Ajaib.co.id – Berdirinya PT Garuda Maintenance Facility AeroAsia Tbk (berkode saham: GMFI) diawali dari Divisi Maintenance & Engineering (M&E) Garuda Indonesia di tahun 1984. Divisi M&E lambat laun berkembang menjadi unit bisnis mandiri.
Divisi M&E berubah menjadi Strategic Business Unit Garuda Maintenance Facility (SBU-GMF) empat tahun kemudian. SBU-GMF menangani seluruh aktivitas perawatan armada pesawat terbang Garuda Indonesia. Perubahan tersebut bertujuan agar Garuda Indonesia dapat berfokus pada bisnis intinya sebagai operator penerbangan.
Sejumlah sertifikasi nasional dan internasional berhasil diraih oleh SBU-GMF sebagai bukti kompetensi di bidangnya. Berbagai sertifikasi yang telah diperoleh GMFI antara lain dikeluarkan oleh Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKU-PPU), European Aviation Safety Agency (EASA), dan Federal Aviation and Administration (FAA).
Pada tahun 2002, SBU-GMF resmi menjadi anak perusahaan Garuda Indonesia. Anak perusahaan ini yang kemudian bernama PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia.
Lingkup bisnis GMFI mencakup perawatan dan perbaikan pesawat terbang. Perawatan dan perbaikan tersebut dilakukan secara terintegrasi atau dikenal dengan bisnis Maintenance, Repair and Overhaul (MRO). Dikatakan terintegrasi karena lingkup bisnis GMFI mulai dari perawatan line maintenance sampai overhaul, perawatan dan perbaikan mesin serta komponen, proses modifikasi, dan cabin refurbishment.
Menjelang akhir tahun 2017, tepatnya pada tanggal 10 Oktober 2017, GMFI menjadi emiten pertama di industri MRO yang melakukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) kepada publik.
Kinerja Keuangan dari Laporan Keuangan Terakhir
Rapor kinerja GMFI dalam sembilan bulan pertama tahun 2020 terbilang merah. Pada periode Januari–September 2020, GMFI mencatat penjualan dan pendapatan usaha sebesar USD191,8 juta. Nilai ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan penjualan dan pendapatan usaha periode sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD369,6 juta.
Perbaikan dan perawatan (repair and overhaul) masih berkontribusi besar terhadap total pendapatan GMFI, yakni 69,84%. Alhasil, GMFI menanggung kerugian sebesar USD160,5 juta hingga triwulan ke-3 2020. Padahal, pada periode sama tahun 2019, GMFI masih mencatat laba sebesar USD9,5 juta.
Berikut adalah ikhtisar keuangan terakhir GMFI.
Komponen Laba | September 2019 | September 2020 |
Penjualan dan pendapatan usaha | USD369,6 juta | USD191,8 juta |
Jumlah laba (rugi) | USD9,5 juta | (USD160,5 juta) |
Bahan baku dan barang habis pakai | (USD100 juta) | (USD64,8 juta) |
Beban keuangan | (USD15,5 juta) | (USD20,4 juta) |
Riwayat Kinerja
Kinerja GMFI tak mengesankan dalam beberapa tahun terakhir. Laba usaha GMFI turun cukup signifikan dalam rentang tahun 2015–2019 meskipun pendapatan usahanya menunjukkan grafik positif.
Berikut ini rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) sejumlah komponen kinerja GMFI periode 2015 hingga 2019:
Komponen | CAGR 2015-2019 |
Jumlah pendapatan usaha | 14,18% |
Beban usaha | 18,6% |
Laba usaha | -26,16% |
Total liabilitas | 26,76% |
Total ekuitas | 21,24% |
Total aset | 24,68% |
Track Record Pembagian Dividen untuk Pemegang Saham
GMFI cukup konsisten dalam membagikan dividen tiap tahunnya. GMFI membagikan dividen untuk tahun buku 2017 sebesar USD10.189.272. Angka ini merupakan 20% dari laba bersih GMFI.
Setahun kemudian, GMFI juga membagikan dividen. Kali ini sebesar USD6.108.972. Jumlah ini juga merupakan 20% dari laba bersih GMFI. Menariknya, keputusan membagikan dividen ini diambil saat GMFI mengalami penurunan laba hingga 40% dibandingkan tahun sebelumnya.
Tahun | Dividen per Saham | Jumlah yang dibayarkan (miliar) |
2018 | USD0,000361 | USD10.189.270 |
2019 | USD0,00022 | USD6.108.972 |
Prospek Bisnis GMFI
Industri aviasi atau penerbangan menghadapi guncangan hebat akibat pandemi Covid-19. Larangan terbang yang sempat berlaku dari dan ke beberapa negara membuat lalu-lintas penerbangan sepi. Artinya, tidak banyak unit pesawat yang mengudara. Hal ini pun berarti unit pesawat yang masuk ke ‘bengkel’ untuk perawatan atau perbaikan menurun tajam.
Dinamika industri penerbangan memiliki korelasi kuat terhadap bisnis GMFI. Meski berada di tengah kondisi penuh tantangan, GMFI tetap menerapkan serangkaian kebijakan strategis untuk memperkuat layanannya.
Misalnya saja seperti kelanjutan kemitraan strategis dengan AFI-KLM, pengembangan ke pasar internasional, khususnya untuk segmen pemeliharaan airframe, investasi pada teknologi yang akan memperkuat layanan MRO, serta penguatan aspek Tata Kelola Perusahaan yang Baik.
Namun, upaya GMFI untuk memperbaiki kinerjanya terhalang pandemi Covid-19 yang belum usai. Meski program vaksinasi Covid-19 sedang berjalan, pembatasan terbang di periode tertentu akan kembali memukul telak industri aviasi secara umum.
Namun, GMFI telah menyiapkan sejumlah strategi menghadapi tantangan, khususnya di tahun 2021. Strategi itu berupa memaksimalkan diversifikasi bisnis. Lebih spesifik, diversifikasi ini berupa pasar MRO pesawat angkut komersil, pesawat angkut milik industri pertahanan serta Industrial Gas Turbine Engine (IGTE). Dua sektor terakhir ini memiliki tingkat volatility yang relatif rendah sehingga mampu menjadi tumpuan bisnis GMF ke depan.
Selain diberi kepercayaan oleh Kementerian Pertahanan agar seluruh pesawat angkut militer yang dilakukan perawatan laik terbang.
Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.