Analisis Saham, Saham

Meneguk Kesegaran Cuan Dibalik Saham CLEO

Ajaib.co.id – PT Sariguna Primatirta Tbk (Saham CLEO) merupakan produsen air minum dalam kemasan (AMDK) yang telah berdiri sejak 2003 dengan merek Anda. Perusahaan ini memiliki identitas Tanobel yang berasal dari Tan dan Nobel yaki keluarga pendiri perusahaan.

Pada 7 Maret 2004, perusahaan meluncurkan Air Murni Cleo dalam kemasan cup 150 mL, botol 330 mL, 550 mL, 1.200 mL, 6 L, dan galon 19 L. Seiring waktu, produk ini menjadi andalan perusahaan dan hingga sekarang, Tanobel memiliki enam merek AMDK yang diproduksi dan dijual.

Kini, Tanobel memiliki pabrik yang dilengkapi dengan proses terintegrasi dari penyediaan bahan baku, pengemasan cup, botol dan galon, hingga produk jadi. Pada Oktober 2008, Tanobel berhasil menjadi produser AMDK pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikat Food Safety Management ISO 22000:2005.

Tanobel pertama kali mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia pada 5 Mei 2017. Perusahaan mendapatkan kode saham CLEO dengan harga penawaran sebesar Rp 115 per lembar saham. Nilai itu naik 310,43% menjadi Rp 472 per pada penutupan perdagangan Jumat (12/3).

Merujuk data RTI, CLEO memiliki market cap sebesar Rp 5,66 triliun. Sebanyak 55,79% saham CLEO dimiliki oleh PT Tancorp Global Abadi. Sebanyak 25,58% dikantongi oleh PT Tancorp Global Sentosa. Lalu masyarakat memiliki 18,57% saham CLEO dan 0,06% berstatus saham treasury.

Mari kita analisis lebih dalam isi CLEO untuk dapat menilai seberapa menarik saham perusahaan ini.

Kinerja Keuangan CLEO dari Laporan Keuangan Terakhir

Dari laporan keuangan CLEO per September 2020, menunjukkan perusahaan mengalami tekanan akibat pandemi yang telah melemahkan daya beli masyarakat. Tercermin dari penjualan bersih merosot 7,21% YoY menjadi Rp 719,79 miliar sepanjang Januari hingga September tahun lalu.

Kinerja itu ditopang oleh penjualan bukan botol yang berkontribusi sebesar 59,49% dari total penjualan bersih. Penjualan botol menyumbang 40,1% dan sisanya dari segmen lain-lain.

Pada sisi beban penjualan meningkat 14,64% YoY menjadi Rp 103,58 miliar hingga sembilan bulan pertama 2020. Beban paling besar ada pada iklan dan promosi sebesar 32,83% terhadap beban penjualan. Beban terbesar lainnya ada pada pos perbaikan dan pemeliharaan serta transportasi dan bahan bakar.

Namun perusahaan berhasil menekan total utang (liabilitas) menurun 4,83% YoY menjadi Rp 465,18 miliar. Ekuitas juga mampu dikerek 17,6% YoY menjadi Rp 857,87 miliar pada kuartal ketiga 2020.

Berikut ini laporan kinerja laba CLEO (dalam Rp miliar):

Komponen Laba September 2019 September  2020
Penjualan bersih 775,69 719,79
Beban pokok penjualan 503,99 410,57
Laba usaha 271,70 309,21
Laba Bersih 94,02 94,28
Aset 1.217,83 1.323,05

Walaupun kinerja tidak maksimal, CLEO masih mampu mempertahankan laba yang tumbuh tipis 0,28% YoY. Selanjutnya mari kita bahas dulu rasio-rasio keuangan umum CLEO. Berikut ini datanya:

Rasio September 2019 September 2020
GPM 35,02% 42,95%
NPM 12,12% 13,09%
ROA 63,69% 54,40%
ROE 12,88% 10,99%

Dari rasio-rasio tersebut menunjukkan bahwa kondisi bisnis CLEO masih bisa bertahan ditengah pandemi. Terlihat dari kemampuan perusahaan menghasilkan laba masih bisa dioptimalkan hingga kuartal ketiga 2020. ROA dan ROE mengalami tekanan, namun masih terbilang wajar karena masih dalam kondisi pandemi.

Riwayat Kinerja

Kinerja unggul CLEO sudah relatif stabil dalam beberapa tahun terakhir. Berikut ini rata-rata pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/ CAGR) sejumlah komponen kinerja CLEO periode 2016 hingga 2019:

Komponen CAGR 2015-2019
Penjualan bersih 24,33%
Laba kotor 38,37%
Laba Bersih 91,83%
Total Aset 28,64%

Tingkat pertumbuhan dalam lima tahun terakhir mencerminkan solidnya bisnis CLEO ditambah kemampuan perusahaan dalam bertahan selama pandemi cukup membuktikan kuatnya strategi bisnis perusahaan konsumer ini.

Track Record Pembagian Dividen

Semenjak menjadi perusahaan publik pada 2017, CLEO belum pernah membagikan dividen bagi para pemegang saham. Padahal, pembayaran dividen yang diberikan oleh emiten kepada investor bisa menjadi nilai tambah bagi investor jangka panjang maupun para pencari emiten yang loyal membagikan dividen.

Prospek Bisnis CLEO

Tanobel atau Sariguna Primatirta merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di sektor air minuman dalam kemasan. Perusahaan cukup optimis bisnis di 2021 bakal lebih baik dibandingkan 2020 lalu.

Merujuk pemberitaan Kontan.co.id, CLEO memproyeksikan penjualan hingga 30% YoY di sepanjang 2021. Perusahaan berharap terjadi perbaikan pada pasar AMDK di tanah air yang telah terdampak pandemi.

Selain itu, pemberlakuan Undang-undang Cipta kerja dan program vaksinasi bisa mendorong perbaikan daya beli masyarakat. Hal ini lah yang dipercaya bisa mendorong terjadinya peningkatan AMDK di Indonesia.

Seiring dengan itu, perusahaan telah menyiapkan strategi bisnis guna mengejar target bisnis tersebut. Mulai dari fokus pada memperkuat jaringan distribusi, melakukan edukasi produk kepada konsumen, hingga melakukan efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi.

Agar lebih optimal, CLEO juga akan memfokuskan penjualan di daerah pinggiran. Sebab daerah ini tidak terpengaruh oleh pembatasan kegiatan selama pandemi. Perusahaan juga akan fokus pada segmen pasar premium.

CLEO juga telah menyiapkan belanja modal sebesar Rp 150 miliar untuk 2021.  Dana itu akan digunakan untuk menambah  pabrik ke-28 dengan kapasitas produksi 100 juta liter. Pabrik yang berada dibangun di Bojonegoro itu diproyeksi bisa beroperasi pada Kuartal I-2022.

Berdasarkan materi paparan publik perusahaan pada 30 Juli 2020, manajemen CLEO menyatakan bisa menambah satu pabrik baru atau lebih dalam setahun. Hingga Juli 2020, CLEO punya 27 pabrik yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Optimisme perusahaan yang ditegaskan dengan terus melakukan ekspansi memperlihatkan manajemen serius mengembangkan bisnis meski di tengah pandemi. Belum lagi, air minum merupakan kebutuhan dasar manusia pada saat apapun. Hal ini akan mendorong pertumbuhan kinerja CLEO di masa depan.

Harga Saham

PER dan PBV CLEO saat ini masih tergolong mahal. Berdasarkan data RTI, PER dan PBV CLEO per Jumat (12 Maret 2020) ada di level 45,06 kali dan 6,60 kali. Saham ini terbilang cukup mahal untuk emiten minuman yang ada di Bursa Efek Indonesia.

Sebagai pembanding, ULTJ  PER dan PBV-nya ada di level 13,48 kali dan 3,86 kali. Sementara itu, PER dan PBV saham ADES ada di level 10,05 kali dan 1,55 kali.

Meskipun demikian, jika menilik kinerja keuangannya secara umum serta prospek bisnisnya yang masih terbuka, saham CLEO layak dipertimbangkan untuk dibeli.

Nah, kamu bisa membelinya dengan mudah, kapan dan di mana saja lewat aplikasi Ajaib! Dengan Ajaib, kamu bisa bertransaksi saham dengan modal mulai dari Rp10 ribu. Jadi, gak ada alasan lagi malas berinvestasi karena modal tinggi ya!

Artikel Terkait