Ajaib.co.id – Tak hanya kesehatan, pandemi virus corona telah berdampak pada sektor ekonomi, politik, sosio-kultural dan lain-lain. Ekonomi menjadi salah satu bidang yang terdampak paling parah akibat pandemi COVID-19. Ekonomi Indonesia, dan banyak negara lainnya, terpukul. Sejumlah indikator ekonomi mulai melemah sejak kuartal I 2020 sampai sekarang akibat pandemi COVID-19. Bagaimana membangkitkan kembali kondisi ekonomi yang sudah melemah tersebut? Sektor riil adalah salah satu kunci solusinya.
Pemulihan ekonomi merupakan tantangan terbesar pemerintah di era tatanan kehidupan baru (new normal) akibat pandemi COVID-19. Sejumlah kalangan beranggapan, memulihkan ekonomi di tanah air bisa terwujud dengan menjaga ketahanan dan keberlangsungan sektor riil (dunia usaha). Ketahanan sektor riil berarti menjaga stabilitas sektor keuangan yang dapat menjadi penentu keberhasilan Indonesia dalam menghindari ancaman nyata resesi akibat pandemi COVID-19.
Dalam sebuah diskusi virtual beberapa waktu lalu, Dewan Pakar The Habibie Center Umar Juoro menyampaikan, sektor riil menjadi tantangan terbesar pemerintah untuk memulihkan perekonomian. Konsumsi, menurutnya, masih menjadi penopang ekonomi Indonesia. Maksudnya, pendekatan demand side lebih menentukan dibandingkan supply side, terlebih pada kondisi pandemi COVID-19 seperti sekarang. Ia menambahkan, paket kebijakan stimulus yang dikeluarkan pemerintah mempengaruhi cepat atau lambatnya pertumbuhan sektor riil, termasuk kecepatan eksekusinya.
Pada diskusi yang sama, Ketua Institut Demokrasi dan Ekonomi The Habibie Center Firmanzah menyatakan, pemulihan ekonomi bukanlah sesuatu yang mudah terealisasi. Prosesnya tidak instan, melainkan perlahan dan bertahap (gradual), baik dalam konteks makro, mikro, dan masyarakat.
Firmanzah menilai, pemerintah harus segera merelokasi anggaran ke sektor-sektor yang sangat potensial mempercepat pemulihan ekonomi, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), karena berperan penting terhadap ekonomi domestik.
“Persoalannya ialah seberapa cepat prosesnya. Maka, kebijakan yang diambil harus berbasis data dan keilmuan,” ungkapnya.
Pada diskusi virtual lainnya, hal senada juga disampaikan oleh Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah. Piter mengatakan, pandemi COVID-19 telah membatasi kegiatan ekonomi sehingga berdampak pada penurunan, bahkan terhentinya, cash flow banyak pelaku usaha. Pada saat bersamaan, para pelaku usaha juga harus tetap mengeluarkan berbagai biaya. Alhasil, banyak pelaku usaha yang mengalami defisit cash flow atau kekeringan likuiditas.
Jadi, ia menegaskan, ketahanan dan keberlangsungan sektor riil serta stabilitas sektor keuangan menjadi penentu keberhasilan Indonesia untuk menghindari ancaman krisis saat ini. Piter juga menekankan bahwa pada masa pandemi, perlu adanya sinergi antar sesama pemangku kepentingan. Bila nihil sinergi, realisasi anggaran relatif berjalan lambat.
“Maka, perlu ada sense of crisis dari pengambil kebijakan dengan melakukan terobosan,” Piter menambahkan.
Pengalaman krisis ekonomi yang dialami Indonesia tahun 1997-1998 silam membuktikan sektor riil mampu bertahan di tengah turbulensi ekonomi saat itu. Transaksi jual-beli sudah menjadi darah daging pada perekonomian Indonesia. Dengan kata lain, kegiatan berdagang memang menjadi salah satu sumber pendapatan besar bagi perekonomian di tanah air.
Lebih spesifik, UMKM termasuk dalam sektor riil yang sudah terbukti memiliki daya tahan tinggi terhadap krisis ekonomi global. Apalagi jumlah UMKM di Indonesia mendominasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 1997 menunjukkan, terdapat 39.765.110 unit UMKM di Indonesia. Pada tahun-tahun berikutnya, tren kenaikan jumlah UMKM terbilang menjanjikan.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pada 2016 sektor UMKM mendominasi 99,9% unit bisnis di Indonesia dan mampu menyerap hampir 97% tenaga kerja Indonesia. Dari angka-angka tersebut, sektor usaha mikro paling banyak menyerap tenaga kerja hingga 87%. Bandingkan dengan usaha besar yang hanya dapat menyerap 3,3%. Ringkasnya, UMKM merupakan kelompok usaha yang paling banyak jumlahnya dalam perekonomian Indonesia.
Krisis ekonomi tahun 1997-1998 di Indonesia sudah menjelaskan bagaimana rentannya modal asing terhadap krisis. Keterkaitan pengusaha di Indonesia terhadap ketergantungan pihak asing menyebabkan pengusaha tersebut rentan terpuruk jika terjadi krisis. Ketergantungan tersebut juga yang pada akhirnya menyebabkan Indonesia ‘jatuh’ ketika pihak asing sedang ‘jatuh’. Intinya, UMKM menjadi poin krusial dan memiliki kontribusi besar bagi perekonomian negara.
Identik dengan banyak sektor lainnya, para pelaku UMKM menemui sejumlah tantangan yang tak ringan selama pandemi COVID-19. Pasokan adalah salah satu tantangan tersebut. Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSSB) hampir di seluruh wilayah mengakibatkan banyak pelaku UMKM mengalami kesulitan untuk mendapatkan bahan baku. Kondisi ini bertambah runyam dengan terganggunya distribusi logistik yang membuat pengiriman memakan waktu lebih lama.
Anjloknya permintaan juga menjadi tantangan berikutnya yang tak kalah hebat. Menurunnya daya beli dan ketidakpastian pasar sedikit-banyak mempengaruhi permintaan terhadap barang dan jasa UMKM. Sebagian pelaku UMKM juga mengalami kesulitan mendapatkan pinjaman modal yang turut mengganggu cash flow mereka.
Dalam menghadapi berbagai tantangan itu, pelaku UMKM perlu mendapat dukungan dari berbagai pihak. Pemerintah, misalnya, dapat memberikan sejumlah stimulus ekonomi yang ditujukan kepada UMKM.
Sebagai pelaku ekonomi rumah tangga konsumen, kamu pun bisa mendukung eksistensi para pelaku UMKM. Tak usah rumit-rumit, aksi-aksi sederhana sudah termasuk upaya untuk mendukung UMKM, seperti membeli kebutuhan di warung langganan. Berbagai keperluan pokok, contohnya sembako atau penganan, sangat mungkin juga tersedia di warung-warung kecil.
Pemilik warung tersebut besar kemungkinan akan sangat senang karena produk dagangannya laku terjual. Dengan adanya transaksi, pemilik warung bisa kembali memutar penghasilannya sebagai modal bagi produk lain yang sudah habis. Keuntungan atau laba yang mereka dapatkan tersebut bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari bersama keluarga mereka. Dengan begitu, kamu turut mendorong pertumbuhan ekonomi sektor riil.
Sumber: Penyelamat Krisis 1998, UKM Diharapkan Terjang Krisis Karena Corona, Resesi Ancam Indonesia, Ekonom Beberkan Kunci Selamat, Sektor Riil Jadi Penopang Utama, Tabel Perkembangan UMKM pada Periode 1997 -2013, dan UMKM Serap 97% Pekerja Indonesia, dengan perubahan seperlunya.