Ekonomi

Daftar Negara Maju Alami Resesi Ekonomi Karena Pandemi

Ajaib.co.id – Sejumlah negara sudah mengumumkan alami resesi ekonomi karena pandemi COVID-19. Pasalnya, wabah COVID-19 turut berdampak pada aktivitas perekonomian yang terhambat. Alhasil ekonomi menjadi tertekan. Bahkan negara-negara maju di dunia pun ada yang tak lepas dari jeratan resesi ekonomi ini. 

Sebelum berbicara lebih jauh, ada baiknya kita memahami terlebih dahulu apa itu resesi ekonomi

Resesi ekonomi digambarkan sebagai sebuah situasi ekonomi sebuah negara yang turun. Dilihat dari penurunan nilai pertumbuhan ekonomi riil menjadi negatif dalam dua kuartal berturut-turut.

Lalu jika resesi ini berjalan secara simultan akan berdampak pada beberapa hal berupa penurunan kegiatan ekonomi, seperti kegiatan usaha yang anjlok, pengangguran tinggi, investasi yang melemah, hingga penurunan keuntungan perusahaan. 

Resesi ekonomi juga bisa dilihat dari menurunnya atau meningkatnya harga-harga komoditas di dalam negeri. Kalau keadaan seperti ini tidak segera diselesaikan, resesi ekonomi bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Dampak lanjutannya akan terjadi depresi ekonomi di mana kemerosotan ekonomi bisa lebih dalam dari resesi ekonomi. 

Sementara itu, sebuah negara akan masuk ke dalam resesi ekonomi jika selama dua kuartal berturut-turut berada di level negatif.

Lalu apa yang bisa kamu lakukan sebagai masyarakat saat menghadapi resesi ekonomi?

Mengutip dari kompas.com, pakar finansial Ahmad Gozali mengatakan dampak resesi ekonomi, terutama bagi masyarakat kelas bawah adalah tingkat pengangguran yang bertambah. Sehingga ia menyarankan beberapa cara yang bisa dilakukan agar tetap bisa bertahan di tengah kondisi resesi ekonomi. Di antaranya, melindungi sumber penghasilan yang sudah dimiliki.

Sebagai pegawai menurut dia sebaiknya kamu tidak agresif untuk pindah pekerjaan sebelum sudah ada kepastian pekerjaan di tempat baru yang lebih stabil. Adapun untuk kamu yang menjalani usaha atau bisnis, pertimbangkan juga untuk melakukan perluasan/ ekspansi bisnis. 

Selanjutnya, kamu disarankan mempunyai dana cadangan. Ia menilai kalau kamu menyimpan dana cadangan sebaiknya dikumpulkan hingga 3-12 kali pengeluaran bulanan dalam bentuk likuid. Sehingga, kalau kamu sekarang dana cadangannya kurang dari itu, bisa ditambah dengan mengurangi aset risiko tinggi dan menambah likuiditas. 

Yang ketiga, kurangi belanja dalam jumlah yang besar-besaran. Apabila sebelumnya kamu mempunyai rencana kredit kendaraan atau rumah, maka perlu dipertimbangkan dan dipelajari lagi risikonya. Seperti cukup amankah untuk melanjutkan rencana tersebut.

Kamu juga disarankan, jangan terlalu memaksakan, misalnya menggunakan dana cadangan untuk bayar DP (down payment). Artinya, dalam situasi resesi, dana cadangan menjadi semakin penting, jangan terpakai untuk hal lain dulu. Justru kalau bisa terus ditambah besarannya.

Keempat, kamu tetap bisa belanja secara rutin. Mengapa demikian? Karena pembelanjaan konsumtif rumah tangga untuk hal-hal penting justru akan berkontribusi ke perekonomian domestik. Pasalnya di Indonesia, belanja domestik justru menjadi salah satu pendorong ekonomi yang dominan. 

Negara Maju yang Resesi Ekonomi Tahun Ini

Daftar negara-negara maju yang mengalami resesi di tengah pandemi ini dilansir dari liputan6.com. Berikut informasinya:

Amerika Serikat

Negara maju pertama yang mengalami resesi ekonomi adalah Amerika Serikat (AS). Ekonomi AS mengalami kontraksi atau minus 32,9% secara tahunan pada kuartal II 2020 ini. Hal ini merupakan penurunan ekonomi paling buruk sepanjang sejarah.

Dengan kondisi ekonomi yang negatif ini, maka AS resmi masuk ke jurang resesi. Dalam catatan pada kuartal I 2020 atau periode Januari hingga Maret, pertumbuhan ekonomi AS juga telah minus 5%.

Mengutip CNN Business, Jumat (31/7), sejarah juga mencatat kalau AS terjerumus dalam jurang resesi untuk pertama kalinya dalam 11 tahun terakhir. Bisa dikatakan perekonomian dan bisnis yang terhambat bahkan berhenti akibat kebijakan lockdown untuk menghambat penyebaran virus COVID-19 memusnahkan pertumbuhan ekonomi yang telah dicetak selama bertahun-tahun.

Jerman

Negara yang kedua adalah Jerman. Ekonomi Jerman tercatat minus 10,1% pada kuartal II 2020. Merosotnya ekonomi Jerman membuat negara ini masuk dalam jurang resesi. Pasalnya pada kuartal sebelumnya telah mengalami kontraksi sebesar 2,2%. Artinya selama dua kuartal berturut-turut ekonominya negatif. 

Adapun realisasi ekonomi Jerman pada kuartal II 2020 tersebut adalah yang terendah sejak 1970. Hal tersebut telah diutarakan oleh Biro Statistik Federal. Hal ini terlihat dari ekspor dan impor barang dan jasa yang anjlok pada kuartal II 2020. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi alat produksi korporasi juga merosot.

Korea Selatan

Negara selanjutnya yang telah mengumumkan resesi ekonomi adalah Korea Selatan. Bank of Korea telah melaporkan produk domestik bruto (PDB) negara ini turun 3,3% pada periode April-Juni dibandingkan kuartal sebelumnya yang sebesar 1,3%. Hal ini adalah pertama kalinya ekonomi menyusut dalam dua kuartal berturut-turut sejak 2003. Sementara itu, penurunan kuartalan adalah yang paling dalam sejak 1998.

Ekspor turun hingga 16,6%, dan merupakan penurunan paling curam sejak 1963. Termasuk impor yang juga turun 7,4%. Sementara itu, konsumsi swasta meningkat 1,4% karena pengeluaran yang lebih tinggi untuk barang tahan lama, seperti mobil dan peralatan rumah tangga.

Dengan begitu, Korea Selatan dinyatakan memasuki resesi untuk pertama kalinya dalam 17 tahun terakhir. Ini karena ekspor anjlok imbas pandemi COVID-19. 

Inggris

Negara selanjutnya yang mengalami resesi ekonomi dari daratan Eropa yakni, Inggris. Inggris juga merupakan kepulauan yang terletak di barat laut benua Eropa, juga masuk dalam jurang resesi. Mengutip The Guardian, Inggris saat ini mengalami resesi paling parah sepanjang sejarah ekonominya. Pemerintah Inggris mencatat ekonomi negara ini pada kuartal I tahun 2020 pertumbuhannya -2,2%, kemudian -20,4% di kuartal II-2020.

Jepang

Jepang harus mengalami resesi ekonomi usai pandemi COVID-19 menyerang negara ini. Tercatat, ekonomi negara terbesar ketiga di dunia itu menyusut 0,9% pada periode Januari-ke-Maret, dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

Meski demikian, angka ini masih lebih baik dibandingkan jejak pendapat Analis Refinitiv yang memprediksi ekonomi Jepang turun hingga 1,2%.

Dengan demikian, penurunan ekonomi dua kuartal berturut-turut menjadi tanda jika Jepang kini telah memasuki resesi. Pada kuartal IV-2019, ekonomi negara ini juga tumbuh -1,9%. Apalagi bila mengacu secara tahunan, terjadi penurunan ekonomi lebih dalam hingga 3,4% di kuartal I-2020.

Artikel Terkait