Saham

Mengapa Security Token Akan Mengubah Pasar Saham?

Token Sekuritas Mengubah Pasar Saham

Ajaib.co.id – Dalam pasar saham, uang yang diinvestasikan pada saham emiten mewakili sejumlah kepemilikan kamu dalam perusahaan tersebut. Ini adalah ide yang sangat sederhana. Sekarang ingat baik-baik konsep ini dan sekarang kembangkan ke instrumen investasi lainnya seperti keamanan, kamu bisa membeli sebagian kecil dari instrumen investasi tersebut, bukannya menjadikan keamanan sebagai satu-satunya aset investasimu. Kemudahan ini yang ditawarkan oleh security token ke dunia investasi.

Pemanfaatan security token disiapkan untuk mengguncang peran pasar saham untuk meningkatkan likuiditas, menjalankan aktivitas perdagangan 24/7 dengan teknologi blockchain, memecah kepemilikan menjadi lebih kecil, dan meningkatkan kedalaman pasar. Bayangkan sebuah dunia di mana token menghasilkan dividen dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder, atau surat utang yang diubah menjadi token lalu diperdagangkan.

Mari kita pelajari mengapa security token di pasar saham akan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor di masa yang akan datang. Simak revolusi pasar saham yang dilansir dari Fintechnews berikut ini.

Apa Itu Security token?

Security token sering disebutkan sebagai token ekuitas, mulai mendapat perhatian di awal tahun setelah peluncuran platform oleh DX Exchange. Alih-alih platform perdagangan mata uang digital tradisional, platform ini memungkinkan investor untuk membeli saham perusahaan di pasar saham melalui token, seperti Apple, Tesla, hingga Netflix.

Setiap token diwakili oleh satu saham perusahaan yang ingin diinvestasikan oleh para trader atau investor dan memberikan mereka kepemilikan atas dividen yang sama. Konsep ini didukung dan memanfaatkan teknologi blockchain yang sistemnya tidak dapat diubah, artinya transaksi dapat dilakukan dengan cara yang aman dana terverifikasi.

Dari Saham ke Token

Apakah terdengar familiar? Di satu sisi, security token adalah langkah alami dan dikembangkan dari Initial Coin Offerings (ICO). Token sekuritas yang baru dapat dikeluarkan dan dijual kepada investor dengan cara yang sama seperti token mata uang digital didistribusikan ke penyuplai ICO. Tetapi terdapat perbedaan besar, token didukung oleh aset yang dapat terdiversifikasi dan berharga. Selain itu, token ini tersedia bagi investor yang memenuhi syarat meningkatkan legitimasinya.

Secara komparatif, dunia ICO jauh lebih suram. Koin dan token seringkali dipromosikan tetapi di kemudian hari terbukti menjadi proyek yang tidak dapat dijalankan dan hampir tidak berguna. Meskipun terkadang meragukan, pendanaan ICO telah terbukti populer beberapa tahun ke belakang, ICO melampaui pendanaan modal tahap awal dan meraup hampir $6,6 miliar pada 2017 dan $21,5 miliar pada 2018.

Perbedaannya dengan Security Token Offerings (STO) adalah mereka didukung aset dan memiliki parameter peraturan. Menurut para ahli, token menggunakan jaringan blockchain memungkinkan untuk transaksi yang efisien seperti mata uang digital, tetapi berbeda dari semua aspek yang lain. Security token menekankan regulasi, pelaporan otomatis, dan mewakili kepentingan saham dan aset yang menghasilkan keuntungan. Hal ini memberikan token nilai yang stabil dalam hal volatilitas.

Bergandengan Tangan daripada Berhadapan Langsung

Token dan potensinya di pasar saham sedang menjadi tren besar pada tahun 2019, terutama mengingat volatilitas pasar mata uang digital selama 12 bulan terakhir. Sangat mudah melihat alasan investor berhati-hati dalam urusan investasi Bitcoin and other yang populer beberapa tahun lalu dan mengalami penurunan akhir-akhir ini sebanyak 40% dari nilai mata uang digital pada bulan november 2018.

Faktanya adalah security token tidak perlu melawan sistem pasar saham saat ini, bahkan bisa berkolaborasi dalam mewujudkan sistem yang terintegrasi. Token sekuritas membuat blockchain menawarkan opsi alternatif bagi pembeli dan penjual untuk memperdagangkan aset apa pun secara tepat waktu dan aman.

Ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari blockchain terkait investasi dengan mentokenisasi saham, karya seni, properti, dan instrumen investasi lainnya. Alih-alih memiliki sesuatu secara keseluruhan, tokenisasi memungkinkan pengguna untuk membeli sebagian kecil dari suatu instrumen investasi. Bayangkan utang yang ditokenisasi, di mana modal dan invoice menjadi terbuka untuk umum atau token yang menghasilkan dividen secara instan dan dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Potensi semacam ini mendobrak batas-batas investasi.

Namun, token keamanan berdasarkan definisinya sebagai sekuritas tentu saja berada di bawah pengawasan pemerintah yang lebih ketat dibandingkan sekuritas lainnya yang berada di ekosistem blockchain. Saham dan sekuritas merupakan domain pemerintah, oleh karena itu akan ada lebih banyak regulasi dengan token keamanan daripada investasi yang berhubungan dengan blockchain lainnya.

Selain itu, para pemain besar keuangan sudah mulai memperhatikan token sekuritas. Misalnya, pendiri perusahaan yang memiliki Bursa Efek New York (NYSE) baru-baru ini mengumumkan usaha barunya, Bakkt, dan Bursa Swiss berencana membangun bursa teregulasi untuk sekuritas yang diberi token. Kedua sistem tersebut bertujuan untuk menyatukan sejumlah modal besar yang ada di pasar investasi tradisional dengan kemampuan adaptasi yang lebih cepat.

Lex Soklin, mitra dan Direktur Global Strategi Fintech di Autonomous Research mengatakan pada CNBC bahwa pertengahan 2019 akan menjadi di mana sebagian besar STO dapat masuk ke pasar. Mengingat proses persetujuan peraturan yang lebih lama untuk aset ini, pengusaha memiliki peluang yang lebih lambat, tetapi mungkin lebih stabil.

Peluang security token sangat luas dan beragam dengan potensinya untuk menumbuhkan tingkat likuiditas, mengaktifkan perdagangan 24/7, dan menawarkan kepemilikan dengan porsi lebih kecil. Beberapa orang kini menyebutnya sebagai steroid untuk pasar saham, karena melalui sistem tersebut perdagangan akan terus berjalan dan kepemilikan aset digital yang terpecah-pecah, tetapi terdiversifikasi.

Apakah teknologi ini bisa diterapkan di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia?

Artikel Terkait