Ajaib.co.id – Saham BBCA dari PT Bank Central Asia selama ini sudah dikenal sebagai emiten papan atas Bursa Efek Indonesia (BEI). Agaknya kinerjanya akan semakin cemerlang pasca mengakuisisi seluruhnya Rabobank. Bahkan di masa sulit pandemi Corona ini, BCA membuktikan kinerjanya sebagai salah satu entitas perbankan unggul dalam negeri.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya memantapkan diri menembus level 5.000 pada penutupan perdagangan di pasar saham Rabu 8 Juni 2020 lalu. Capaian ini menjadi prestasi tersendiri karena angka 5.000 selama ini dianggap keramat dan amat sulit ditembus. Pada penutupan perdagangan hari Rabu lalu, IHSG ditutup menguat 1,79% di posisi 5.076,17.
Data perdagangan mencatat, investor asing kembali melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 218 miliar di pasar reguler hari ini dengan nilai transaksi hari ini menyentuh Rp 9,2 triliun. Terpantau 221 saham harganya naik, 174 turun, dan 174 stagnan.
Saham yang paling banyak dibeli asing hari ini adalah PT Bank Central AsiaTbk (BBCA) dengan beli bersih sebesar Rp 161 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mencatatkan net buy sebesar Rp 250 miliar. Catatan ini saja sudah menunjukkan betapa saham perbankan khususnya saham BBCA masih sangat potensial untuk menangguk cuan.
Saham BBCA Cemerlang, Akankah Bakal Tambah Moncer Pasca Akuisisi?
Aksi net buy asing ini mendorong saham BBRI menguat 5,28% ke Rp 3.190 per saham. Saham BBRI ditransaksikan sebanyak 349,93 miliar dengan nilai transaksi mencapai Rp 1,1 triliun. Saham PT BCA juga ditutup menguat 3,51% ke Rp 31.000 per saham. Saham BBCA ditransaksikan sebanyak 23,81 juta dengan nilai transaksi Rp 730,71 miliar.
Kesuksesan dua emiten tersebut menyedor dana pelaku pasar asing bukannya tanpa alasan. Hal ini tentu saja dengan menilai kinerja keuangannya yang dianggap tetap kuat meskipun perekonomian belum sepenuhnya pulih.
Saham BBCA sendiri masih dianggap layak beli dengan kinerjanya yang terus cemerlang. Namun pelaku pasar juga harus terus mencermati pergerakan pasar maupun sentimen yang terjadi. Seperti misalnya proses akuisisi yang akan dilakukan oleh BCA pada Rabobank.
Akuisisi ini ditandai dengan penandatangan perjanjian jual beli bersyarat (conditional sale and purchase agreement atau CSPA) antara kedua pihak. Namun, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) bakal menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada tanggal 30 Juli 2020. Hal ini untuk memperoleh persetujuan pengambilalihan 99,999 persen unit saham PT Rabobank Internasional Indonesia.
BCA akan membeli 3.719.069 Saham atau 99,999973% dari total Saham yang telah ditempatkan dan disetor pada Rabobank. Dimana, BCA Finance, yang merupakan anak perusahaan BCA, akan membeli 1 Saham dari Cooperatieve Rabobank U.A. yang mewakili 0,000027% dari total Saham yang telah ditempatkan dan disetor pada Rabobank.
Tak tanggung-tangung, jumlah dana yang akan digelontorkan mencapai Rp500 miliar. Rencana ini akan didanai melalui modal sendiri dari dana yang tersimpan sebagai laba ditahan atau retained earnings. BCA menjamin bahwa pendanaan tersebut tidak berasal dari pinjaman atau fasilitas pembiayaan dalam bentuk apapun.
Langkah ini tentu saja dianggap sebagai hal yang cukup menarik perhatian. Pasalnya, ketika unit usaha lainnya terus berusaha bertahan dengan kinerja keuangannya maka BCA bahkan bisa terus mengembangkan bisnisnya. Sejumlah anak usaha yang berpotensi di merger dengan Rabobank adalah BCA Syariah atau BCA Finance.
Hanya saja sejauh ini memang belum ada keterangan pasti akan arah pengembangan dari akuisisi ini. Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F Haryn menuturkan alasan perseroan mencaplok Rabobank.
Menurutnya, perekonomian Indonesia memiliki prospek yang baik untuk pertumbuhan ke depannya, ditopang oleh konsumsi domestik serta penyelesaian berbagai proyek-proyek infrastruktur sebagai landasan aktivitas investasi. Industri perbankan berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dan berbagai aktivitas usaha nasional.
Sementara itu, berdasarkan laporan keuangan audit tahun 2019, Rabobank membukukan ekuitas tercatat sebesar Rp 628,4 miliar. Adapun, Hingga Maret 2020, layanan digital banking BCA menunjukkan pertumbuhan signifikan, yakni jumlah transaksi mobile banking sekitar 91% (yoy) atau sekitar 1,286 juta transaksi dan internet banking 24% (yoy) atau sekitar 740 juta transaksi.
Sekilas Tentang BCA
Berdiri sejak 1957, bank BCA hadir di tengah masyarakat Indonesia dan tumbuh menjadi salah satu bank terbesar di Indonesia. Selama hampir 60 tahun, BCA tak pernah berhenti menawarkan beragam solusi perbankan yang menjawab kebutuhan finansial nasabah dari berbagai kalangan.
Melalui beragam produk dan layanan yang berkualitas dan tepat sasaran, solusi finansial BCA mendukung perencanaan keuangan pribadi dan perkembangan nasabah bisnis.
Didukung oleh kekuatan jaringan antar cabang, luasnya jaringan ATM, serta jaringan perbankan elektronik lainnya, siapa saja dapat menikmati kemudahan dan kenyamanan bertransaksi yang ditawarkan BCA.
PT Bank Central Asia Tbk (BCA)juga kembali masuk dalam Top 100 Most Valuable Global Brand menurut BrandZ. Pencapaian tersebut diraih berkat nilai merek BCA yang berhasil tumbuh dari US$13,437 miliar pada 2019 menjadi US$14,917 miliar pada 2020, atau naik sekitar 11 persen.
Hingga saat ini, BCA melayani 22 juta rekening nasabah dan memproses jutaan transaksi setiap hari yang didukung oleh 1.252 kantor cabang, 17.607 ATM, serta BCA Mobile dan Klik BCA yang dapat diakses kapan pun dan dimana pun. Perkembangan teknologi digital yang masif juga diikuti BCA dengan berinovasi dan berkolaborasi guna meningkatkan layanan perbankan digital yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.