Sumber: Tempo Scan
Ajaib.co.id – PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC) melalui entitas anaknya melakukan kegiatan usaha di bidang farmasi sejak tahun 1953, dan sejak tahun 1970 memulai kegiatan produksi komersial produk farmasinya sendiri dengan skala besar.
Kemudian di tahun 1977 Tempo Scan mulai merambah produk konsumen dan kosmetik. Demi efisiensi emiten tak hanya melakukan distribusi namun juga manufaktur sebagian besar produk-produknya. Tempo Scan diketahui juga melakukan manufaktur dan distribusi produk pihak ketiga secara makloon.
Merek-merek di bawah Tempo Scan yang telah dikenal masyarakat diantaranya produk kesehatan seperti Bodrex, Hemaviton, Oskadryl, NEO rheumacyl, Oskadon, Ipi Vitamin, Bodrexin, Contrex, Contrexyn, Vidoran, Zevit dan Neo Hormoviton, dan obat resep seperti Hospira, SciClone, Alif, Ericaf, Timoc, Triptagic dan Trozyn. Sedangkan produk konsumen dan komestik dari Tempo Scan diantaranya Marina, My Baby, Total Care, S.O.S, Claudia, Natural Honey.
Pada tanggal 17 Juni 1994 emiten memutuskan untuk go public di papan utama bursa efek Indonesia dengan kode saham TSPC. Saat ini dengan jumlah saham beredar sebanyak 4.500.000.000 lembar di harga Rp 1.445 per saham maka kapitalisasi pasar saham TSPC adalah Rp 6,5 Triliun. Adapun sebagian besar saham TSPC dipegang oleh PT Bogamulia Nagadi (82,01%), sedangkan sebagian kecil beredar di masyarakat (17,99%).
Kinerja Berdasarkan Laporan Keuangan Terakhir
Rp penuh | 2Q21 | 2Q20 | Perubahan |
Pendapatan | 5,48 triliun | 5,35 triliun | 2,43% |
Laba Kotor | 1,92 triliun | 1,86 triliun | 3,58% |
Laba Usaha | 560,8 miliar | 505,68 miliar | 10,90% |
Laba Bersih | 443,6 miliar | 401,66 miliar | 10,44% |
Pendapatan emiten utamanya terdiri dari tiga sumber yakni farmasi, produk konsumen, dan jasa distribusi. Perolehan pendapatan di Kuartal 2-2021 dibandingkan dengan perolehan di periode yang sama di tahun 2020 kurang lebih sama yakni Rp 5,4 triliun.
Setelah dikurangi dengan beban pokok pendapatan, laba kotor yang dihasilkan juga tak jauh berbeda yakni sekitar Rp 1,9 triliun. Kemudian diperoleh laba usaha yang meningkat 10,9% meski pendapatan hanya meningkat 2% saja.
Dilihat dari laba usahanya, terdapat efisiensi dalam menghemat pengeluaran beban usaha yang terdiri dari beban penjualan dan administrasi. Dengan melakukan efisiensi di beban usaha, laba bersih pun meningkat dengan pertumbuhan yang kurang lebih sama dengan kenaikan laba usaha yakni sekitar 10%.
Per kuartal 2-2021 laba bersih perusahaan milik keluarga Kartini Muljadi ini adalah sebesar Rp 443,6 miliar. Sebelumnya di periode yang sama di tahun 2020 laba bersih Tempo Scan adalah Rp 401,66 miliar.
2Q21 | 2Q20 | |
GPM | 35,19% | 34,80% |
OPM | 10,22% | 9,44% |
NPM | 8,09% | 7,50% |
Dalam paparan publik terkini, manajemen emiten menyatakan bahwa mereka saat ini sedang meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi.
Caranya adalah dengan pemanfaatan penuh utilisasi pabrik, re-engineering dan implementasi teknologi informasi yang tepat sehingga efisiensi bisa tercapai.
Secara marjin laba emiten berhasil membukukan marjin laba yang lebih tebal dibandingkan perolehannya di Kuartal 2-2020.
Marjin laba kotor (GPM) di Kuartal 2-2021 adalah 35,19%, sebelumnya di Kuartal 2-2020 hanya 34,80%. TSPC melakukan konsolidasi pembelian bahan baku dan kemasan serta mencari sumber pasokan dari sumber lain untuk menghemat beban pokok pendapatan.
Marjin laba usaha emiten meningkat menjadi 10,22% dibandingkan sebelumnya 9,44%, begitu pula dengan marjin laba bersihnya yang menjadi 8% dari sebelumnya di kuartal 2-2020 7,5% saja.
Marjin laba usaha dan laba bersih meningkat berkat efisiensi dalam pengeluaran beban usaha diantaranya dengan menerapkan teknologi informasi yang tepat untuk mengurangi biaya.
Rp penuh | 2Q21 | 2Q20 | Perubahan |
Aset | 9,61 triliun | 8,75 triliun | 9,78% |
Liabilitas | 3,06 triliun | 2,8 triliun | 9,33% |
Ekuitas | 6,55 triliun | 5,95 triliun | 9,99% |
Berikutnya adalah tentang neraca keuangan emiten. Perlu diketahui bahwa marjin laba perusahaan farmasi memang tipis, biasanya kurang dari 10% tak terkecuali dengan TSPC.
Akan tetapi hal itu tak menjadi masalah selama emiten menerapkan efisiensi dengan ketat. Ketika efisiensi diterapkan dengan ketat maka kamu tidak akan melihat masalah pada neracanya, terutama pada kesehatan keuangannya.
Total aset meningkat 9,78% menjadi Rp 9,61 triliun di Kuartal 2-2021 ini. Peningkatan nilai aset juga diikuti oleh total liabilitas dan ekuitas. Liabilitas meningkat 9% juga menjadi Rp 3 triliun per Juni 2021 ini. Dengan demikian ekuitas meningkat 9,99% menjadi Rp 6,55 triliun per Juni 2021.
2Q21 | 2Q20 | |
DER | 46,77% | 47,05% |
Current Ratio | 268,85% | 270,82% |
Mengenai kesehatan keuangan, emiten mengelola kesehatannya dengan baik. Rasio utang per ekuitas berada dalam kisaran yang sangat baik yakni 40-an persen per Juni tahun 2021 dan 2020. Secara jangka pendek pun sangat baik, nilai aset lancar lebih dari 2x lipat dari utang jangka pendeknya.
Riwayat Kinerja
Berikutnya kinerja akan ditelusuri dari tahun ke tahun untuk melihat konsistensi manajemen dalam mengelola beban, menghasilkan laba dan meningkatkan penjualan.
Rp penuh | Pendapatan | Laba Kotor | Laba Usaha | Laba Bersih |
2017 | 9,56 triliun | 3,65 triliun | 634,16 miliar | 557,33 miliar |
2018 | 10 triliun | 3,84 triliun | 702,57 miliar | 540,37 miliar |
2019 | 10,99 triliun | 4,24 triliun | 797 miliar | 595,15 miliar |
2020 | 10,96 triliun | 3,91 triliun | 1,07 triliun | 834,36 miliar |
CAGR | 4,67% | 2,27% | 23,73% | 14,40% |
Adapun pendapatan bertumbuh setiap tahunnya rata-rata sebesar 4,67% per tahun, di tahun 2020 pendapatan TSPC adalah sebesar Rp 10,96 triliun.
Sebelumnya pendapatan per tahun 2019 adalah Rp 10,99 miliar, pendapatan terkoreksi kecil karena penjualan kosmetik sedikit menurun selama pandemi. Sedangkan penjualan segmen usaha lain seperti obat-obatan dan distribusi mengalami kenaikan.
Kamu pasti tahu merek-merek kosmetik TSPC seperti Marina, ULTIMA II, dan merek di bawah lisensi yang diproduksi lokal oleh TSPC seperti Revlon, Estee Lauder, Clinique, MAC, Bobbi Brown, Jo Malone dan La Mer.
Pandemi menyebabkan orang-orang cenderung tidak bepergian dan mengurangi belanja make up sehingga di tahun 2020 penjualan kosmetik TSPC terkoreksi.
Namun bukan soal karena TSPC juaranya efisiensi. Dalam paparan publiknya manajemen menyatakan bahwa di tahun 2020 mereka melaksanakan disiplin pengendalian anggaran dan pengelolaan biaya-biaya operasional dibantu teknologi terkini sehingga mudah melacak kebocoran anggaran dan memangkas pengeluaran yang tidak perlu.
Di tahun 2020 laba usaha TSPC adalah sebesar Rp 1,07 triliun, naik sekitar Rp 200 miliar dari sebelumnya di 2019 yakni Rp 797 miliar saja. Pertumbuhan rata-rata laba bersih adalah 23,73%, lebih pesat dibandingkan pertumbuhan pendapatan.
Kemudian setelah pengurangan beban lainnya seperti pajak dan beban keuangan, didapat laba bersih per tahun 2020 sebesar Rp 834,36 miliar. Laba bersih sendiri bertumbuh rata-rata 14% per tahun.
GPM | OPM | NPM | |
2017 | 38,24% | 6,63% | 5,83% |
2018 | 38,08% | 6,96% | 5,36% |
2019 | 38,58% | 7,25% | 5,41% |
2020 | 35,67% | 9,81% | 7,61% |
Jika kamu perhatikan selama beberapa tahun ini khususnya di tahun 2020 beban pokok farmasi secara umum meningkat karena melemahnya kurs Rupiah dan karena hal lain.
TSPC mengatasinya dengan mencari alternative sourcing untuk menekan beban pokok. Sejauh ini berhasil namun di tahun 2020 kendala datang dari peningkatan pengiriman kargo, alhasil marjin laba kotor turun menjadi 35,67% saja di 2020.
Namun berkat efisiensi yang luar biasa, di 2020 beban penjualan, beban umum dan administrasi dihemat dengan ketat sehingga dapat menghasilkan marjin laba usaha sebesar 9,81%. Sebelumnya di 2019 marjin laba usaha (OPM) hanya 7,25%.
Karena laba usaha berhasil ditingkatkan maka laba bersih pun bisa diraih lebih tinggi dari sebelumnya. Adapun marjin laba bersih yang berhasil emiten kantongi di 2020 adalah 7,61%. Di tahun-tahun sebelumnya marjin laba emiten bahkan tidak sampai 6%.
Rp penuh | Aset | Liabilitas | Ekuitas |
2017 | 7.434.900.309.021 | 2.352.891.899.876 | 5.082.008.409.145 |
2018 | 7.869.975.060.326 | 2.437.126.989.832 | 5.432.848.070.494 |
2019 | 8.372.769.580.743 | 2.581.733.610.850 | 5.791.035.969.893 |
2020 | 9.104.657.533.366 | 2.727.421.825.611 | 6.377.235.707.755 |
CAGR | 6,99% | 5,05% | 7,86% |
Secara umum aset bertumbuh moderat saja sebesar rata-rata 6,99% per tahun, di akhir 2020 total aset TSPC adalah Rp 9,1 triliun. Kemungkinan jika ekspansi produk TSPC di Thailand, Malaysia, Filipina dan Nigeria berhasil maka total aset emiten tentu akan semakin berkembang.
Saat ini produk TSPC sudah sangat dikenal di Indonesia karena strategi “Value for money”, produk berkualitas dan bermanfaat dengan harga yang terjangkau, sejauh ini sangat berhasil.
Selain aset, liabilitas juga bertumbuh namun hanya 5% saja per tahun. Per akhir 2020 liabilitas emiten adalah sebesar Rp 2,72 triliun. Ekuitas di sisi lain juga bertumbuh, terutama di tahun 2020 ketika emiten mulai menerapkan teknologi informasi untuk mendukung efisiensi.
Dividen
Emiten secara rutin membagikan dividen setiap tahunnya. Pada Juli 2020 emiten membagikan Rp 50 dividen tunai per saham ke seluruh pemegang sahamnya. Sedangkan di 2018 dan 2019 dividen tunainya adalah Rp 40 per saham.
Kesimpulan
Singkat kata TSPC adalah emiten yang punya persepsi merek yang baik, juaranya efisiensi dan selalu rutin dalam membagikan dividen. Berikut penjelasannya;
TSPC adalah emiten farmasi yang melebarkan sayapnya ke produk konsumen dan kosmetik juga. Merek-merek milik TSPC selalu dipasarkan dengan strategi “Value for Money” yang mengandung arti produk-produk dijual murah dengan kualitas yang baik.
Sejauh ini TSPC sebagai perusahaan farmasi yang sudah berdiri sejak 68 tahun yang lalu sangat baik dalam merawat ekuitas merek-mereknya.
Masyarakat memiliki persepsi merek yang baik terhadap merek-merek produk TSPC seperti Bodrex, Hemaviton, Oskadryl, NEO rheumacyl, Oskadon, Ipi Vitamin, Bodrexin, dan lain sebagainya. Saat ini emiten berusaha melakukan penetrasi pasar dengan pemasaran online dan melalui e-commerce.
TSPC, layaknya perusahaan farmasi lainnya, memiliki marjin laba yang tipis tak lebih dari 10% akan tetapi TSPC pandai dalam melakukan efisiensi sehingga marjin laba bertumbuh dari tahun ke tahun meski tipis. Dengan demikian meski tipis namun kesehatan keuangan emiten baik-baik saja.
Emiten melakukan efisiensi di beban pokok pendapatan, beban usaha seperti beban penjualan, pemasaran, beban umum dan administrasi.
Emiten selalu mencari alternative sourcing untuk mencari bahan baku yang lebih terjangkau dengan kualitas sama dengan pemasok utamanya. Emiten menerapkan teknologi ERP untuk distribusinya, dan teknologi informasi lainnya untuk membantu menekan biaya yang tak perlu.
Pendapatan setiap tahunnya bertumbuh rata-rata sebesar 4,67% sedangkan laba bersih bertumbuh 14,4%. Berkat efisiensi yang baik, hal yang demikian bisa terjadi.
Berkat kepandaiannya dalam efisiensi, meski pendapatan sempat turun di tahun 2020 gegara penjualan kosmetik yang terkoreksi namun laba usaha dan laba bersih tetap bertumbuh. Dengan demikian marjin laba emiten terus meningkat.
TSPC bukan emiten kemarin sore yang baru menjajal pangsa pasarnya. TSPC sudah berdiri lama dan produknya masih diadopsi oleh para penggunanya dari generasi ke generasi.
Selain itu manajemen TSPC punya disiplin ketat dalam hal efisiensi sehingga liabilitas, meski bertumbuh, namun masih bisa ditekan.
Disclaimer: Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi. Ajaib membuat informasi di atas melalui riset internal perusahaan, tidak dipengaruhi pihak manapun, dan bukan merupakan rekomendasi, ajakan, usulan ataupun paksaan untuk melakukan transaksi jual/beli Efek. Harga saham berfluktuasi secara real-time. Harap berinvestasi sesuai keputusan pribadi.