Ajaib.co.id – Investor pemula sering kali tidak totalitas dalam Berinvestasi. Karena itu diperlukan tips investasi saham atau panduan agar investasi menjadi terukur dan nyaman.
Ketika seseorang sudah mempunyai penghasilan, pastilah memiliki keinginan agar uangnya berkembang lebih banyak demi memenuhi kebutuhan di kemudian hari. Dari semua instrumen investasi, ternyata saham mampu memberikan imbal hasil (return) terbaik.
Flash back ke tahun 1980, ketika itu Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hanya bernilai Rp100, hari ini Rabu (22/4/2020) IHSG sudah menjadi Rp4.654. Itu artinya per tahunnya investasi saham memberikan rata-rata return 13-14%.
Hasilnya lebih dahsyat lagi jika kamu mengoleksi saham-saham seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sejak melantai di bursa. Modalmu bisa bertumbuh hingga puluhan ribu kali lipatnya.
Masyarakat masih banyak yang menganggap berinvestasi saham sebagai spekulasi atau judi, karena mereka hanya terekspos kisah-kisah menyedihkan tentang investor saham. Padahal, hal itu dikarenakan kurangnya totalitas dalam mempelajari investasi saham dengan benar.
Harus dipahami bahwa investasi saham itu mempunyai potensi keuntungan yang tinggi dan juga potensi kerugian yang sama tingginya, istilahnya High Risk High Return.
Untuk bisa berhasil kamu harus pintar-pintar memilih saham apa yang akan dibeli, kapan harus membeli dan kapan saatnya harus menjual. Tentunya tidak gampang bagi pemula dalam memasuki dunia investasi saham.
Untuk itu investor pemula perlu memperhatikan hal-hal berikut ini agar investasi saham dapat berjalan secara maksimal.
Tips #1 – Memahami Saham dan arti Investasi
Saham Adalah
Saham adalah bukti kepemilikan suatu perusahaan yang sudah melantai di bursa saham. Saham juga bisa disebut tanda penyertaan modal. Perusahaan yang sahamnya dapat dibeli di Bursa Efek Indonesia (BEI) disebut Perusahaan Tercatat atau secara umum disebut emiten. Dengan membeli saham perusahaan, maka kita menjadi pemilik perusahaan tersebut.
Misalnya emiten XXXX merilis 1 milyar lembar saham dan kamu mengoleksi sahamnya sebanyak 10 lot artinya kamu menguasai 0,00001% dari emiten itu. Besar porsi kepemilikan pastinya sesuai dengan jumlah saham yang dikoleksi saja. Dahulu bukti kepemilikan saham berupa lembaran kertas, kini sifatnya online namun sama berharganya dengan saham di kertas fisik.
Berinvestasi saham?
Berinvestasi saham artinya berinvestasi di bisnis emiten. Artinya ada bisnis yang bekerja di balik sahamnya. Dengan memahami hal ini kita bisa tetap tenang saat harga sahamnya anjlok selama kinerja emiten baik-baik saja.
Dengan memahami ini kamu akan memahami bahwa yang namanya bisnis membutuhkan proses. Perlu waktu untuk mengubah modal menjadi keuntungan yang nanti akan dibagikan kepada semua pemegang sahamnya. Ada proses bisnis yang harus dijalani untuk mencapai hasil dan itu bukan sehari dua hari. Keuntungan dilaporkan per kuartal, per tahun, intinya butuh waktu. Sama dengan investasi saham yang memerlukan waktu untuk berkembang dan tumbuh sesuai dengan kinerjanya.
Pasar saham adalah tempat yang unik di mana harga saham secara jangka pendek sering kali tidak mencerminkan kinerjanya. Hal ini disebut salah harga. Tapi secara jangka panjang harga saham akan menyesuaikan dengan kinerja bisnisnya. Keuntungan dan Kerugian Membeli Saham?
Keuntungan Berinvestasi saham
Ada dua keuntungan ketika seseorang memegang sebuah saham, yakni mendapat dividen dan capital gain.
Keuntungan bisnis yang dibagikan kepada seluruh pemilik saham dinamakan dividen. Sebagai seorang investor saham artinya kamu berhak atas seporsi kepemilikan atas emiten. Oleh karenanya kamu juga memiliki hak layaknya pemilik perusahaan yaitu mendapat keuntungan bisnis.
Sedangkan keuntungan selisih harga jual dengan harga beli dinamakan Capital Gain. Investor kawakan Lo Kheng Hong misalnya pernah membeli saham UNTR (PT United Tractor Tbk) di harga Rp350 yang kemudian dijualnya di harga Rp15000. Modal awal beliau adalah Rp1 Milyar, sehingga jika dijual di harga Rp15000 maka modal akhir beliau di UNTR adalah Rp43 Milyar. Menarik bukan?
Di balik manisnya investasi saham, ada risiko juga bagi mereka yang kurang hati-hati dalam memilih saham. Risiko investasi saham yaitu Capital Loss dan Likuidasi. Capital Loss adalah kerugian dari selisih harga jual dengan harga beli.
Sedangkan likuidasi artinya pelepasan aset untuk memenuhi tanggung jawab saat dinyatakan bangkrut. Apakah setelah itu gulung tikar? Tidak juga. Hanya saja ancaman delisting menanti.
Delisting adalah dikeluarkannya emiten sebagai perusahaan tercatat dari BEI. Kamu yang masih ‘nyangkut’ di emiten yang delisting, kerugianmu hanya sebatas modal yang dikeluarkan untuk membeli saham. Saat likuidasi kamu sebagai salah seorang investor tidak ikut menanggung bebannya.
Tips #2 – Investasi ke Dirimu Sendiri
Oke, kamu sudah siap untuk berinvestasi saham. Akunmu sudah hampir siap dan kamu sudah mempersiapkan dana untuk deposit ke akunmu. Nah, kini saatnya kamu investasi ke dirimu sendiri dengan membekali diri dengan informasi sebanyak-banyaknya.
Sambil menunggu akunmu selesai diurus oleh broker, kamu harus memanfaatkan waktumu untuk pelajari dasar-dasar investasi saham. Kamu harus memahami istilah-istilah saham yang sering digunakan agar tidak bingung.
Perbanyak membaca buku-buku investasi saham agar kamu tahu esensi berinvestasi saham. Kamu bisa mulai dengan membaca One Up to Wallstreet oleh Peter Lynch, The Little Book That Beats The Market oleh Joel Greenblatt dan The Intelligent Investor oleh Benjamin Graham. Ketiga penulis buku tersebut telah berhasil menjadi legenda saham dengan pertumbuhan portofolio yang baik sekali. Semua buku yang disebutkan memberikan pengetahuan mendasar tentang saham dan sejumlah cara menilai harga wajar saham.
Ada banyak buku-buku berinvestasi saham lainnya yang bisa kamu pelajari. Bahkan kamu bisa mengambil kursus online mengenai saham atau mengikuti seminar saham. Percayalah investasi ke diri sendiri sebelum terjun di saham akan jauh lebih berharga dan lebih murah ketimbang belajar setelah merugi.
Tips #3 – Hanya Pakai Uang Dingin!
Jangan pernah berinvestasi menggunakan uang yang akan digunakan saat ini hingga dua-tiga tahun lagi. Misalnya uang sekolah anak atau uang untuk membayar cicilan rumah digunakan sebagai modal investasi saham. Uang yang digunakan untuk investasi haruslah uang dingin. Uang dingin adalah sisa dana setelah semua kebutuhan dasar terpenuhi.
Itu karena pasar modal adalah tempat yang penuh kejutan. Siapa yang bisa menyangka virus Corona akan menyerang hingga menyeret pasar modal hingga IHSG turun sekitar 20-an persen sejak awal tahun. Kejutan seperti ini akan sangat tidak menyenangkan jika modal yang kamu investasikan berasal dari utang berbunga misalnya.
Psikologis kamu bisa kena ketika utang harus dibayar sedangkan saham kamu anjlok karena wabah Corona. Padahal kamu sudah membeli blue chip, tapi gegara wabah ini saham-sahammu jatuh. Kamu dituntut harus berhasil karena kamu harus membayar pokok utangmu plus bunganya.
Dengan menggunakan uang dingin, kamu akan lebih leluasa dalam berpikir memutuskan saham apa saja yang akan dipilih. Kamu tidak terburu-buru sehingga keputusanmu lebih bijak.
Tips #4 – Tentukan Jangka Waktu Investasi Kamu
Kalau kamu punya tujuan jangka panjang maka sebaiknya kamu berinvestasi dan bukannya trading. Misalnya kamu memasuki pasar saham untuk persiapan hari tuamu. Maka kamu seharusnya melakukan investasi jangka panjang dan cenderung memilih emiten yang memberikan dividen menarik.
Kalau kamu tidak punya tujuan jangka panjang, misalnya semuanya sudah diasuransikan dan kamu sudah punya tabungan pensiun, dan kamu punya dana menganggur maka kamu bisa melakukan trading. Trading dalam artian memegang saham hanya dalam waktu yang sebentar saja untuk kemudian dijual kembali.
Tips #5 – Kamu harus update!
Mengamati iklim investasi melalui berita juga sangat disarankan. Kamu bisa dapatkan berita emiten di media-media seperti Kontan, Bisnis Indonesia, CNBC, Detik Finance dan lain sebagainya.
Dengan membaca berita kamu bisa mengantisipasi peluang dan risiko emiten. Jika ekonomi sedang baik biasanya permintaan otomotif meningkat maka emiten seperti Astra International cenderung membaik. Hal ini bisa dipelajari dengan sering membaca berita.
Jika harga minyak sedang jatuh kamu akan membaca bahwa emiten-emiten kimia yang bahan bakunya dari minyak akan mengalami keuntungan. Hal-hal semacam ini harus kamu ketahui kalau kamu mau investasi saham.
Tips #6 – Pastikan Bahwa Info yang Kamu Baca itu Valid
Kamu jangan kaget bahwa ada banyak info berseliweran terutama di grup-grup saham. Info tersebut seringkali tidak jelas asal-usulnya. Hal ini dilakukan oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab yang menaik-turunkan harga saham dengan menggoreng isu. Penggorengan saham semacam ini kerap terjadi, oleh karenanya kamu harus pastikan info yang kamu baca valid. Info valid semestinya bisa kamu temukan dengan mudah di media-media mainstream yang sudah disebutkan di atas.
Untuk menambah daftarnya, kamu bisa dapatkan info valid langsung dari emiten dengan membaca Public Expose (Pubex) yang rutin dikeluarkan emiten. Kamu bisa baca Pubex atau yang bahasa Indonesianya Paparan Publik di situs https://www.idx.co.id/. Nah, situs itu juga melampirkan Laporan Keuangan emiten yang bisa kamu baca.
Laporan Keuangan akan memberikan kamu pengetahuan tentang pertumbuhan pendapatan, laba-rugi, dan lain sebagainya.
Tips #7 – Belajar Analisis Saham
Apakah kamu tertarik untuk berinvestasi jangka pendek, alias trading? Atau lebih senang berinvestasi jangka panjang di saham-saham yang kinerjanya jelas? Itu terserah saja. Yang penting kamu menguasai analisis yang dibutuhkan.
Analisis saham itu ada banyak sekali ragamnya. Dari yang paling mainstream seperti analisis teknikal dan fundamental, lalu ada bandarmologi, tape reading hingga analisis pergerakan bintang untuk menentukan posisi saham.
Kalau kamu memutuskan untuk berinvestasi dengan berpatokan pada kinerja emiten maka kamu harus mempelajari informasi yang diperlukan. Berikut list nya;
- Pahami Prospek Perusahaan dan Industrinya.
Berinvestasi saham artinya kamu juga ikut memikirkan masa depan emiten dan industrinya. Apakah produknya akan laku terus di pasaran, apakah manajemen gesit menangkap peluang, dll. Apakah industrinya menunjang kinerja emiten, dll.
- Pahami Manajemennya.
Investasi saham artinya menitipkan uang kita ke emiten. Nanti manajemen emiten akan menggunakan uang dari hasil merilis sahamnya sebagai modal usaha atau membayar utang. Kamu perlu tahu seberapa baik manajemen mengubah modal menjadi laba? Seberapa efektif kah manajemen mengolah sumber dayanya? Apa faktor kesuksesan manajemen? Apakah manajemen rajin membagikan dividen? Apakah bisnisnya masih bisa berkembang?
- Temukan harga wajar saham
Dalam saham ada yang dinamakan salah harga, yaitu saat saham lebih murah daripada kinerjanya. Jadi tugas kamu di sini adalah menentukan harga wajar saham. Semestinya saham XXXX misalnya harus dihargai berapa wajarnya? Apakah harga saat ini sudah mencerminkan kinerjanya atau sudah kemahalan/kemurahan? Analisis ini dinamakan analisis fundamental.
Kalau kamu lebih tertarik untuk trading, itu sah-sah saja. Hanya saja kamu harus siap mempelajari keterampilan yang harus dimiliki serta waktu yang dibutuhkan untuk bisa terampil trading. Berikut listnya;
- Pelajari tentang harga dan volume dalam grafik.
Apa yang mendasari volume transaksi; apakah ada kemungkinan emiten akuisisi dalam waktu dekat, atau ada rencana Stocksplit, dll. Kamu harus baca berita untuk ini. Apakah harga sudah menyentuh titik tertinggi atau terendah dalam 52 minggu terakhir? Apakah harga saham sudah menyentuh All time high/titik tertinggi sepanjang masa? Atau All time low/itik terrendah sepanjang masa?.
- Pelajari cara timing pasar, kapan mesti beli, kapan mesti jual. Ini bisa dilakukan dengan melalukan analisis teknikal.
Selain mengelola portofoliomu sendiri, kamu juga bisa menitipkan uangmu untuk dikelola para profesional di perusahaan Manajer Investasi. Para profesional ini sudah tersertifikasi, memiliki pendidikan yang menunjang pekerjaanya dalam mengelola portofolio dan memiliki informasi update mengenai situasi ekonomi terkini.
Menyerahkan dana untuk dikelola oleh Manajer Investasi juga terbilang lebih murah daripada membeli saham secara langsung. Kalau kamu mau coba, kamu bisa mulai dari Rp10.000 dengan membeli reksa dana di Ajaib.
Reksa dana adalah wadah dana yang dikumpulkan dari masyarakat oleh Manajer Investasi. Kamu harus yakin manajer investasimu terdaftar dan berbadan hukum. Nah, kamu bisa temukan manajer-manajer investasi yang kredibel di Ajaib.
Kinerja reksa dana dari beragam manajer investasi bisa kamu pantau dari grafik yang disediakan Ajaib dan kamu bisa mulai investasi dari Rp10.000. Tapi kalau kamu punya cita-cita finansial maka sebaiknya investasimu lebih dari Rp10.000 ya agar pengembaliannya bisa lebih besar.
Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.