Ajaib.co.id – Uang seribu rupiah merupakan salah satu uang yang masih beredar dan berlaku secara resmi di Indonesia. Tahun lalu, pecahan Rp1.000 ini kembali diwacanakan akan disederhanakan atau mengalami redenominasi menjadi Rp1 pada tahun ini.
Namun rencana ini belum akan dilakukan dalam waktu dekat. Karena kondisi rupiah yang belum stabil dan belum ditetapkannya undang-undang sebagai dasar hukum.
Redenominasi adalah penyederhanaan nilai mata uang tanpa mengubah nilai tukarnya. Jadi, jumlah digit di uang yang selama ini kita gunakan akan berkurang, namun tidak akan mengubah nilai daya beli, harga, atau nilai rupiah terhadap barang dan atau jasa.
Efeknya, proses penghitungan uang akan jadi lebih cepat karena satuan “ribu” berupa tiga angka nol di belakang satuan uang tidak akan digunakan.
Selain itu, ada efek psikologis dalam penggunaan uang akibat redenominasi ini karena masyarakat lebih percaya terhadap mata uang rupiah karena terasa setara dengan negara maju yang tidak menggunakan satuan “ribu” sebagai pecahan uang.
Uang seribu rupiah kertas memang kurang menarik dibandingkan nominal yang lebih besar. Namun, satu miliar tidak akan genap jumlahnya jika kurang seribu rupiah. Di balik uang kertas Rp1.000 yang kita gunakan, ada sejarah panjang yang menyertai perjalanan uang ini.
Sebelum redenominasi dilakukan setidaknya di tahun 2024 nanti, ada baiknya kita mengenal satuan uang Rp1.000 yang selama ini beredar sebagai alat pembayaran yang sah melalui artikel dari redaksi Ajaib berikut.
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1952
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1957
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1958
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1959
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1960
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1968
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1975
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1980
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1987
- Uang Seribu Rupiah Tahun 1992
- Uang Seribu Rupiah Tahun 2000
- Uang Seribu Rupiah Tahun 2016
Uang Seribu Rupiah Tahun 1952
Rp1.000 kertas pertama kali diterbitkan tahun 1952 dan mengalami berbagai perubahan hingga akhirnya terbit versi terbaru tahun 2016.
Rp1.000 tahun 1952 ini memiliki gambar depan kepala arca dan ular serta ditandatangani Gubernur dan Direktur Bank Indonesia serta gambar belakang ukiran. Penerbit uang ini adalah Johan Enschede en Zonen, dengan warna dominan hijau dan cokelat lumut.
Uang Seribu Rupiah Tahun 1957
Rp1.000 tahun emisi 1957 memiliki warna depan hijau dengan gambar depan gajah dan gambar belakang nelayan, dilengkapi tanda air Pangeran Diponegoro.
Uang ini dicetak oleh Thomas De La Rue & Company, Ltd, pabrik percetakan keamanan semacam uang, paspor, dan stempel pajak asal Inggris.
Uang Seribu Rupiah Tahun 1958
Selang setahun, Rp1.000 kembali terbit dan mulai memperkenalkan budaya Indonesia sebagai gambarnya. Uang edisi ini memiliki gambar depan pengukir perak dari Minangkabau Sumatera Barat dan gambar belakang Rumah Gadang dari Sumatera Barat juga.
Berbeda dengan seri sebelumnya, Rp1.000 tahun 1958 ini dicetak oleh PT Pertjetakan Kebajoran.
Uang Seribu Rupiah Tahun 1959
Setahun kemudian, Rp1.000 kembali terbit dengan gambar depan bunga tanaman air dan gambar belakang burung dilengkapi tanda air burung Garuda Pancasila. Uang ini kembali dicetak oleh Thomas De La Rue & Company Ltd.
Uang Seribu Rupiah Tahun 1960
Uang seribu rupiah yang diterbitkan tahun 1960 ini memiliki gambar depan Soekarno, gambar belakang penari Serimpi dari Jawa Tengah dan memiliki warna dominan hijau. Dicetak oleh Thomas De La Rue & Company Ltd., pecahan ini memiliki tanda air Soekarno.
Uang Seribu Rupiah Tahun 1968
Uang Rp1.000 kembali diterbitkan tahun 1968 dengan gambar Jenderal Sudirman sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat sebagai gambar depan dan gedung dan relief di gambar belakang.
Uang ini kembali dicetak oleh Percetakan Negara Kebajoran dan menyertakan burung Garuda Pancasila sebagai tanda air.
Uang Seribu Rupiah Tahun 1975
Uang Rp1.000 tahun 1975 dicetak oleh Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri), yang merupakan hasil penggabungan Perusahaan Negara (PN) Arta Yasa dengan PN Percetakan Kebayoran.
Uang ini memiliki gambar depan Pangeran Diponegoro, gambar belakang petani sedang membajak sawah, punya warna dominan hijau dengan tanda air Gadjah Mada.
Uang Seribu Rupiah Tahun 1980
Sosok yang diabadikan sebagai gambar uang seribu keluaran tahun 1980 ini adalah Dr. Raden Soetomo, pendiri Budi Utomo yang jadi organisasi pergerakan pertama di Indonesia.
Sedangkan gambar belakang dari uang ini adalah pemandangan Ngarai Sianok dari Sumatera Barat dengan tanda air Pattimura.
Uang Seribu Rupiah Tahun 1987
Tujuh tahun kemudian, uang Rp1.000 kembali diterbitkan dengan gambar pahlawan dari Sumatera Utara yaitu Sisingamaraja XII dan bangunan Keraton Yogyakarta sebagai gambar belakang. Sultan Hasanuddin, pahlawan dari Sulawesi Selatan menjadi gambar tanda air.
Uang Seribu Rupiah Tahun 1992
Anak generasi 90-an pasti mengenal uang seribu tahun edar 1992 yang punya warna biru ini karena gambar belakang tradisi Lompat Batu di Pulau Nias dan gambar depan Danau Toba. Uang ini ditarik dari peredaran tahun 2006.
Uang Seribu Rupiah Tahun 2000
Uang Rp1.000 tahun 2000 dengan gambar Kapten Pattimura yang diterbitkan tahun 2000 ini masih berlaku walau mulai sulit ditemukan. Memiliki warna dominan hijau, uang yang dicetak Peruri ini memiliki gambar belakang Pulau Maitara dan Tidore di Maluku yang sangat indah.
Uang Seribu Rupiah Tahun 2016
Uang seribu rupiah tahun emisi 2016 dengan gambar Tjut Meutia sebagai gambar depan dan Banda Neira & Tari Tifa sebagai gambar belakang ini adalah versi terbaru yang masih berlaku hingga kini.
Uang ini sudah memiliki berbagai fitur seperti ultraviolet yang akan memunculkan berbagai gambar-gambar identitas dengan berbagai pendaran warna. Uang ini juga sudah dilengkapi fitur kode tunanetra untuk mempermudah kaum ini dalam mengenali pecahan uang.
Itu dia uang seribu rupiah yang pernah dan masih beredar di masyarakat sebagai alat pembayaran yang sah. Walau beberapa dari uang di atas sudah tidak beredar lagi, bukan berarti uang ini tidak bernilai.
Buktinya hingga kini masih banyak orang-orang yang menjadi kolektor uang lama dan mendapatkan keuntungan dengan menjual uang lama ini pada kolektor lain untuk mendapatkan keuntungan.
Investasi uang lama atau kerap disebut numismatik ini menggiurkan, apalagi bagi kolektor yang hanya mengumpulkan uang berprospek cerah dalam kondisi sangat baik seperti pecahan Rp5 tahun 1957, pecahan Rp5 tahun 1968, atau uang Rp5 tahun 1957 yang terus mengalami kenaikan harga per tahunnya.
Apakah kamu tertarik untuk investasi di uang lama? Jika belum, mungkin kamu bisa mencoba jenis investasi lainnya yang kini bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi, yaitu investasi reksa dana dan saham melalui Ajaib.
Ajaib adalah aplikasi investasi yang aman dan terpercaya karena bekerja sama dengan Manajer Investasi dan Bank Kustodian ternama Indonesia.