Obligasi

Pemerintah Akan Rilis ORI017 Mulai Juni 2020

keuntungan saham dan obligasi

Ajaib.co.id – Pemerintah mulai 15 Juni-9 Juli 2020 akan mulai menawarkan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri 017 dengan tingkat kupon sebesar 6,4 persen per tahunnya. Seri ORI017 ditawarkan dengan pembelian minimum Rp1 juta dan maksimum Rp3 miliar.

“ORI017 ini cukup likuid, bisa dicairkan kapan saja. Jadi, dari sisi investasi, imbal hasil, dan likuiditas ORI017 ini mencakup semuanya,” tulis Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan dalam keterangan resmi, seperti dikutip CNNIndonesia hari Jumat (12/6/20).

Perencana Keuangan dari ZAP Finance Prita Ghozie kepada CNNIndonesia menyatakan investasi pada surat utang negara memenuhi kriteria investasi yang banyak dicari investor, terutama investor pemula.

Hal ini meliputi, likuiditas, jangka waktu, dan jauh dari risiko gagal bayar karena ditanggung oleh pemerintah.

Sebelumnya, Kementerian Keuangan telah merilis seri ORI 016 dengan tingkat bunga sebesar 6,8 persen. Namun, seri ORI 016 tidak mencapai target penjualan karena imbal hasil yang ditawarkan menurun.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), penjualan ORI016 hanya mencapai Rp8,21 triliun.

Realisasi itu 91,2 persen dari target pemerintah yang mencapai Rp9 triliun. Sebagai perbandingan, ORI015 yang telah dirilis sebelumnya menawarkan imbal hasil lebih tinggi yakni 8,25 persen.

Lebih Baik Pilih ORI017 atau Reksa Dana Pendapatan Tetap (Obligasi)?

Penawaran ORI yang akan diterbitkan pemerintah akan menjadi pesaing bagi instrumen reksa dana pendapatan tetap.

Pemerintah mengubah rencana penerbitan surat berharga negara (SBN) ritel. Awalnya, pemerintah melalui Kementerian Keuangan berencana melakukan emisi saving bond ritel (SBR) pada Juni 2020.

Namun, rencana itu berubah dengan mendahulukan penerbitan obligasi negara ritel (ORI). Awalnya, instrumen itu direncanakan akan diterbitkan pada Oktober 2020.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai majunya rencana penerbitan ORI akan berpengaruh kepada pasar reksa dana. Menurutnya, instrumen SBN ritel itu akan menjadi pesain bagi reksa dana pendapatan tetap.

Ramdhan menyebut ORI menargetkan langsung investor ritel. Pembelian juga relatif lebih sederhana didukung skema daring atau online.

“Dari sisi imbal hasil, ORI harus di atas reksa dana pendapatan tetap,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (3/6/2020).

Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menilai secara umum belum ada tanda minat terhadap reksa dana berkurang. Menurutnya, investor masih memilih reksa dana dengan underlying obligasi karena pertimbangan besaran pajak.

“Tax rate yang masih lebih rendah dibandingkan dengan beli [obligasi] langsung tanpa melalui reksa dana,” jelasnya.

Budi menilai size ORI biasanya tidak terlalu besar. Dengan demikian, penerbitan instrumen itu menurutnya tidak akan berpengaruh besar terhadap produk reksa dana.

Direktur CSA Institute Aria Santoso meyakini lelang ORI tidak akan menyurutkan minat investor reksa dana. Pasalnya, kedua instrumen itu memiliki peminat masing-masing.

“Sebagaimana para peminat reksa dana pendapatan tetap juga dapat melakukan pembelian unit yang mengandung surat hutang negara,” ujarnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, reksa dana pendapatan tetap berbasis surat utang atau obligasi pemerintah dinilai memiliki prospek yang lebih menjanjikan. Obligasi pemerintah mendapat katalis positif salah satunya dari adanya perkiraan rencana pemangkasan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 50 basis points (bps) pada Juni 2020.

Kata Pengamat Mengenai Penerbitan ORI

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto menilai instrumen ORI lebih diincar oleh investor ritel dibandingkan dengan SBR. Pasalnya, ORI dapat diperdagangkan di pasar sekunder.

Selain itu, Ramdhan menyebut ORI biasanya menawarkan imbal hasil yang menarik bagi investor. Kupon yang ditawarkan akan berada di atas bunga deposito.

“Setiap penerbitan ORI juga memiliki tema-tema tertentu seperti pembangunan dan pendidikan yang menarik keterlibatan masyarakat untuk berinvestasi sambil membantu pemerintah,” jelasnya kepada Bisnis.

Sementara itu, Economist PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana menyebut terdapat dua keuntungan berinvestasi ORI. Pertama, instrumen itu menurutnya bebas risiko.

Kedua, imbal hasil lebih baik dibandingkan dengan instrumen sejenis. Perbandingan itu terutama dengan bunga deposito sehingga ORI bisa lebih dilirik oleh investor.

Fikri meyakini minat terhadap ORI masih sangat besar di tengah penyebaran pandemi Covid-19. Pasalnya, pilihan instrumen investasi khususnya untuk investor ritel masih terbatas.

“Ditambah risiko pandemi, tentunya investor ritel memiliki kewaspadaan tersendiri untuk memilih instrumen yang menurut mereka aman,” jelasnya.

Berdasarkan catatan Bisnis, Pemerintah melaporkan realisasi pembiayaan SBN senilai Rp420,8 triliun sejak awal 2020 hingga 20 Mei 2020. Penurunan giro wajib minimum (GWM) perbankan serta penyangga likuiditas makroprudensial (PLM) telah membantu pembiayaan SBN hingga Rp110,2 triliun.

Dengan realisasi itu, kebutuhan pembiayaan bruto yang tersisa dan harus dipenuhi dari Juni 2020 hingga Desember 2020 mencapai Rp990,1 triliun. Secara detail, sisa penerbitan SBN itu akan dipenuhi dari lelang SBN di pasar domestik, penerbitan SBN ritel dengan target sebesar Rp40 triliun hingga Rp50 triliun, SBN valas dengan target sebesar US$4 miliar hingga US$7 miliar, private placement, hingga pembelian SBN dengan skema khusus oleh Bank Indonesia (BI) sebagai last resort.

Artikel Terkait