Ajaib.co.id – Siapa bilang orang berduit di Indonesia ini tidak banyak? Studi Bank Dunia pada 2016 yang dikemas dalam laporannya yang berjudul “Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class” menyebutkan kalau sebenarnya masyarakat menuju kelas menengah merupakan kelompok masyarakat yang paling banyak terdapat di Indonesia.
Dalam studi tersebut juga dapat dilihat bahwa sekitar 44,5 persen dari total penduduk Indonesia adalah masyarakat menuju kelas menengah dengan pengeluaran sekitar Rp532 ribu hingga Rp1,2 juta per kapita setiap bulannya.
Namun di sisi lain, jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia ini juga cukup besar, meski tidak sebesar kelas masyarakat menuju kelas menengah, yakni sekitar 20 persen atau 52 juta jiwa dari total populasi.
Masyarakat kelas menengah juga dianggap sebagai motor penggerak ekonomi. Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi masyarakat kelas ini mencapai sekitar 47 persen dari total konsumsi nasional.
Nah, hal ini berarti, masyarakat kelas menengah berpengaruh besar mendorong pertumbuhan ekonomi karena tingkat konsumsinya sangat mempengaruhi produk domestik bruto di Indonesia.
Karakteristik masyarakat kelas menengah umumnya memiliki jumlah pengeluaran sekitar Rp1,2 juta hingga Rp6 juta per kapita per bulannya. Kelompok ini umumnya adalah sumber daya manusia yang terampil dan punya cukup aset untuk berwirausaha.
Jika makanan adalah hal yang vital bagi masyarakat miskin dan rentan miskin, sebaliknya masyarakat kelas menengah menghabiskan banyak uangnya ke pengeluaran untuk pendidikan, kesehatan, dan juga hiburan.
Orang Kelas Menengah Sekarang Pelit
Masalahnya, di tengah situasi pandemi seperti saat ini, masyarakat kelas menengah takut untuk melakukan konsumsi yang berlebihan. Kalangan ini lebih memilih melakukan konsumsi bahan-bahan pokok dan menunda pembelian barang tahan lama atau bahkan hiburan.
Hal ini yang pada akhirnya membuat pertumbuhan ekonomi kita berada pada level negatif selama dua kuartal berturut-turut sehingga Indonesia resmi masuk ke jurang resesi pada kuartal ketiga ini.
Nah, semakin orang pelit membelanjakan uangnya maka masih terbuka peluang bahwa ekonomi kita masih akan berada pada posisi negatif pada kuartal keempat akhir tahun ini.
Berdasarkan sumber Nielsen, banyak masyarakat di Indonesia yang karena situasi pandemi mengalihkan pengeluaran ke gaya hidup baru yaitu melakukan segala aktivitas dari dalam rumah. Di Indonesia, 50 persen konsumen mengurangi kegiatan hiburan di luar rumah, dan 46 persen lainnya mengurangi makan di luar rumah.
Sebagai gantinya, mereka lebih banyak membeli bahan makanan pokok dan produk segar seperti telur, daging, serta buah dan sayuran. Namun apakah ini satu-satunya alasan masyarakat kelas menengah menjadi orang pelit di situasi saat ini?
Ternyata, daya beli masyarakat yang tertahan atau bahkan menurun juga disumbang oleh penurunan pendapatan selama pandemi. Turunnya pendapatan selama masa pandemi ini disebabkan oleh kondisi perdagangan yang situasi ekonomi yang tidak berlangsung normal.
Sehingga, dampak langsung dari turunnya pendapatan adalah kelompok masyarakat kelas menengah perlahan turun kelas menjadi masyarakat rentan miskin. Belum lagi ada sentimen pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh beberapa sektor industri terdampak yang pada akhirnya membuat angka pengangguran bertambah.
Mengantisipasi Penurunan Pendapatan
Meskipun kondisi pandemi seakan-akan memaksa kita menjadi orang pelit, pada dasarnya kita bisa mengantisipasi hal-hal yang tidak kita inginkan seperti penurunan pendapatan dengan mempersiapkan dana darurat saja, lho.
Banyaknya waktu luang karena segala kegiatan dilakukan di dalam rumah membuat kita memiliki banyak akses terhadap informasi melalui media sosial, terlebih untuk produk keuangan.
Langkah pertama yang harus kamu lakukan untuk memenuhi dana darurat adalah dengan menabung minimal 3 kali pengeluaran dalam instrumen asset haven. Asset haven dalam hal ini adalah beberapa jenis produk investasi yang rendah risiko seperti uang tunai, emas, hingga reksa dana pasar uang yang memang mayoritas dananya dialokasikan pada produk deposito.
Nah, yuk mari berkenalan dengan produk investasi untuk memenuhi kebutuhan dana darurat agar kamu tidak perlu jadi orang pelit lagi kalau terjadi krisis ekonomi personal ke depannya.
– Uang Tunai
Uang tunai adalah produk investasi yang paling aman dan bisa digunakan sewaktu-waktu namun nilai intrinsiknya memang tidak mengalami penambahan atau tidak menimbulkan imbal hasil.
Namun, hal ini bisa jadi beda cerita kalau kamu mengambil jenis uang tunai dalam denominasi mata uang asing. Contoh jika kamu memiliki uang tunai dalam bentuk uang dolar AS, maka kemungkinan besar kamu akan mendapatkan imbal hasil dari pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang umum terjadi ketika ekonomi melemah.
– Emas
Emas termasuk aset haven karena risikonya yang rendah namun juga memberikan imbal hasil yang lebih baik. Imbal hasil yang didapatkan dalam instrumen emas melibatkan spread atau jarak antara harga pembelian dengan harga penjualan.
Dibandingkan dengan uang tunai, emas pastinya adalah aset haven yang menarik karena dapat diperdagangkan dan nilainya selalu naik dari tahun ke tahun. Secara rata-rata per tahunnya, imbal hasil yang didapatkan dari investasi emas cukup konservatif yakni 4-10 persen per tahun.
Namun, selama dua tahun terakhir, dipengaruhi oleh konflik perang dagang dan pandemi, kenaikan harga emas secara year to date 25 November 2020 mencapai 19 persen.
– Reksa Dana Pasar Uang
Reksa dana pasar uang adalah produk investasi yang cukup menjanjikan karena memberikan imbal hasil yang pasti. Alokasi reksa dana pasar uang yang didominasi oleh deposito dan sebagian pada produk obligasi bertenor pendek membuat imbal hasilnya juga cukup besar sehingga aman dan tidak fluktuatif pergerakan harga emas.
Nah, produk reksa dana pasar uang sendiri kini juga tersedia di aplikasi investasi Ajaib, lho. Memiliki berbagai jenis produk reksa dana pasar uang yang beragam dari manajer investasi terbaik dalam negeri, menempatkan dana darurat pada produk investasi reksa dana adalah salah satu pilihan yang bijak dalam mengantisipasi risiko ketidakpastian pada tahun-tahun yang akan datang.