Ajaib.co.id – Istilah quiet firing ramai dibahas di berbagai media sosial. Sebab, fenomena ini terjadi di lingkungan kerja yang membuat seseorang menjadi tidak nyaman untuk bekerja dan akhirnya memilih untuk resign.
Lantas, apa itu quiet firing? Kenapa hal ini bisa terjadi? Bagaimana bisa menghindari dan keluar dari situasi ini? Mari kita simak ulasan berikut ini
Pengertian Quiet Firing
Melansir Washington Post, quiet firing adalah fenomena pemecatan secara diam-diam yang dilakukan perusahaan pemberi pekerjaan atau atasan. Ini terjadi ketika perusahaan dengan sengaja menciptakan iklim kerja buruk sehingga pekerja pelan-pelan memilih untuk mengundurkan diri.
Quiet firing juga dapat berarti seorang atasan memecat bawahannya secara halus. Kondisi ini seolah-olah menggambarkan bahwa karyawan tersebut yang mengundurkan diri alias resign.
Salah satu cara yang bisa dilakukan atasan untuk melancarkan aksinya ini adalah dengan membuat pekerja merasa kurang kompeten dalam suatu pekerjaan. Pada akhirnya, pekerja tersebut tidak memiliki keinginan untuk bertahan.
Sehingga perusahaan tidak perlu memberikan pesangon. Perusahaan juga tidak harus memberikan semua hal yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Selain itu, pembahasan mengenai pemutusan hubungan kerja (PHK) juga kerap memicu konflik, dengan aksi quiet firing semua ini bisa dihindari.
Penyebab Quiet Firing
Fenomena ini bisa terjadi karena dari diri pekerja itu sendiri maupun dari perusahaan. Oleh sebab itu penting untuk mengidentifikasi sedini mungkin fenomena ini.
1. Diri sendiri
Situasi ini bisa terjadi ketika seorang pekerja memiliki performa tidak sesuai ekspektasi dari perusahaan. Terlebih, setelah memberikan beberapa feedback, tidak ada perubahan dari pekerja itu.
Selain itu, fenomena ini bisa terjadi ketika, pekerja memiliki hubungan yang tidak baik dengan atasannya. Sehingga batasan urusan personal dan urusan profesional menjadi kabur.
2. Perusahaan
Pemecatan diam-diam ini juga bisa datang dari sistem perusahaan atau karena lemahnya kepemimpinan atasan. Mengutip Fast Company Psikolog Organisasi Ella F. Washington menyatakan manajer kerap tidak siap memberikan feedback, meninjau kinerja dan membahasnya.
Selain itu, penilaian subjektif atasan juga bisa memicu terjadinya fenomena ini. Lantaran atasan menilai tidak cocok bekerja dengan karyawan tersebut.
Tanda Terjadinya Quiet Firing
Tujuan dari quiet firing membuat seseorang berhenti bekerja, terdapat beberapa indikator terjadinya fenomena ini.
1. Kerja dipersulit
Ada indikasi bahwa atasan memberikan beban pekerjaan yang jauh lebih susah melebihi kapasitas dan job desc pekerjaannya, Ketika pekerjaan menjadi sulit, karyawan makin tidak nyaman bekerja dan akan memutuskan mencari tempat kerja baru.
2. Perubahan job desc secara mendadak
Perubahan beban kerja sudah menjadi hal yang lumrah terjadi di dunia pekerjaan. Namun, quiet firing bisa terjadi saat jobdesc berubah dengan beban kerja dan ekspektasi yang tidak realistis. Selain itu, atasan akan menambahkan load kerja tanpa ada jelasan dan diskusi terlebih dahulu.
3. Minim apresiasi dan feedback
Atasan yang tengah menjalankan misi quiet firing terhadap anggota timnya, jarang memberikan pujian dan apresiasi. Justru sang atasan mencari-cari kesalahan karyawan tersebut.
Selain itu, feedback merupakan sesuatu yang karyawan ingin dengar dari atasannya baik feedback negatif maupun positif. Namun, ketika atasan mulai tidak peduli dan tidak lagi memberikan feedback, maka bisa dijadikan tanda telah terjadi quiet firing.
4. Diskriminasi di tempat kerja
Diskriminasi tidak hanya terkait elemen yang melekat pada seseorang mulai dari usia, kondisi fisik, agama, suku, warna kulit, hingga gender. Terkadang diskriminasi bisa terjadi karena politik kantor yang membuat karyawan berhenti bekerja.
Namun, diskriminasi ini bentuknya tidak hanya terkait hal-hal di atas. Bisa saja, seorang karyawan tidak dilibatkan dalam pembuatan keputusan dalam sebuah divisi. Bahkan, sesederhana ia tidak diajak dalam satu diskusi atau meeting.
5. Tidak ada kejelasan jenjang karier dan kenaikan gaji
Fenomena ini tidak memandang lama masa bekerja maupun jabatan seorang karyawan di tempat kerja. Juga bisa terjadi kepada orang yang memenuhi persyaratan di bidangnya.
Akan tetapi dia tidak dipromosikan tanpa adanya alasan yang jelas. Kalau ada, biasanya ditempatkan di posisi yang tidak memiliki ruang untuk naik jabatan.
Dampak Quiet Firing
Aksi membuat tidak nyaman yang berujung resign yang dilakukan oleh atasan atau perusahaan akan memberikan dampak negatif bagi karyawan.
- merasa tidak punya kemampuan.
- merasa terisolasi.
- merasa tidak punya kemajuan.
- penurunan kepercayaan diri.
- merasa kurang diapresiasi.
- mulai memikirkan untuk resign dan pindah kerja.
Cara untuk Menghindari Quiet Firing
1. Kooperatif
Karyawan harus bisa menunjukkan performa yang baik sesuai ekspektasi atasan atau perusahaan. Biasanya, karyawan dengan performa yang sesuai akan mendapatkan apresiasi dan bonus.
Menjalin komunikasi dan hubungan baik dengan atasan bisa mengurangi terjadinya quiet firing. Bukan berarti, harus selalu menuruti dan setuju dengan atasan.
2. Pahami aturan perusahan
Mengetahui aturan perusahan yang berlaku akan memudahkan berargumentasi dengan atasan. Penting sekali untuk mengetahui seluk beluk soal promosi, kenaikan gaji maupun apresiasi lainnya yang menjadi hak.
Sehingga, ketika mempertanyakan soal kenaikan gaji ataupun kenaikan jabatan yang tak kunjung datang meski memiliki performa kerja yang bagus.
3. Mediasi
Bila merasa berada dalam kondisi quiet firing, coba lah bicara dengan pimpinan internal perusahaan. Sehingga proses mediasi bisa terjadi dan sekaligus mendukung budaya kerja yang sehat dan menjaga reputasi perusahaan.
4. Bila keadaan tidak berubah, saatnya mengambil keputusan
Terkadang mediasi tidak berjalan sesuai harapan dan tekanan quiet firing semakin gencar dilakukan oleh atasan. Karyawan harus memutuskan untuk bertahan di perusahaan itu atau memilih mencari dan melamar pekerjaan baru.