Dunia Kerja

6 Alasan Resign Kerja Paling Populer di 2020

alasan resign kerja

Ajaib.co.id – Masih banyak orang yang resign kerja dengan tujuan untuk pelarian dari karir yang buruk. Lalu, sebenarnya apa saja alasan resign kerja? Untuk menjawabnya, simak ulasan redaksi Ajaib berikut ini.

Keluar masuknya (turnover) karyawan di sebuah perusahaan adalah pemandangan biasa dalam dunia kerja. Saat ada yang resign kerja, biasanya pasti ada yang menggantikan posisinya.

Walaupun dianggap sebagai peristiwa yang biasa terjadi, tingginya jumlah karyawan yang resign kerja pasti akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan karena hilangnya Sumber Daya Manusia (SDM) berpengalaman.

Di Balik Alasan Resign Kerja

Selalu ada alasan resign kerja. Namun yang penting diingat oleh profesional milenial adalah, setiap keputusan resign kerja akan menjadi mata rantai yang menghubungkan tahapan karir di dalam keseluruhan Curriculum Vitae kamu, hingga tibanya masa pensiun nanti. Alasan mengapa memutuskan resign kerja, dan ke mana tujuan berikutnya, akan saling berhubungan dan memberikan gambaran tentang kapabilitas profesional seseorang. Dan suka atau tidak, hal ini akan menentukan peluang kesuksesanmu di masa depan.

Di sisi lain, seorang pemimpin perusahaan atau team leader perlu tahu berbagai penyebab dan alasan konkrit jika banyak karyawan terbaik memutuskan resign kerja, demi mempertahankan kualitas SDM, performa produktivitas dan peningkatan skill manajerial perusahaan

6 Alasan untuk Berhenti Kerja Terpopuler di 2020

1. Beban Kerja Terlalu Berat

Semua karyawan punya keterbatasan dalam kemampuan mengerjakan tumpukan tugas, meski tingkatnya memang berbeda-beda. Jika seorang bos tak bisa mengontrol tuntutan kerjanya dan selalu meminta para karyawan yang tangguh dan cergas untuk mengerjakan tugas tambahan, apalagi jika itu sebenarnya merupakan tugas karyawan lain yang dibiarkan “nyantuy”, maka karyawan yang terbeban itu akan merasakan ketidakadilan, terlebih jika tak ada insentif tambahan seperti kenaikan gaji, bonus atau kenaikan jabatan. Akhirnya lambat laun, karyawan handal yang terloyal pun akan merasa dedikasinya tak dihargai, dan memutuskan resign kerja.

2. Timbulnya Rasa Jenuh

Saat seseorang karyawan sudah bekerja di suatu perusahaan dalam jangka waktu yang lama, umumnya > 2 tahun, pasti akan merasa jenuh. Terutama ketika jenis pekerjaan yang ditekuninya tidak sesuai dengan passion, dan sifat dari pekerjaan itu pun monoton dan statis! Kejenuhan akibat mengerjakan jenis tugas sama sambil duduk di depan komputer selama 8 jam setiap hari perlu dinetralisir dengan mengambil cuti dan berlibur. Nah, adakalanya, rasa jenuh ini sudah mengendap dan kronis, sehingga cuti pun tak berefek, malah makin “kebelet” resign kerja untuk “menghirup udara baru”dan tantangan baru di perusahaan baru.

3. Instruksi Tidak Berdasar dan Visi Perusahaan yang Abu-abu

Seorang bos yang sering memberikan instruksi kerja tidak logis, jelas dan taktis pasti akan membuat bahkan karyawan yang terjenius pun pusing! Akibatnya karyawan yang statusnya adalah bawahan, bingung bagaiman harus menuruti, melaksanakan dan merampungkan pekerjaan itu. Umumnya gaya kerja “on demand” seperti ini terjadi akibat perusahaan tidak memiliki visi–misi ataupun strategi bisnis yang jelas.

4. Minimnya Apresiasi

Profesional milenial lebih membutuhkan purpose (tujuan) dan apresiasi dalam bekerja, berbeda dari para pendahulunya yang cenderung berfokus pada kesuksesan finansial. Ketika perusahaan (atau bos) dirasa tidak/kurang memberikan kedua hal itu, karyawan akan menjadikannya alasan untuk resign kerja.

Ironisnya hal ini lebih sering terjadi pada para karyawan yang handal, profesional dan idealis, dibanding yang woles. Hukum alam yang hakiki adalah; dedikasi ekstra memang akan membutuhkan ekstra apresiasi pula. Karenanya, strategi terbaik bagi perusahaan adalah menerapkan sistem reward dan punishment yang objektif dan berlaku universal, di mana karyawan yang berkinerja bagus otomatis mendapatkan apresiasi nyata sesuai standar, begitu pun yang kinerjanya buruk akan memperoleh sangsi.

5. Ketidakjelasan Jenjang Karier

Selain demi memperoleh penghasilan tetap tiap bulan, setiap karyawan juga ingin mencapai kesuksesan karir. Problem akan muncul ketika perusahaan tidak menyiapkan kejelasan jenjang karir bagi karyawannya, terutama yang tergolong idealis dan ambisius.

Karyawan golongan ini umumnya selalu punya target jelas tentang resolusi mereka dalam jangka waktu tertentu, misalnya: promosi setiap 2 tahun atau jumlah bonus tertentu untuk kontribusi tambahan. Mereka tidak mengupayakan dedikasi terbaik secara gratis, atau sekedar hobi lho, tapi mengharapkan apresiasi yang setimpal dari perusahaan Jika apresiasi tidak diberikan secara adil, maka ini akan jadi salah satu alasan karyawan untuk resign kerja.

6. Tidak Kondusifnya Lingkungan Kerja

Kenyamanan suasana dalam bekerja adalah faktor penentu penting bagi karyawan untuk memutuskan resign kerja, atau tidak. Ketidaknyamanan suasana bekerja umumnya disebabkan lingkungan kerja sudah tidak kondusif akibat maraknya persaingan tidak sehat dan politik kantor di antara karyawan perusahaan, dalam wujud saling memanipulasi, menjatuhkan, “mencari muka”, adu domba, dlsb. Kelelahan akibat terlalu banyak berfokus pada energi yang negatif dibanding positif akan mendorong para karyawan memutuskan resign kerja. 

Siapa di Balik Tingkat Resign Kerja yang Tinggi

Karyawan dan perusahaan perlu mengobservasi dan menganalisa lebih detail tentang ‘siapa yang resign kerja’, demi menemukan akar masalah berikut solusinya. Jika ternyata para top performers dan top-tier (petinggi) menjadi mayoritas dari mereka yang resign kerja, maka itu bisa jadi pertanda bahwa ada permasalahan yang sangat gawat pada perusahaan.

Sebaliknya, turnover tinggi di kalangan karyawan low performers malah mengindikasikan penyehatan efektifitas perusahaan.

Setelah Resign Kerja Lalu Apa?

Fokus yang lebih penting adalah tujuan yang akan ditempuh setelah resign kerja. Jika resign kerja hanya merupakan langkah “pembebasan diri dari tekanan”, maka otomatis seluruh jejak rekam selama bekerja akan mengalami depresiasi nilai profesionalisme akibat stigma “mudah menyerah” (quitter) di akhir masa kerja. Tapi jika resign kerja merupakan loncatan ke peluang berkarir yang lebih baik, maka langkah itu akan membuat seluruh jejak rekam selama bekerja mengalami apresiasi nilai profesionalisme, yang pastinya akan mengantarkan ke kesuksesan karir di masa depan.

Pastikan kamu tidak mengajukan resign hanya karena emosional dan tanpa memiliki pekerjaan selanjutnya. Ketika kamu ingin berhenti bekerja, pastikan kamu telah memiliki pekerjaan lain yang sesuai dengan ekspektasi kamu dan bisa membuat kamu lebih berkembang, misalnya mendapat gaji lebih besar, untuk memberi kesempatan dalam jenjang karir, dan sebagainya.

Panduan Resign Kerja yang Apresiatif

Untuk keluar dari perusahaan atau tempat kerja saat ini, selain membuat alasan untuk resign yang baik, kamu juga harus melakukan beberapa hal di bawah ini”

1. Cari dan dapatkan pekerjaan baru yang lebih baik sebelum resign kerja.

2. Ajukan surat pengunduran untuk berhenti bekerja.

2. Penuhi aturan 1 month notice, ajukan notifikasiselambatnya 1 bulan sebelum resign kerja.

3. Penuhi tanggung jawab selama masa pengunduran diri.

4. Dapatkan surat rekomendasi kondite dan profesionalitas dari perusahaan.

5. Jaga hubungan baik dengan mantan bos dan rekan kerja.

Implementasikan strategi dan panduan resign kerja di atas agar karir Profesional milenial “keep on track”, sambil terus rutin berinvestasi guna melindungi keselamatan finansialmu di masa depan. Pilih investasi yang kredibel dan menguntungkan seperti investasi reksa dana di Ajaib.

Dengan minimum modal hanya Rp10.000 dan menyandang status kelulusan dari program pembinaan inkubator startup terkemuka Y Combinator di Silicon Valley, ditambah pengawasan penuh Otoritas Jasa Keuangan, Ajaib masih jadi pilihan berinvestasi reksa dana yang cerdas dan berakal sehat untuk kaum milenial!

Artikel Terkait