Analisis Saham, Saham

Bedah Saham SRIL – Bertahan di Tengah Pandemi

Ajaib.co.id – Pandemi adalah tantangan yang berat terutama bagi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).  Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mendata volume produksi industri TPT pada awal pandemi anjlok 85 persen menjadi hanya 1 juta ton.

Akibatnya pabrik-pabrik TPT di seluruh Indonesia harus melepas 80,01 persen tenaga kerja atau sebanyak 2,15 juta tenaga kerja di Minggu kedua April 2020. Sebelumnya serapan industri TPT sebelum pandemi adalah sebanyak 2,69 juta tenaga kerja.

Setelah lockdown dibuka dan pembatasan aktivitas diperlonggar industri TPT nasional dapat kembali menyerap 1,07 juta tenaga kerja per Agustus 2020. Industri TPT memang belum pulih namun kebangkitan sudah di depan mata.

Semula Sritex, emiten tekstil berkapitalisasi Rp5 triliun yang berbasis di Sukoharjo itu, diramalkan akan mengalami kesulitan serupa selama pandemi. Moody’s Investors Service bahkan sempat pesimis tentang propsek Sritex di April 2020 lalu. Pasalnya wabah virus corona diperkirakan konsumsi untuk pakaian dan alas kaki akan turun dan mengurangi pendapatan Sritex.

Ternyata penurunan volume produksi tidak terjadi, PHK pun terhindarkan. Malah performa perseroan menunjukkan peningkatan.

Profil Emiten

PT Sri Rejeki Isman atau yang dikenal sebagai Sritex adalah perusahaan tekstil terpadu yang melakukan produksi seluruh rantai produk tekstil mulai dari pemintalan benang, penenunan, pencelupan greige, pemutihan, pencetakan, manufaktur garmen hingga pembuatan pakaian jadi. 

Produknya termasuk benang rayon, katun, poliester, greige, kain jadi dan pakaian dengan kapasitas produksi 1,1 juta bal benang per tahun, tenun kain 180 ribu meter per tahun. Sedangkan lini bisnis pencelupan dan pencetakan memproduksi 240 juta yard per tahun dan menghasilkan garmen 28 juta potong pakaian jadi per tahun.

PT Sri Rejeki Isman didirikan pada tanggal 22 Mei 1978 dan IPO tanggal 17 Juni 2013 dengan kode saham SRIL. Dengan jumlah saham beredar sebanyak 20.452.176.844 lembar, kapitalisasi pasarnya adalah sebesar Rp 5,24 Triliun.

Emiten saham SRIL dipercaya oleh berbagai merek internasional untuk produksi secara makloon. Selain itu pesanan seragam tentara Jerman dan militer dari 36 negara lainnya juga dipercayakan kepada emiten saham SRIL. Manufaktur emiten saham SRIL berpusat di Sukoharjo dan Semarang, Indonesia. Seragam mencakup 20 persen penjualan garmen Sritex.

Pemegang saham utama adalah PT Huddleston Indonesia yang menguasai 59% total saham beredar SRIL. Sisanya sebanyak 40% dikuasai publik dengan masing-masing pemegang saham tidak menguasai lebih dari 5%.

PT Huddleston Indonesia adalah perusahaan milik keluarga Lukminto, pendiri PT Sri Rejeki Isman. Keluarga Lukminto secara aktif mengendalikan perusahaan dengan menduduki beberapa jabatan puncak dan sebagai komisaris. Kini generasi kedua grup Lukminto, yakni Iwan Luminto, memimpin sebagai President Director Sritex.

Review Laporan Keuangan Terakhir

Tak perlu menunggu lama, segera setelah COVID-19 dinyatakan sebagai pandemi, emiten saham SRIL memproduksi alat perlindungan diri (APD) dengan kualitas standar organisasi kesehatan dunia (WHO). Selain APD, Sritex juga memproduksi masker non medis anti mikroba yang bisa dicuci ulang.

Seolah tak terpengaruh pandemi, PT Sri Rejeki Isman Tbk (IDX: SRIL) membukukan laba bersih USD 73,79 juta per akhir September 2020. Meningkat 2,18% dibandingkan sebelumnya di akhir September 2019 di mana laba bersih emiten pakaian jadi ini adalah sebesar USD 72,21 juta.

Data tersebut tertuang dalam laporan keuangan kuartal ketiga tahun 2020 yang dipublikasikan di situs Bursa Efek Indonesia sejak Selasa, 27 Oktober 2020.

Dalam laporan keuangan, penjualan akhir kuartal III tahun 2020 tercatat US $ 970,9 juta, meningkat 1,34% dari US $ 890,7 juta pada periode yang sama tahun 2019. Sementara itu, beban pokok penjualan tercatat US $ 735,7 juta, meningkat 3,21% dari US $ 755,4 juta di akhir kuartal ketiga 2019.

Berikut kinerja yang dirangkum dari periode yang sama.

Sep-20 Sep-19
Total Pendapatan (USD) 907.099.011 895.075.289
Laba Bersih (USD) 73.795.988 72.218.842
Ekuitas (USD) 661.675.796 583.127.503
Total Aset (USD) 1.735.102.651 1.453.170.410
Total Liabilitas (USD) 1.073.426.855 870.042.909

Ketika 80% tenaga kerja tekstil di Indonesia kehilangan pekerjaannya, Sritex malah mengalami kenaikan pendapatan dengan laba bersih yang meningkat. Iwan Lukminto, selaku Direktur Utama Sritex, mengonfirmasi bahwa selama pandemi pesanan produk seragam tidak dibatalkan.

Sekretaris perusahaan Welly Salam menegaskan bahwa hingga Juli pembatalan pesanan tidak ada namun hanya ada penundaan pengiriman akibat lockdown di negara-negara tujuan ekspor.

Rasio

Sep-20 Sep-19
NPM 8,14% 8,07%
ROA 4,25% 4,97%
ROE 11,15% 12,38%
DER 162% 149%
BVPS (Rp) 452,93 399,16
EPS (Rp) 50,52 49,44
PBV 0,53 0,85
PER 4,79 6,88

Marjin laba yang dibukukan naik tipis ke 8,14% berkat pengurangan pajak penghasilan atas kebijakan pemerintah kepada industri padat karya. Nilai buku per lembar saham (BVPS) naik menjadi Rp425,93. Dengan demikian harga saat ini hanya mencerminkan 53% dari BVPS nya.

Laba per saham pun naik menjadi Rp50,52 dengan demikian harga saat ini mencerminkan balik modal 4,79 tahun alias PER 4,79x. Menjadi lebih murah dari sebelumnya di September 2019 di mana PER Sritex adalah 6,88x.

Sayangnya rasio utang per modal kerja alias DER naik menjadi 162%. Total utang per ekuitas yang aman adalah 100% saja. Untuk saat ini Sritex aman karena jatuh tempo paling dekat yakni di tahun 2021 hanya USD 33 juta saja. Berikut profil jatuh tempo kewajiban Sritex yang diambil dari Paparan Publik 2020:

Untuk saat ini aman karena nilai yang jatuh tempo di tahun 2021 bernilai kecil saja. Namun di tahun 2022 ada Pinjaman Sindikasi berukuran raksasa yakni USD 350 juta yang harus dilunasi. Dengan laba bersih sekitar USD 80 jutaan per tahun tentu angka USD 350 juta sangatlah besar.

Sritex pun mengajukan perpanjangan tenor waktu refinancing pinjaman sindikasi sebesar USD 350 juta ini namun belum ditanggapi oleh kreditur. Sritex meminta tenor pinjaman diperpanjang dari yang sebelumnya jatuh tempo di 2022 menjadi 2024. Belum jelas apakah akan disetujui, rencananya kreditur akan memberi tanggapan pada bulan Maret 2021.

Liabilitas adalah hal yang patut diawasi investor pasalnya perbankan kini berhati-hati dalam menyalurkan kredit bagi perusahaan TPT. Karena industri ini dinilai sudah memasuki tahap Sunset, alias sudah sulit untuk berkembang.

Kemudian, pada tanggal 19 Januari 2021, Sritex menyampaikan keputusan bahwa perusahaan tidak akan melanjutkan penerbitan obligasi US$ 325 juta yang direncanakan sebelumnya karena ingin fokuskan pada proses perpanjangan fasilitas sindikasi terlebih dahulu.

Review Kinerja

Sejak 2017 pendapatan Sritex tumbuh 15,88% setiap tahunnya dan laba bersih tumbuh 8,81% per tahun. Sayangnya liabilitas juga tumbuh, meski demikian pertumbuhannya terbatas di 8,78% saja.

Secara umum ROE ada di angka kisaran 15 persenan dengan NPM di angka 8 persenan. Hal yang luar biasa mengingat secara umum perusahaan tekstil hanya mampu membukukan marjin laba sekitar 2 persenan saja.

Hal ini dikarenakan Sritex berhasil menekan biaya dengan melakukan semua proses dari hulu ke hilir secara terpadu. Mulai dari pemintalan, penenunan, pembuatan kain, celup garmen hingga ke pembuatan pakaian jadi. Hal ini membuat Sritex dapat membukukan marjin laba lebih tebal dari pesaing-pesaingnya.

Yang bagus dari Sritex adalah evaluasinya yang matang tentang utilitas pabriknya sehingga tidak buru-buru dalam mengajukan obligasi global yang baru. Pada tanggal 19 Januari 2021 Sritex urung menerbitkan surat utang tambahan senilai USD 325 juta yang direncanakan sebelumnya dan lebih fokus pada melunasi pinjaman sindikasi lagi.

Mengenai DER, setiap tahunnya DER Sritex ada di angka 160 persenan, belum ada perubahan berarti. Tapi setidaknya Sritex pandai evaluasi diri untuk menahan diri tak ajukan utang global lebih banyak.

Dividen                                                 

Date Dividen (Rp)
Jul 16, 2020 1
Jul 01, 2019 3
Jun 27, 2019 3
May 28, 2018 8
May 29, 2017 3
May 26, 2016 3
Jul 07, 2015 5.38
Jul 01, 2014 2

Dividen yang dibagikan rata-rata mencerminkan payout ratio yang tipis yakni di bawah 10% dari laba bersih. Hal ini lumrah mengingat emiten masih memiliki kewajiban yang sangat besar.

Prospek

Industri tekstil secara umum diperkirakan akan pulih di tahun 2021 karena didorong oleh bangkitnya aktivitas masyarakat seiring dengan program vaksinasi masal yang mulai meluas.

Kementrian Perindustrian dan Perdagangan juga berencana untuk mengurangi impor yang akan merusak harga tekstil dalam negeri. Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen juga mengharapkan lebih banyak campur tangan pemerintah dalam melindungi industri tekstil dengan menerbitkan kebijakan safeguard garment.

Industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berhasil mencapai perbaikan selama triwulan III hingga triwulan IV tahun 2020, berkat perbaikan sistem perdagangan impor dan berdampak pada peningkatan utilisasi pabrik serta peningkatan tren investasi di Indonesia.

Secara umum, tingkat pemanfaatan industri tekstil hulu rata-rata sekitar 40-50%, tingkat pemanfaatan industri tekstil antara 50% hingga 60%, dan tingkat pemanfaatan industri tekstil hilir berorientasi ekspor rata-rata. di atas 70%.

Namun, barang impor menghambat penggunaan pelaku pasar lokal. Kita tahu pasar pakaian jadi dalam negeri masih dipenuhi barang impor. Disamping itu, kata dia, daya beli masyarakat masih tergolong lemah. Namun, dibandingkan dengan kuartal kedua, situasinya telah membaik karena banyak orang yang kembali bekerja di industri tersebut. Situasi ini diperparah dengan kelangkaan peti kemas, yang menyebabkan harga angkutan barang naik tiga sampai lima kali lipat.

Menurut beberapa pendapat, hal ini terjadi setelah kebijakan lockdown dari beberapa negara, dan pengurangan pekerja pelabuhan menyebabkan penurunan kecepatan bongkar muat kargo. Kebijakan blokade telah menyebabkan penutupan sementara beberapa pabrik, yang menyebabkan penangguhan logistik dan transportasi maritim. Situasi ini menyebabkan ketidakseimbangan perdagangan dan kekurangan peti kemas.

Kesimpulan

Secara kinerja Sritex sudah sangat baik sekali. Kemampuan manajemen keluarga Lukminto memang perlu diacungi jempol. Sritex unggul dalam mengembangkan bisnis dan cepat tanggap dengan perubahan demand yang ada selama pandemi sehingga sebanyak 12.000 karyawannya dapat dipertahankan tanpa PHK.

Dengan PER sebesar 4,79x saja tentu sangat menarik sekali mengingat Sritex adalah salah satu perusahaan tekstil terbesar di Indonesia.

Dalam Director’s Note yang diterbitkan tanggal 30 Deseber 2020, Sritex secara proaktif melakukan transparansi kepada kreditur bahwa kinerja perusahaan masih bertumbuh bahkan berjalan baik-baik saja di tengah pandemi. Tak lupa peringkat kredit Sritex juga disertakan. Dengan demikian kita bisa berharap bahwa pengajuan perpanjangan tenor pinjaman disetujui.

Kas dan setara kas yang dimiliki Sritex adalah USD 158.620.321. Sritex menyatakan bahwa akan terus cermat dalam pengelolaan modal kerja untuk memperkuat likuiditas dan struktur permodalan.

Fasilitas perbankan yang tersedia bagi Sritex adalah pinjaman bilateral, hal ini dikarenakan di dalam negeri perbankan sudah antipati pada perusahaan tekstil dan produk tekstil.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi

Artikel Terkait