merupakan faktor-faktor yang dapat mengurangi imbal hasil dari investasi.
Istilah “high risk high return” mungkin sudah sering kamu dengar, yang artinya risiko investasi yang besar menghasilkan imbal hasil yang besar juga.
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai penentu profil risiko calon investor.
Pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner biasanya meliputi tujuan kamu berinvestasi, kondisi keuangan saat ini, jangka waktu investasi, dan juga usia.
Kok ada usia? Memang penting? Jelas penting karena faktor usia seseorang ternyata sangat berpengaruh dalam menentukan toleransi risiko berinvestasi.
Usia Menentukan Toleransi Risiko Investasi, Kenapa?
Ada yang bilang usia hanyalah angka, dan kesuksesan itu tidak mengenal usia. Seseorang bisa memulai bisnis atau melakukan sesuatu yang membuatnya menjadi sukses dan kaya kapanpun.
Akan tetapi jika berbicara soal toleransi risiko investasi, usia sangat menentukan.
Ketika usia muda, kamu akan bekerja keras dan mencari pekerjaan sampingan supaya dompet tetap tebal. Dengan begitu, apabila investasimu mengalami kegagalan masih dapat mencari sumber pendapatan lain untuk menutupi kerugiannya.
Nah, jika usia mulai beranjak tua dan telah pensiun, apakah investasi dengan risiko tinggi masih cocok untuk dipilih?
Tentunya kurang tepat, karena hal tersebut juga mempengaruhi tujuan investasi dan tingkat risiko yang dapat diterima orang tersebut.
Ada beberapa fase usia penerima risiko investasi yang harus kamu cermati berikut ini.
1. Fase Akumulasi (20 – 35 tahun)
Fase akumulasi ini adalah fase ketika seseorang memulai membangun karirnya, maupun baru berkeluarga. Acuannya terjadi pada periode masih aktif bekerja, merencanakan, hingga membangun investasi pada tabungan mereka.
Di kisaran umur 20-35 tahun, pendapatan seseorang terbilang lumayan, serta pengeluaran yang belum terlalu banyak.
Di fase inilah calon investor masih dapat memilih investasi dengan risiko yang tinggi demi mendapatkan return yang besar.
Contohnya, menyisihkan sebagian besar pendapatan untuk diinvestasikan ke saham, karena dalam jangka panjang mampu menghasilkan imbal hasil yang tinggi.
Kalau kamu masih muda dan tertarik untuk berinvestasi saham, Ajaib jadi pilihan menarik yang menawarkan beragam saham-saham terbaik untuk dibeli. Melalui aplikasi Ajaib, investasi terasa mudah dan dapat dilakukan kapanpun dengan fitur-fitur menarik.
Selain saham, ada juga pilihan investasi reksa dana jika kamu tidak tertarik dengan saham. Return reksa dana yang bisa kamu peroleh dapat mencapai 25% lebih.
2. Fase Konsolidasi (36 – 52 tahun)
Pada fase konsolidasi, karir yang sedang dibangun investor ada di pertengahan hingga mencapai puncaknya. Di usia ini, penghasilan dan juga pengeluaran semakin besar dikarenakan harus mempersiapkan pendidikan untuk anak.
Biasanya umur 50 tahun sudah mulai mendekati masa pensiun, maka pilihan investasinya mungkin lebih baik diarahkan ke obligasi atau reksa dana pendapatan tetap dengan tingkat risiko investasi moderat atau menengah.
3. Fase Pembelanjaan (53 – 65 tahun)
Berada di fase ini berarti kamu telah memasuki periode pensiun. Pada masa ini kamu hanya tinggal menikmati hasil investasi yang kamu tanamkan selama fase akumulasi dan konsolidasi.
Pendapatan jelas akan menurun signifikan dikarenakan usia yang sudah tidak lagi produktif dan cenderung bergantung pada tabungan hasil dari investasi.
Dengan demikian, investor biasanya tidak memiliki cukup keberanian untuk mengambil risiko yang tinggi sehingga akan beralih ke produk investasi yang tingkat risikonya kecil.
Meski begitu, ketiga fase di atas belum tentu valid karena profil risiko memiliki sifat yang personal dan dinamis. Maksudnya, kembali ke masing-masing individunya.
Bisa jadi dengan bertambahnya umur, seorang investor merasa memiliki pengetahuan yang luas terhadap investasi sehingga meyakinkannya untuk memilih produk dengan tingkat risiko investasi tinggi.
Sementara bagi investor pemula tidak ada salahnya memulai investasi pada instrumen yang minim risiko sambil belajar memahaminya.
Cara Mengurangi Risiko Investasi
Bagi investor saham, ketidakpastian mengenai kondisi perusahaan di masa mendatang adalah hal yang sudah tidak aneh lagi.
Bisa saja perusahaan saat ini sedang dalam kondisi bagus, namun di masa depan berpotensi bangkrut yang membuat nilai investasi merugi bahkan hilang.
Berbagai bentuk risiko investasi dapat kamu kurangi dengan cara diversifikasi portofolio investasi.
Diversifikasi sendiri merupakan teknik mengurangi risiko dengan cara mengalokasikan beberapa instrumen investasi yang berbeda.
Investor saham harus paham teknik yang satu ini, karena dinilai efektif mengurangi kerugian jika salah satu kinerja sahamnya sedang buruk.
Selain itu, kamu juga bisa melakukan diversifikasi dari seluruh investasi milikmu dengan cara alokasi aset, yakni menghitung 100 dikurangi umur kamu.
Contoh, usia kamu saat ini 25 tahun, maka alokasi investasi di saham sebesar 100-25=75%.
Artinya 75% ini diinvestasikan ke saham dan seiring bertambahnya usia kamu, alokasi tersebut makin rendah.
Intinya, kamu perlu belajar dan menyesuaikannya dengan profil risiko investasi, serta tujuan keuangan kamu.