Saham

Suka Produk Indofood? Saatnya Naik Kelas Jadi Investor Saham ICBP

saham ICBP

Ajaib.co.id – PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (kode saham ICBP) adalah emiten konsumer penghuni LQ45, merupakan perusahaan yang terkenal dengan produk andalannya yakni Indomie yang sudah mencapai market international.

ICBP melantai di bursa pada 7 Oktober 2010. Komposisi kepemilikan saham ICBP adalah 80,53% oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk dan 19,47% dimiliki oleh masyarakat. Kapitalisasi pasar saham ICPB saat ini sebesar 104,08 triliun.

ICBP juga tergolong saham blue chip karena mapan dan memiliki fundamental baik. Pertumbuhan penghasilan perusahaan terus tumbuh secara konsisten dari tahun ke tahun. Perusahaan ini mampu menghasilkan laba dengan ROE hingga 21 persen dan ROA sebesar 13,7 persen. Angka ini tergolong sangat jauh diatas rata-rata saham perusahaan produsen makanan di bursa.

Apa Beda Saham INDF dan Saham ICBP?

Ketika kamu mencari tahu soal saham Indofood, mungkin kamu akan mendapatkan informasi bahwa ada dua jenis saham yang tersedia yakni Saham INDF dan Saham ICBP.

Saham INDF ditopang oleh lini bisnis yang bergerak di bidang agribisnis (CPO), konsumsi (ICBP), dan pengemasan, perkapalan serta distribusi. Sejumlah produknya juga menjadi pilihan sebagian besar masyarakat Indonesia. Misalnya saja minyak goreng Bimoli, Palmia, dan margarin Royal Palmia. Selain itu, ada pula bumbu dapur, makanan bayi dan banyak lagi jenis lainnya.

Sementara Saham ICBP merupakan kode dari PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yang memproduksi berbagai macam makanan olahan seperti makanan ringan, bumbu makanan, makanan cepat saji, susu, biskuit, pasta, dan masih banyak lagi. Yang kamu pasti pernah mengonsumsi adalah mie instan berupa Indomie yang sudah menjadi makanan favorit banyak orang.

Mie instan dinilai berbagai pihak paling banyak membawa keuntungan pada ICBP karena mi instan milik perusahaan yang mengeluarkan saham ICBP ini sudah dijual hingga ke luar negeri. Kontribusi mie instan pada perusahaan menghasilkan pendapatan sebesar 63,1% dari total pendapatan perusahaan seluruhnya di tahun 2018 kemarin.

Jika menilik dari sejarah kelahiran sahamnya, duo saham Indofood ini punya perbedaan usia yang cukup jauh. Jika Saham ICBP melantai di bursa tahun 2010, Saham INDF pertama kali ditawarkan kepada publik pada tahun 1994. 

Lantas bagaimana dengan prospek bisnis dan saham ICBP tahun ini? Ajaib akan mengulasnya secara lengkap di sini.

ICBP Cetak Pertumbuhan Laba 11 Tahun Berturut!

ICBP baru saja mengumumkan kinerja keuangannya sepanjang 2020. Perusahaan milik grup Salim ini membukukan laba tahun berjalan Rp6,59 triliun atau naik 31% dari Rp5,04 triliun pada 2019. Penjualan bersih ICBP pada 2020 tercatat senilai Rp46,64 triliun atau naik 10,27 persen yoy dari tahun sebelumnya Rp5,03 triliun.

Sementara itu, pos aset perseroan mengalami lonjakan sebesar 167,60 persen yoy menjadi Rp103,58 triliun pada akhir 2020 berbanding dari akhir 2019 senilai Rp38,70 triliun. Adapun, liabilitas mengalami kenaikan 342,50% yoy menjadi Rp53,27 triliun dan ekuitas tumbuh 88,66% yoy menjadi Rp50,31 triliun. 

Aset dan liabilitas ICBP meningkat setelah mengakuisisi Pinehill company, perusahaan yang bergerak di bidang industri mi instan di negara-negara timur tengah guna melakukan ekspansi bisnis ke pasar internasional.

Sementara itu, marjin laba bersih ICBP pada 2020 melesat menjadi 14,1% dari sebelumnya 11,9%. Begitu pula laba inti naik 12,79% menjadi Rp5,82 triliun dari sebelumnya Rp5,16 triliun. 

Pencapaian itu membuat ICBP menjadi perusahaan berkapitalisasi pasar besar yang mampu membukukan pertumbuhan laba bersih selama 11 tahun berturut-turut. Dua big caps lainnya, BCA dan BRI, mengalami penurunan laba bersih pada 2020.

Seperti diketahui, 2020 adalah tahun yang tidak mudah bagi banyak perusahaan. Ekonomi tidak tumbuh karena permintaan barang dan jasa menurun seiring pandemi virus corona. Banyak perusahaan yang labanya turun. Namun, ICBP masih bisa mencetak laba lebih besar pada 2020 daripada 2019. 

Prospek Saham ICBP Setelah Akuisisi Pinehill

Pada Jumat, 22 Mei 2020 lalu manajemen Indofood CBP Sukses Makmur mengumumkan penandatanganan perjanjian jual beli saham bersyarat dengan dua pihak yaitu Pinehill Corpora dan Steele Lake. 

Akuisisi ini sempat menuai kontra oleh pasar sebab nilai transaksinya yang cukup fantastis untuk skala Indonesia, US$2,99 miliar (sekitar Rp44 triliun dengan kurs saat ini). Aksi akuisisi bernilai jumbo ini telah rampung pada akhir Agustus 2020 lalu. ICBP kini sedang dalam proses mengintegrasikan Pinehill ke dalam tubuh ICBP. Seperti apa prospeknya?

Grup Pinehill company merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri mi instan di Arab Saudi, Nigeria, Turki, Kenya, Maroko dan Serbia. Adapun dalam memasarkan produknya Grup Pinehill menggunakan merek Indomie berdasarkan perjanjial lisensi dengan PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dari ICBP. Sebagai informasi volume penjualan Pinehill mencapai 7,4 miliar bungkus mi per tahun yang dijual di pasar domestik maupun ekspor.

Total populasi pasar domestik yang dilayani Pinehill mencapai 567 juta orang. Rata-rata pertumbuhan penjualan tahunan dapat mencapai sekitar 10%. Pinehill membayar royalti ke INDF demi menggunakan merek indomie dan mengimpor bumbu-bumbunya dari ICBP.

Pinehill mempunyai empat anak usaha, yakni Dulfill dengan kepemilikan 49% dan tiga lainnya dengan porsi saham 59%. Sisa saham dipegang oleh mitra lokal perusahaan itu.

Akuisisi Pinehill dilakukan perseoran sebagai bagian dari usaha ekspansi atau perluasan usaha ICBP di wilayah yang potensial. 

Dalam pengumumannya, manajemen menyatakan pasar di berbagai negara Timur Tengah dan Afrika itu merupakan pasar yang berkembang pesat. Direksi perseroan juga yakin transaksi itu “akan meningkatkan nilai pemegang saham Perseroan”.

Dengan akuisisi itu, Indofood akan menjadi produsen mie instan berskala internasional. Jumlah populasi pasar yang dibidik oleh Indofood akan menjadi lebih besar dibandingkan dengan populasi Indonesia.

Kesimpulan

ICBP sangat potensial untuk investasi jangka panjang karena : 

  1. Sektor consumer digolongkan sebagai sektor yang defensif, turunnya daya beli masyarakat banyak sektor mengalami penurunan kinerja, namun ICBP cukup baik pada masa pandemi Covid-19
  2. Bisnis ICBP adalah instant noodles. Satu hal yang menarik dari instant noodles adalah memiliki tren saat ekonomi susah volume permintaan cenderung naik.
  3. Indonesia memiliki prospek makro ekonomi yang menjanjikan, dimana profil demografinya akan terus menawarkan peluang pertumbuhan bagi portofolio produk ICBP ke depannya.
  4. ICBP masih punya ruang untuk berkembang apalagi setelah akuisisi Pinehill. Namun perseroan masih memiliki pekerjaan rumah besar untuk melunasi fasilitas pinjaman yang harus diselesaikan demi mewujudkan aksi korporasinya tersebut demi terus melakukan ekspansi ke luar negeri dengan akuisisi Pinehill. Sebab aksi ini cukup kontroversial, di mana akuisisi Pinehill dilakukan dengan valuasi mahal dan 90% dibiayai oleh hutang
  5. Diharapkan ke depannya, semoga ICBP tetap menunjukkan kinerja yang melejit lagi setelah New Normal dan menunjukkan kinerja yang positif terlebih setelah mengakuisisi Pinehill.

Artikel Terkait