Saham

Market Asing Lakukan Akumulasi Beli, Saham BUMI Kembali Rebound

Market Asing Lakukan Akumulasi Beli, Saham Bumi Kembali Rebound

Harga saham dari PT Bumi Resources Tbk atau yang dikenal dengan kode BUMI, emiten batu bara yang memiliki cadangan terbesar di Indonesia ini kembali rebound dari posisi paling rendah sejak periode Oktober 2016 lalu. Sementara, situasi tersebut membuat para investor asing mulai bergerak melakukan kegiatan beli.

Harga saham BUMI ditutup di harga Rp95/saham pada perdagangan hari Selasa (20/08/2019) kemarin. Angka tersebut naik 1,06% jika dibandingkan pada hari sebelumnya. Sedangkan penutupan harga di hari Senin 19 Agustus 2019, merupakan posisi yang terendah sejak bulan Oktober 2016. Kemarin BUMI saham bergerak di kisaran angka Rp94-Rp96 dengan total transaksi mencapai Rp7,34 miliar. Kemudian akumulasi dari investor asing tercatat menyentuh nilai Rp3,45 miliar. Sudah sebulan terakhir ini investor asing melakukan net buy bersih sebesar Rp30,99 miliar.

Kenaikan harga saham tersebut disinyalir sejalan dengan munculnya wacana soal penghapusan Domestic Market Obligation (DMO) batu bara yang sempat disampaikan oleh Airlangga Hartarto selaku Menteri Perindustrian. Usulan Airlangga terkait menghilangkan DMO ini bertujuan untuk memperbaiki nilai ekonomis dari batu bara. Karena menurutnya, industri tidak akan ekonomis jika DMO tidak dihapus. Kemudian, politikus dan Ketua umum partai Golkar ini juga mengusulkan bahwa royalti batu bara untuk dinolkan. Terlebih untuk batu bara yang dimanfaatkan sebagai proyek hilirisasi dimethyl ether (DME) atau gasifikasi batu bara.

Masih Direkomendasikan untuk Beli

Dalam beberapa bulan terakhir di tahun 2019, kinerja dari PT Bumi Resources Tbk terus membaik. Bahkan dalam seminggu ini, saham BUMI jadi salah satu yang aktif diperdagangkan oleh investor asing. Ditambah lagi saat ini BUMI telah berhasil merestrukturisasi utang sehingga dapat mengembalikkan kepercayaan investor dan saham dari emiten Group Bakrie ini tetap jadi primadona dan diburu para investor.

Tren Global Melemah, Harga Saham Bertahan

Kendati tren harga batu bara global masih melemah, namun BUMI diyakini masih dapat bertahan di tengah tekanan. Memang lemahnya harga batu bara dunia akan berdampak cukup signifikan terhadap kinerja dari emiten di bidang komoditas pertambangan, termasuk BUMI. Maka dari itu, pihak manajemen Bumi harus pintar mencari cara mengantisipasi dampak dari tantangan bisnis yang terjadi di tahun 2019 ini. Salah satu caranya adalah dengan menggenjot volume produksi sambil berharap harga batu bara global akan pulih.

BUMI menargetkan Produksi Saham Naik

Di sisi lain BUMI sendiri sudah menargetkan produksi batu bara bisa naik sekitar 90 juta ton hingga 96 juta ton per tahunnya. Dengan ditingkatkannya jumlah produksi, diharapkan investasi saham BUMI mampu menjual hasil tambangnya dengan jumlah lebih besar. Upaya ini mampu mengompensasi harga jual yang sedang mengalami penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Sementara itu, melihat aktifnya harga BUMI yang diperdagangkan di bursa efek belakangan ini menandakan bahwa prospek ke depannya masih cerah. Bahkan analisis kresna sekuritas masih merekomendasikan Bumi saham layak untuk dibeli.

Apalagi proses cicilan pembayaran utang Bumi yang lebih besar dinilai mampu meningkatkan profitabilitasnya di tahun 2019 ini. Diperkirakan pendapatan Bumi bisa mencapai US$1,23 miliar di tahun ini. Sedangkan untuk laba bersihnya diprediksi bakal mencapai US$259 juta. Jadi, siap berinvestasi dan jadi bagian dari pemilik saham BUMI? Yuk beli saham sekarang!


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait