Ajaib.co.id – Saham dapat dijadikan salah satu instrumen berinvestasi untuk mewujudkan rencana maupun cita-cita di masa depan. Ada beberapa tips membeli saham supaya kamu mendapatkan harga rata-rata pembelian yang terbaik.
Sebelum era digitalisasi yang pesat hingga kini, saham dulunya dikenal sebagai aset keuangan yang berbasis kertas (paper based asset), namun seiring berkembangnya teknologi saat ini saham sudah paperless dan mudah untuk diperdagangkan atau dipindahtangankan antar investor.
Sifat dari saham dibandingkan investasi lainnya seperti deposito atau obligasi ialah fluktuasi harganya yang cukup tinggi. Fluktuasi tersebut menimbulkan suatu risiko sekaligus berpotensi memberika kentungan yang tinggi. Maka dari itu investasi saham sering dikatakan high risk high return.
Ada baiknya berinvestasi saham dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini dikarenakan saham merupakan instrumen investasi jangka panjang yang lebih menguntungkan karena risiko fluktuasi harga menjadi tereliminasi.
Dalam berinvestasi saham, ada dua strategi pendekatan yang biasanya digunakan, yakni membeli saham dengan cara mencicil atau dollar cost averaging/DCA dan membeli saham secara sekaligus atau lump sum/LS.
Mari kita bahas kedua metode pendekatan tersebut, kira-kira strategi mana yang paling sesuai untuk kamu gunakan dalam berinvestasi.
Membeli Saham Metode Lump Sum (LS)
Metode tersebut juga bisa dikatakan membeli saham secara sekaligus. Membeli saham sekaligus baiknya digunakan oleh investor yang sudah mahir dalam berinvestasi saham. Yakni memahami akan nilai wajar harga saham dan dikombinasikan dengan pengetahuan analisis teknikal.
Keuntungan menggunakan metode lump sum ialah bisa memberikan keuntungan maksimal saat membeli sebuah saham di harga bawah dengan potensi kenaikan yang lebih besar.
Namun, metode membeli saham secara sekaligus ini kurang cocok diterapkan di tengah pasar yang cenderung berfluktuasi.
Sebagai ilustrasi, seorang investor membeli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di harga Rp5.000/lembar saham, sebanyak 50 lot (5.000 lembar saham) dengan fee beli 0,15%. Sehingga uang yang dibutuhkan untuk membeli saham tersebut senilai Rp25.037.500 (Rp5.000 X 50 lot X 100 lembar saham, ditambah biaya 0,15%).
Seiring berjalannya waktu, saham tersebut ternyata sahamnya mengalami penurunan karena kondisi ekonomi yang cenderung lesu. Setelah beberapa bulan, harganya mulai turun menjadi Rp4.500/lembar saham.
Selanjutnya harga saham tersebut kembali naik dan kembali ke harga awalnya di level Rp5.000/lembar saham. Bisa dikatakan investor tersebut tidak memperoleh apa-apa karena harganya berfluktuasi selama periode tersebut. Bahkan, masih dapat dikatakan mengalami kerugian karena investasinya dibebankan fee 0,15%.
Metode Dolar Cost Averaging (DCA)
Metode DCA sangat baik digunakan untuk mengurangi fluktuasi atau gejolak harga sebuah saham sehingga keuntungan dari Investasi saham bisa maksimal.
Sebagai ilustrasi, katakanlah seseorang menyisihkan gajinya sebesar Rp1.000.000 setiap bulan untuk membeli saham BBRI. Awalnya saham yang dibeli di harga Rp5.000/lembar saham. Ternyata mengalami penurunan karena kondisi ekonomi cenderung lesu.
Tetapi investor tersebut terus melakukan pembelian. Pada bulan kedua, harga sahamnya turun menjadi Rp4.750/lembar saham. Investor tersebut kembali membeli dengan uang Rp1.000.000.
Pada bulan ketiga harga sahamnya masih mengalami penurunan, kali ini berada pada level Rp4.500/lembar saham dan ia pun kembali membeli saham yang sama senilai Rp1.000.000.
Pada bulan keempat ternyata harganya naik menjadi Rp4.750/unit dan ia pun kembali membeli saham dengan uang Rp1.000.000.
Pada bulan kelima, harga sahamnya kembali naik menjadi Rp5.000/lembar saham alias kembali ke harganya lima bulan lalu. Ia pun masih membeli saham tersebut dengan nilai Rp1.000.000.
Dalam lima bulan tersebut, jika dirata-ratakan maka harga saham yang didapat menjadi Rp4.807/lembar saham (5.000+4.750+4.500+4.750+5.000/5), investor tersebut memperoleh keuntungan sebesar 3,85% atau jika dirupiahkan sebesar Rp192.500.
Metode DCA sangat baik diterapkan untuk seseorang yang mempunyai penghasilan rutin seperti karyawan, sembari memperkecil risiko dari fluktuasi di pasar saham, uang yang diinvestasikan juga semakin lama semakin berkembang asalkan memilih di saham yang tepat.