Ajaib.co.id – Pernah mendengar istilah depresi ekonomi? Lalu bagaimana dengan fenomena great depression? Keduanya memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Bahkan great depression sudah tercatat sebagai depresi ekonomi paling parah di dunia hingga saat ini.
Untuk lebih memahami fenomena anjloknya perekonomian dunia ini, akan lebih baik untuk kamu memahami arti dari depresi terlebih dahulu.
Dalam aktivitas ekonomi ketika ada guncangan dikenal juga istilah resesi. Kondisi ini menunjukkan produk domestik bruto mengalami penurunan atau pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam periode satu tahun.
Nah, depresi ekonomi itu pasti selalu didahului oleh resesi ekonomi. Selanjutnya, resesi yang berkepanjangan akan menimbulkan keadaan ekonomi yang semakin melambat dan krisis ekonomi yang lama. Sehingga resesi ekonomi yang lama dan berkepanjangan inilah yang disebut depresi.
Sederhananya, depresi ekonomi adalah penurunan aktivitas ekonomi yang buruk dan berkepanjangan. Jika kamu mempelajari ilmu ekonomi, maka akan memahami kalau depresi umumnya disebut sebagai resesi ekstrem yang berlangsung selama 3 tahun atau lebih.
Hal ini menyebabkan adanya penurunan Produk Domestik Bruto (PDB) riil bahkan hingga minimal 10% pada tahun tertentu. Saat sebuah negara sudah mengalami resesi tapi tidak bisa segera bangkit, hal ini bisa mengantarkannya pada kondisi perekonomian yang terburuk.
Untuk menyadari terjadinya depresi, terdapat tanda-tanda di baliknya. Di antaranya, adanya penurunan daya beli masyarakat, peningkatan jumlah pengangguran, terjadi penjualan saham besar-besaran, produksi barang berkurang signifikan, banyak pabrik dan perusahaan mengalami kebangkrutan, ada banyak bank yang pada akhirnya ikut gulung tikar atau kolaps.
Sementara itu, fenomena great depression merupakan salah satu peristiwa depresi ekonomi terburuk sepanjang sejarah. Awalnya peristiwa ini terjadi di Amerika Serikat pada tahun 1929 hingga 1939.
Kejatuhan ekonomi negeri Paman Sam ini dimulai dari jatuhnya pasar saham di bulan Oktober 1929 yang membuat pialang di Wall Street panik dan kehilangan jutaan investor. Fenomena yang disebut dengan The Great Depression ini implikasinya melahirkan banyak pengangguran di Amerika Serikat.
Titik paling rendah dari fenomena ini terjadi pada tahun 1933. Pada saat itu tercatat sebanyak 15 juta warga Amerika Serikat menganggur dan hampir setengah dari bank di negara tersebut kolaps.
Melihat istilah Great Depression, kita jadi memahami fenomena ini membuat sebuah negara besar akan terguncang dahsyat dalam bidang ekonomi. Dampaknya tak hanya dirasakan oleh negara yang mengalaminya, tetapi juga negara-negara lain di dunia.
Hal ini berarti, Great Depression berimbas pada perekonomian dunia. Negara-negara berkembang sudah pasti akan terguncang ekonominya, namun peristiwa ini juga memporak-porandakan perekonomian negara industri. Alasannya karena volume perdagangan menurun drastis, demikian pula dengan pendapatan masyarakat, pajak, dan keuntungan perusahaan.
Dahsyatnya krisis ekonomi pada level Great Depression tidak hanya berdampak pada kota-kota besar saja yang membangun gedung-gedung tinggi. Namun, juga perekonomian di wilayah pedesaan ikut tertekan. Misalnya, harga komoditas pertanian yang anjlok. Hal yang menyedihkan lainnya, komoditas pertanian membusuk di lahan sebab ketiadaan dana operasional untuk memanennya.
Dalam sejarah dunia, Great Depression telah menjadi mimpi buruk. Pasalnya, amat sulit untuk bangkit apalagi keluar dari krisis ekonomi ini. Negara adidaya sekelas Amerika Serikat pun membutuhkan waktu kurang lebih sepuluh tahun untuk memulihkan kondisi perekonomiannya.
Kebangkitan Dunia dari Great Depression
Mengutip dari kompas.com, fenomena dari Great Depression membuat pengalaman keberhasilan dan kegagalan dalam menanggulangi depresi ekonomi tahun 1930-an idealnya dapat menjadi acuan untuk bisa keluar dengan cepat dari krisis ekonomi dunia sekarang ini atau krisis yang serupa.
Namun, para akademisi dan ekonom terkemuka dunia sendiri sampai sekarang ini belum memiliki kesepakatan bersama terkait kebijakan seperti apa sebenarnya yang paling berperan dalam membuat dunia keluar dari krisis ekonomi terburuk abad ke-20 itu.
Misalnya saja, pandangan tradisional selama ini meyakini kebijakan New Deal yang digulirkan Presiden Franklin D Roosevelt (FDR) merupakan kunci keluar dari krisis. Dan tak sedikit yang mengaitkan pulihnya kembali ekonomi AS waktu itu dengan meletusnya Perang Dunia.
Banyak studi yang memperlihatkan peran Perang Dunia II dan kebijakan fiskal terkait Perang Dunia II menjadi faktor terpenting pemulihan ekonomi yang terjadi pada kurun waktu 1941-1942. Namun, tidak sedikit pula studi lain yang membantah temuan ini. Pertimbangannya lantaran sebagian besar pemulihan ekonomi sudah terjadi sejak sebelum perang meletus.
Adapun Christina Romer pernah mengatakan salah satu yang menyebutkan kebijakan fiskal nyaris sama sekali tak menyumbang pada pemulihan ekonomi AS yang terjadi sebelum tahun 1942.
Beberapa ekonom lain melihat peran belanja fiskal yang dilakukan oleh FDR waktu itu lebih sebagai memperluas jalan untuk terjadinya pemulihan ekonomi secara alamiah ketimbang sebagai motor pemulihan itu sendiri.
Adapun pandangan lain muncul yang menyebutkan, pemulihan ekonomi AS dari Great Depression didorong oleh pergeseran ekspektasi yang ditimbulkan oleh langkah kebijakan yang ditempuh FDR.
Hal ini dilihat dari peningkatan belanja pemerintahan federal dan peningkatan defisit federal (bukan negara bagian) pada tahun 1930-an. Kedua hal ini dinilai berperan besar dalam mengubah ekspektasi masyarakat mengenai arah ekonomi, dari yang semula bias deflasioner menjadi inflasioner. Harapan ini pun yang menuntun pada turunnya suku bunga riil dan melonjaknya permintaan agregat dalam perekonomian.
Ada lagi sekelompok ekonom lain, termasuk di antaranya, Bruce Bartlett dari Forbes.com. Dia mengatakan bahwa Great Depression 1930-an sebetulnya baru benar-benar berakhir setelah ditempuhnya kebijakan moneter dan fiskal yang sama-sama ekspansif menjelang Perang Dunia II.
Itulah fenomena resesi ekonomi paling buruk sepanjang sejarah kehidupan manusia. Saat ini, dunia pun tengah dihadapkan pada krisis ekonomi akibat pandemi COVID-19. Dalam setahun ini, yakni sepanjang 2020 sudah banyak negara di dunia yang mengalami resesi ekonomi. Keberlanjutan kondisi ekonomi dunia akan sangat bergantung pada adanya vaksin dan program vaksinasi di tahun 2021 mendatang.
Sumber: Apa itu Resesi Ekonomi? Apa Indikatornya?, Sudah Tak Asing, Tahukah Kamu Fungsi dan Jenis Bank Sebenarnya?, dan Mengenal Lebih Dalam Apa Itu Pialang dan Berbagai Jenisnya, dengan perubahan seperlunya.