Dunia Kerja, Milenial

Milenial Berburu Bos dengan Gaya Kepemimpinan Asyik

Ajaib.co.id – Profesional milenial yang ingin berkarir di perusahaan, maupun mulai berentrepreneurship, akan menemui isu gaya kepemimpinan (leadership). Jika dulu gaji, jabatan, jarak kantor dan popularitas perusahaan yang jadi faktor pertimbangan utama, kini profesional milenial memburu atasan yang punya gaya kepemimpinan asyik.

Kenapa milenial memilih pimpinan dengan gaya kepemimpinan asyik? Sesuai dengan era kepribadian milenial, mereka memilih pemimpin bergaya kepemimpinan asyik karena bersamanya, tugas-tugas kerja terasa seru dan ringan! “Ngantor enggak berasa kerja, malah seperti berkarya,” begitu ungkap mereka.

Tiap jenis gaya kepemimpinan mempunyai kelebihan dan kekurangan. Namun tiga kualitas jawaranya adalah konsisten, objektif, dan solutif. Pemimpin yang teknis dan administratifnya kurang terampil, juga dijauhi bawahan.

Jenis-Jenis Kepemimpinan

Memangnya seperti apa saja gaya kepemimpinan yang pernah ada? Ini dia:

1. Kepemimpinan Transaksional

Pemimpin model seperti ini berfokus pada hubungan transaksi dengan karyawan, demi kepentingan tertentu. Biasanya, pemimpin tipe ini akan memberi imbalan (reward) ketika tim yang dipimpinnya berhasil mengerjakan pekerjaan dengan kualitas yang memuaskan sesuai target dan arahan.

Imbalan yang diberikan bisa berupa insentif tambahan, makanan, atau uang untuk memotivasi tim yang dipimpinnya. Namun, reward bukanlah cara yang tepat untuk menjaga motivasi kerja tim secara konsisten. Ada baiknya, imbalan diberikan ketika tim yang kamu pimpin mengerjakan proyek besar atau ada pekerjaan tambahan sebagai bentuk apresiasi.

2. Kepemimpinan Karismatik

Pemimpin ini mampu menarik, mempesona dan membangkitkan motivasi karyawan dengan gaya karismatik yang bisa menggerakan masa atau tim yang dipimpinnya secara alami untuk menggapai tujuannya. Umumnya karisma seseorang terbentuk dari lingkungan di mana orang tersebut tumbuh dan nilai-nilai sosial yang dianggap penting olehnya.

Pemimpin karismatik ini bisa dikatakan natural born leader. Sulit rasanya untuk mengubah seseorang pemimpin dengan gaya lain menjadi pemimpin yang berkarismatik.

3. Kepemimpinan Visioner

Jenis pemimpin yang idealis dan visioner, suka tantangan, perubahan dan futuristik. Pemimpin dengan tipe ini memiliki pola kepemimpinan yang ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang dilakukan berdasarkan visi yang jelas.

Kepemimpinan tipe ini memerlukan kompetensi tertentu, dan setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci seperti mampu berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam organisasi, harus memahami lingkungan luar dan memiliki kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang, harus memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur, produk dan jasa, harus memiliki atau mengembangkan “ceruk” untuk mengantisipasi masa depan.

4. Kepemimpinan Demokratis

Pemimpin yang mampu memengaruhi orang untuk bekerja sama dan mencapai tujuan yang ditetapkan bersama, menjunjung kesetaraan dan partisipasi.

Tipe pemimpin ini selalu memperhitungkan masukan-masukan yang diterima dari orang yang dipimpinnya. Sehingga, tim yang dipimpin dapat menyuarakan pendapat mereka secara bebas. Dengan masukan, mereka bisa melihat masalah dari sisi yang berbeda, sehingga dapat mengidentifikasi masalah dan menyelesaikan masalah yang sebenarnya. Ini juga bisa menjadi cara memperkuat kerja sama tim antara pemimpin dan orang yang dipimpinnya.

5. Kepemimpinan Militer

Pemimpin seperti ini memiliki sistem perintah yang kaku, menghendaki kepatuhan mutlak, menolak saran atau kritikan, komunikasi satu arah. Tipe pemimpin ini sangat mirip dengan tipe otoriter yang merupakan tipe pemimpin yang bertindak sebagai diktator terhadap para anggota kelompoknya.

Tipe pemimpin ini memiliki beberapa sifat seperti:

  • lebih menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana,
  • menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan,
  • sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
  • menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
  • tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
  • komunikasi searah.

6. Kepemimpinan Otoriter

Segala keputusan dan kebijakan ada di pemimpin, bawahan hanya mesin pekerja. Di mana, jenis kepemimpinan ini adalah lawan dari kepemimpinan demokratis dengan gaya pemimpin absolut. Gaya kepemimpinan ini bisa dilihat dari cara seorang pemimpin mengambil keputusan, tanpa memikirkan orang yang terdampak keputusan yang diambil

Selain itu kebebasan berpendapat orang yang dipimpin sangat terbatas, hampir tidak ada, dan biasanya mengandalkan rasa takut atau proses pendisiplinan yang kuat. Tipe pemimpin ini tidak pernah berhasil di perusahaan dan biasanya ditemukan di instansi militer, di mana perintah dari atasan adalah hal yang absolut yang harus dipatuhi

7. Kepemimpinan Delegatif

Pemimpin menyerahkan keputusan dan solusi pada bawahan. Bawahan harus berjiwa pemimpin dan berkemampuan problem solving tinggi. Pemimpin ini memiliki gaya kepemimpinan di mana seorang pemimpin memberikan otoritas kepada tim yang dipimpinnya dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.

Meski gaya kepemimpinan ini dapat meningkatkan kepercayaan dan kerjasama antara anggota tim dan pemimpinnya, namun diperlukan pengawasan agar tidak terjadi kebablasan kebebasan.

Tipe ini sering ditemukan pada perusahaan startup yang masih berkembang dan masih membangun budaya kerja yang dirasa sesuai dengan visi misi yang ingin dibangun.

8. Kepemimpinan Birokratif

Kepemimpinan berdasarkan prosedur dan menuntut perilaku yang sama pada bawahan. Pemimpin ini menjalankan tugas dengan aturan dan selalu mengacu pada SOP dan ketentuan yang berlaku.

Pemimpin ini sering ditemukan di perusahaan tradisional dengan dengan budaya kerja tradisional, di mana hal seperti senioritas masih menjadi praktik umum. Kepemimpinan jenis ini tidak terlalu suka dengan perubahan dan cara out of the box dalam menyelesaikan permasalahan. Pendekatan yang dilakukan oleh pemimpin birokrasi umumnya bersifat konservatif dan sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan.

9. Kepemimpinan Administratif

Pemimpin ini sangat kaku pada aturan, takut mengambil risiko, dan minim melakukan perubahan. Gaya kepemimpinan ini juga terkesan kurang inovatif. Sikapnya yang konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil risiko, dilakukan karena mereka cenderung  mencari aman. Model seperti ini jika mengacu kepada analisis perubahan yang telah  kita bahas sebelumnya, hanya cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.

10. Kepemimpinan Diplomatis

Pemimpin diplomatis sering menganalisa dari banyak sisi dalam mengambil keputusan, sering dianggap kurang banyak bertindak. Kelebihan gaya kepemimpinan ini bisa memiliki penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya.

Hanya pemimpin dengan kepribadian netral yang bisa melihat kedua sisi, dengan jela. Apa yang menguntungkan dirinya dan juga menguntungkan lawannya. Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya ini. Umumnya, mereka sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat berlebihan, sehingga mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan, sedangkan timnya tidak dan seringkali membuat pengikutnya meninggalkan pemimpin.

11. Kepemimpinan Moralis

Pemimpin berfokus pada kesantunan, empati, perhatian, sabar dan murah hati, kadang terhanyut suasana. Kelebihan dari gaya kepemimpinan ini adalah mereka memiliki sikap yang hangat dan sopan kepada semua orang, juga memiliki empati yang tinggi terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada dalam diri pemimpin ini. Rata orang seperti ini tidak stabil, bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang juga bisa sangat menyenangkan dan bersahabat.

12. Kepemimpinan Analitis

Kepemimpinan berdasarkan analisis logika pemimpin, berorientasi pada hasil dan rencana jangka panjang. Tipe ini biasanya membuat keputusan berdasarkan proses analisis,  terutama analisis logika pada setiap informasi yang diperolehnya. Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika dengan pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.

13. Kepemimpinan Asertif

Kepemimpinan yang memerhatikan individu, terbuka terhadap kritik dan konflik. Keputusan adalah hasil argumentasi sudut pandang berbagai pihak, kesimpulan memuaskan, persaingan sehat, target tinggi dan perencanaan jelas.

14. Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan beradaptasi pada tingkat kesiapan bawahan dan situasi. Inti dari gaya ini adalah tergantung dari tingkat kesiapan para pengikutnya.

Pemahaman teori ini adalah tentang tidak adanya gaya kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi tugas dan hampir semua pemimpin yang selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang tepat.

Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi bergantung pada tugas, pekerjaan, atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.  Sehingga, pendekatan kepemimpinan situasional ini fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Di mana, seorang pemimpin harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.

Mana Gaya Kepemimpinan Favorit?

Bawahan juga ingin diperhatikan, dihargai pendapatnya dan diberi tanggung jawab sesuai wewenangnya. Gaya kepemimpinan favorit adalah yang mampu menyeimbangkan tingkat kebahagiaan dan stres bekerja, sesuai kacamata keadilan semua pihak. Di mata bawahan, pemimpin pantas lebih stres karena reward dan fasilitasnya lebih besar.

Manfaat Harmonisasi Atasan – Karyawan

Jika keseimbangan tercapai, terbentuklah harmonisasi pemimpin dan bawahan yang sangat bermanfaat bagi produktivitas dan kestabilan perusahaan. Pupuk kepercayaan dan berinvestasilah pada hubungan kerja seperti ini.

Risiko yang Mungkin Timbul

Risiko yang mungkin timbul jika mengejar atau memfavoritkan pemimpin adalah, jika harmonisasi kerja tersebut kehilangan personelnya karena alasan personal, seperti sakit, pindah domisili, berganti karier, maka akan timbul keengganan mencari pengganti.

Mereka pesimis akan menemukan yang sesempurna sebelumnya. Malah, jika pemimpinnya yang hilang, semua bawahan bisa “bedol desa”.

Startup Beken karena Gaya Kepemimpinan Asyik

Kini bertebaran founder-founder milenial favorit di tanah air. Kisah sukses bisnis dan gaya kepemimpinannya pun sudah jadi santapan terbuka berbagai seminar kepemimpinan, medsos maupun broadcast.

Hayo, gaya kepemimpinan siapa yang jadi favoritmu: Nadiem Makarim – founder Gojek yang visioner, Achmad Zaky – founder Bukalapak yang karismatik dan moralis, atau William Tanuwijaya – founder dan CEO Tokopedia yang asertif?

Artikel Terkait