

Ajaib.co.id – Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau Alfamart (saham AMRT) beridiri pada tanggal 22 Februari 1989. Dan memulai bisnis atau usaha komersialnya pada tahun 1989. Dilihat dari Anggaran Dasar Perusahaan, terdapat ruang lingkup kegiatan AMRT yakni, usaha dalam bidang perdagangan eceran untuk produk konsumen.
Bisnis AMRT dimulai pada tahun 1989 dengan bergerak dalam bidang perdagangan utamanya rokok. Lalu mulai tahun 2002, AMRT merambah ke kegiatan usaha perdagangan eceran untuk produk konsumen lewat mengoperasikan jaringan minimarket dengan nama Alfamart.
Minimarket ini awalnya berlokasi di beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi, Tangerang, Cikarang, Bandung, Sidoarjo, Cirebon, Cilacap, Semarang, Lampung, Malang, Bali, Klaten, Makassar, Balaraja, Palembang, Bogor, Jember, Medan, Banjarmasin, Jambi, Pekanbaru, Pontianak, Manado, Lombok, Rembang, Karawang dan Batam.
Alfamart mempunya sebanyak 10.666 jaringan minimarket yang terdiri dari minimarket milik sendiri sebanyak 7.596 unit dan minimarket bentuk kerjasama waralaba sebanyak 3.070.
Pada 31 Desember 2008, AMRT mendapatkan pernyataan efektif BAPEPAM-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham AMRT kepada masyarakat. Dengan sebanyak 343.177.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan Harga Penawaran Perdana sebesar Rp395,- per saham. Pada tanggal 15 Januari 2009, seluruh saham Perusahaan telah dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.
Apakah saham ini masih layak dikoleksi? Bagaimana keadaan fundamental perusahaan saat ini dan apa rencana bisnis yang akan dilakukan? Mari kita bedah kinerja saham AMRT
Penjualan AMRT Naik, Tapi Laba Bersih Turun Tipis di 2020
Dilansir dari bisnis.com, emiten pengelola gerai Alfamart, AMRT mencatatkan penjualan atau pendapatan perusahaan sebesar Rp56,37 triliun per September 2020. Laporan keuangan Sumber Alfaria Trijaya, manajemen perusahaan menyebutkan total pendapatan neto per September 2020 mencapai Rp56,37 triliun. Angka ini terhitung meningkat 4,17% year on year (yoy) dari Rp54,11 triliun per September 2019.
Adapun untuk sumber-sumber pendapatan neto berdasarkan jenis persediaan terdiri dari makanan Rp37,46 triliun, bukan makanan Rp18,88 triliun, dan jasa Rp18,88 miliar. Kemudian, diperoleh laba bruto atau laba kotor AMRT sebesar Rp11,48 triliun per Q3/2020. Nilai ini naik 6,45% yoy dari sebelumnya Rp10,78 triliun. Akan tetapi, untuk perolehan laba bersih Sumber Alfaria justru terkoreksi tipis 1,85% yoy menuju Rp638,4 miliar dari sebelumnya Rp650,23 miliar.
Perseroan pun menggunakan kas untuk investasi. Investasi yang dilakukan sebanyak Rp2,99 triliun, naik dari Rp1,91 triliun per September 2019. Lalu untuk kas dan setara kas pun berkurang menuju Rp2,97 triliun dibandingkan Rp3,41 triliun per September 2019. Sementara itu, untuk total liabilitas per September 2020 sejumlah Rp18,35 triliun, angka ini meningkat dari Rp17,11 triliun pada akhir 2019. Liabilitas jangka panjang Rp3,58 triliun dan liabilitas jangka pendek Rp14,76 triliun.
Kemudian untuk ekuitas atau modal AMRT mencapai Rp6,99 triliun. Modal naik dari Rp6,88 triliun per akhir 2019. Total aset perusahaan pun naik menjadi Rp25,35 triliun dari sebelumnya Rp23,99 triliun.
Bisnis AMRT Selalu Untung 3 Tahun Terakhir
Sebelum kondisi merebaknya virus covid-19, emiten Sumber Alfaria Trijaya Tbk atau Alfamart (AMRT) sudah mencatatkan keuntungan sejak tahun buku 2017 hingga 2019. Sebelum mengalami penurunan laba/keuntungan pada 2020 karena kondisi luar biasa pandemi covdi1-9. Berikut data ikhtisar keuangan yang diambil dari informasi finansial perseroan (dalam jutaan rupiah)
Laporan Laba Rugi | 2019 | 2018 | 2017 |
Penjualan bersih | 72.944.988 | 66.817.305 | 61.464.903 |
Laba kotor | 14.541.634 | 13.222.452 | 12.001.317 |
Laba tahun berjalan | 1.138.888 | 668.426 | 257.735 |
Dari data tersebut, secara penjualan MPPA memang terus mengalami kenaikan per tahunnya. Diikuti dengan laba kotor dan laba bersih yang terus melonjak juga.
Mengutip dari kontan.co.id, AMRT pada 2019 lalu berhasil membukukan kenaikan pendapatan dan laba bersih sepanjang 2019. AMRT berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 72,94 triliun pada 2019. Raihan ini naik 9,16% dari Rp66,82 triliun di 2018 lalu. Untuk laba bersihnya pun melonjak tajam 71,12% dari Rp650,14 miliar ke Rp1,11 triliun.
Pendapatan perusahaan diperoleh dari mana saja? Pendapatan bisnis AMRT didapatkan dari penjualan makanan sebesar Rp49,33 triliun, bukan makanan sebesar Rp23,59 triliun dan jasa sebesar Rp36,73 miliar. Selain itu, adanya kenaikan pendapatan ini menyebabkan beban pokok ikut naik dari Rp53,59 triliun menjadi Rp58,4 triliun.
Meski beban pokok ikut naik, tapi laba bersih perusahaan tetap tercatat naik. Hal ini didukung oleh meningkatnya pendapatan lainnya yang naik 44,47% dari Rp783,49 miliar menjadi Rp1,13 triliun. Selanjutnya peningkatab pendapatan lainnya disumbang oleh penghasilan fee yang naik dari Rp431,81 miliar menjadi Rp550,24 miliar dan adanya penghasilan berupa klaim asuransi yang naik tajam dari Rp26,93 miliar menjadi Rp217,19 miliar.
Pada tahun 2019 juga AMRT mempunyai pendapatan administrasi poin sebesar Rp10,45 miliar. Padahal pada tahun sebelumnya yakni 20018, Alfamart dan Alfamidi belum memiliki penghasilan berupa administrasi poin tersebut.
Sementara untuk track pembagian dividen kepada investor, AMRT terhitung langganan memberikan dividen. Sejak 2017 hingga 2020 lalu, perusahaan konsisten membagikan dividen. Tentunya hal ini menjadi nilai plus karena tidak semua perusahan yang go public bisa melakukannya. Tercatat dari data RTI, pada 2017 Rp2,17, 2018 sebesar Rp6,24, 2019 sebesar Rp13,38, dan 2020 sebesar Rp6,03.
Jika dilihat dari rasio keuangannya memang kondisi bisnis AMRT saat ini sedang dalam keadaan sehat. Berikut data yang diambil dari ikhtisar keuangan untuk tahun buku 2019 dari informasi finansial perseroan:
Rasio | 2019 |
ROAA | 4,75% |
ROE | 16,54% |
CR | 0,89X |
DER | 2,49X |
Bagaimana Prospek Bisnis AMRT Kedepannya?
Berdasarkan informasi yang dihimpun kontan.co.id, AMRT terus berupaya mengejar target pertumbuhan bisnis di 2021. Oleh karena itu, perseroan sudah bersiap untuk melakukan ekspansi atau perluasan pembukaan gerai-gerai barunya.
Sekretaris Perusaan Sumber Alfaria Trijaya, Tomin Widiawan mengutarakan harapan kinerja perusahaan di 2021 akan lebih baik dibandingkan dengan raihan di tahun 2020 lalu. Pasalnya, perseroan mengakui kalau di tengah pandemi covid-19 terdampak pada bisnis sehingga ada beberapa gerai eksisting yang mengalami penurunan.
Menurutnya performa toko-toko yang ada telah mengalami penurunan di 2020 sebagai implikasi dari pandemi. Pihaknya berharap performa tersebut bisa kembali normal seperti 2019 lalu.
Untuk mencapai hal tersebut, AMRT berupaya untuk melakukan pembukaan gerai baru. Sepanjang tahun ini, emiten berkode saham AMRT di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini memiliki target untuk membuka 600-800 toko baru. Dengan tetap melakukan perpanjangan untuk lokasi-lokasi toko yang sudah ada dan toko yang akan habis sewa di 2021.
Kemudian, perseoran juga akan melakukan pengembangan online B2B. Pengembangan ini dilakukan lewat Alfacart; B2C dengan Alfagift; dan juga penjualan pesan antar melalui aplikasi whatsapp.
Guna mendukung rencana bisnis tersebut, perseroan telah menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp2,7 triliun hingga Rp 3 triliun. Adapun dana akan bersumber dari internal perusahaan dan pinjaman.
Melihat dari fundamental perusahaan dan rencana bisnis, saham AMRT terhitung masih layak untuk dikoleksi. Selain itu, komitmen perusahaan untuk rajin membagikan dividen kepada investor juga menjadi nilai tambah yang menjanjikan.