Saham

Nasib dan Pergerakan Saham SMGR Ditengah Wabah Virus Corona

saham smgr

Ajaib.co.id – Apakah kamu penasaran bagaimana kinerja saham SMGR di tengah wabah virus corona ini? Jika iya, ada baiknya kamu simak ulasan berikut ini untuk mengetahui apa yang terjadi dengan saham PT Semen Indonesia Tbk ini.

Kemunculan wabah virus corona menancam penjualan daripada saham Semen Indonesia dengan kode emiten SMGR. Tak hanya SMGR yang terpengaruh tapi juga sektor-sektor lainnya dalam industri seperti perbankan, properti, consumer dan resources.

Dalam keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia (BEI) pekan lalu, disebutkan bahwa ada tekanan dan juga pelambatan ekonomi menyebabkan saham SMGR mengalami penurunan. Ini tentunya akibat investor sangat khawatir dengan penyebaran virus corona. Hal ini membuat para investor cenderung melakukan sell (jual) saham besar-besaran.

Ini tentunya membuat saham SMGR menjadi terdampak dimana dampaknya adalah terlihat dari sisi penjualan dan rantai pasok (supply chain) yang merupakan akibat keijakan pemerintah china melakukan lockdown di negaranya.

Sepanjang tahun 2019 emiten SMGR merupakan penghuni Indeks Kompas100 yang berhasil menjual sebanyak 42,61 juta ton semen atau penjualan yang naik 28.46 persen secara tahunan.

Adapun proses daripada produksi emiten SMGR ini memiliki potensi mengalami perlambatan dan juga penurunan daripada utilisasi. Hal ini tentunya berlaku seiring daripada sebuah potensi keterlambatan daripada bahan baku dan juga suku cadang impor yang bisa berdampak atau berpengaruh pada proses produksi semen.

Sepanjang tahun 2019, emiten SMGR yang merupakan perusahaan pelat merah ini mampu dalam meraup laba bersih senilai Rp2,39 triliun atau turun 23,2 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2018. Adapun emiten SMGR ini sudah berhasil mencatatkan sebuah pendapatan Rp40.36 triliun atau naik 31,55 persen daripada pendapatan periode yang sama di tahun 2018 yang Cuma hanya Rp30,68 triliun.

Kemudian, capaian daripada kinerja SMGR di tahun lalu juga melebihi perkiraan daripada konsensus yang sempat diprediksikan. Peningkatan daripada kinerja SMGR ini tentunya didorong oleh profitabilitas daripada PT Solusi Bangun Indonesia Tbk dengan kode emiten SMCB, ataupun emiten SBI atau yang sebelumnya bernama Holcim yang mempunya kinerja lebih baik.

SBI juga diketahui sudah melakukan penyesuaian daripada harga yang lebih tinggi dari sejak kuartal II di tahun 2019 dimana perusahaan berhasil melakukan peningkatkan daripada efisiensi yang terjadi pada sisi pembelian dan operasi perusahaan.

Pada akhir tahun 2019 SMCB juga berhasil mencatatkan laba bersih dengan nilai Rp499,05 miliar. Nilai ini tentunya jauh lebih baik daripada realisasi akhir 2018 yang masih merugi sampai dengan nilai Rp827,98 miliar.

Meskipun kinerja tahun lalu dinilai cukup baik, namun untuk mengantisipasi kemunculan potensi gangguan dalam penjualan akibat sentiment black swan seperti Pandemi virus corona, maka ada jeda pada beberaoa proyek-proyek pembangunan akibat pemerintah tengah melakukan pengalihkan daripada fokus dalam memerangi virus dan juga dampaknya terhadap ekonomi.

Di sisi lain, kejadian yang saat ini terjadi berupa penurunan harga minyak mentah yang sangat signifikan membantu dalam menaikkan margin saham SMGR, sedangkan suku bunga yang lebih rendah juga diharapkan mampu mengurangi beban bunga perusahaan.

Industri manufaktur di Indonesia saat ini juga dinilai memiliki potensi mengalami perlambatan akibat kemunculan pandemic virus corona. Hal ini tentunya bekaca pada negara tirai bamboo, China yang pertama kali diketahui mengalami kejadian pandemic virus corona dimana seluruh sektor mengalami kemunduran dan perlambatan ekonomi.

Pada bulan lalu, kinerja daripada manufaktur China terpantau terkoreksi atau turun cukup dalam. Berdasarkan data yang dirilis daripada Biro Statistik Nasional mencatat sejumalh indeks manufaktur atau Purchasing Managers Index di China mengalami penuruann tajam menjadi 35,7 pada bulan Februari tahun 2020 dari 50 pada bulan Januari tahun 2020.

Disisi lain, kinerja saham sepanjang tahun 2019 juga terpantau mengalami tekanan. SMGR mencatat laba bersih hanya Rp2,39 triliun, turun 22,3 persen dari laba bersih tahun 2018 dengan nilai Rp3,08 triliun.

Meski demikian, SMCR mencatatkan pendapatan yang naik, dimana sepanjang tahun 2019, SMGR membukukan laba bersih dengan nilai Rp40,36 triliun, naik 31,55 persen dariopada pendapatan pada periode yang sama di tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp30,68 triliun.

Berdasarkan laporan penjualan SMGR, sepanjang tahun 2019 emiten yang memproduksi semen ini udah menjual 42,61 juta ton semen. Penjualan ini tentunya meliputi penjualan Semen Indonesia, yang mencakuo Thang Long Cement Joint Stock Company dengan kode emiten TLCC dan juga semen dari PT Solusi Bangun Indonesia Tbk dengan kode emiten SMCB atau yang sebelumnya pernah dikenal dengan PT Holcim Indonesia.

Naiknya penjualan dari produksi semen tersebut turut mendorong naiknya beban pokok pendapatan. Hal ini tercatat dalam rincian, beban pokok pendapatan daripada emiten SMGR sepanjang 2019 yang mencapai Rp27,65 triliun ataupun sudah naik 29,48 persen daripada tahun lalu.

Disisi lain, adapun nominal daripada laba kotor yang dicatatkan oleh SMGR yang mana mencapai Rp12,71 triliun atau naik sebesar 36,25 persen.

Adapun beban-beban lain perusahaan yang tercatat juga turur mengalami kenaikan. Beban penjualan tersebut antara lain mencakup kenaikan 37,8 persen menjadi Rp3,08 triliun. Selain itu, beban umum dan juga beban administrasi juga naik senilai Rp3,53 triliun. Disisi lainnya beban keuangan juga naik 234,2 persen menjadi Rp959,2 miliar.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait