Investasi

Loss Aversion dalam Investasi? Begini Cara Menghindarinya!

loss-aversion

Ajaib.co.id – Dalam berinvestasi, setiap investor dihadapkan dengan risiko. Besar atau kecilnya kemungkinan risiko yang terjadi tergantung pada pilihan investasi dan keputusan kita dalam berinvestasi, lho. 

Oleh karena itu, menjadi investor bukanlah hal yang mudah karena kamu akan dihadapkan dengan pilihan, rasa takut dan juga keputusan yang tentunya akan berdampak pada uang yang kamu investasikan.

Dalam prakteknya, efek psikologis investor akan sangat mempengaruhi perilaku investor dan keputusan investasi ketika berhadapan dengan potensi kerugian.

Nah, berikut ini kita akan membahas mengenai salah satu behavioural finance dalam berinvestasi yaitu loss aversion. Untuk lebih lanjut, yuk simak pembahasan berikut ini.

Apa Itu Loss Aversion?

Jika dilihat dari efek psikologis, semakin banyak seseorang investor mengalami kerugian, maka akan semakin besar kemungkinan investor tersebut menjadi rentan terhadap penghindaran kerugian.

Loss Aversion merupakan suatu kecenderungan perilaku investor yang sangat takut akan kerugian yang menyebabkan mereka akan lebih fokus untuk mencoba menghindari kerugian daripada menghasilkan keuntungan. 

Pada dasarnya setiap orang tidak ingin kehilangan uang. Tidak ada investor yang berinvestasi untuk mengalami kerugian.

Rasa takut ketika menyadari kerugian dalam berinvestasi dapat memengaruhi investor lho, dan mendorong investor untuk menahan investasi yang merugi dalam jangka waktu yang lama meskipun  seharusnya dijual dalam kondisi rugi.

Tidak sedikit investor pemula yang membuat kesalahan dengan berharap saham mereka yang merugi akan naik kembali, dengan melawan semua kenyataan dan analisis yang bertentangan dengan keyakinan mereka.

Hal ini disebabkan oleh kondisi psikologis mereka didominasi oleh rasa sakit karena menderita kerugian daripada jika mendapatkan keuntungan dari investasinya. 

Keengganan investor terhadap kerugian ini sangat kuat, lho. Sering kali investor lebih mementingkan berita buruk daripada berita baik, menyebabkan mereka kehilangan momentum di pasar bullish karena takut akan berbalik arah dan panik saat pasar sedang bearish

Nah, untuk lebih paham mengenai loss aversion, berikut ini adalah contoh loss aversion dalam investasi saham:

Bapak Handoko membeli saham PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) di harga Rp1.300 dengan harapan harga saham naik menjadi Rp2.000 dan akan mendapatkan keuntungan. 

Namun, kemudian saham tersebut perlahan turun dari Rp1.300 hingga Rp1.090. Bapak Handoko mulai panik dan mengubah rencana awal yang seharusnya ingin mendapatkan keuntungan di harga saham Rp2.000 dan saat ini hanya ingin hanya berharap agar bisa keluar dari saham tersebut. 

Setelah beberapa lama, saham HMSP tersebut naik menjadi 1.350 dan Bapak Handoko menjual saham HMSP miliknya. Sebulan kemudian saham tersebut mencapai harga Rp2.000. 

Nah, dalam hal ini Bapak Handoko lebih memilih untuk tidak menunggu harga mencapai rencana awalnya karena muncul rasa takut akan kehilangan apa yang sudah didapatkan yang dikenal dengan loss aversion. 

Selain itu, beberapa contoh loss aversion yang sering terjadi pada investor adalah:

  • Memilih berinvestasi pada instrumen investasi dengan pengembalian rendah dan terjamin daripada investasi yang lebih menjanjikan keuntungan namun juga membawa risiko lebih tinggi.
  • Tidak menjual saham yang sedang dimiliki ketika analisis rasional yang kamu miliki saat ini dengan sangat jelas menunjukkan bahwa saham tersebut harus di-cut loss.

Cara Menghindari Loss Aversion

Loss aversion merupakan kecenderungan alami manusia yang ada untuk menjaga kita dari kerugian. Oleh karena itu, hal ini sangat sulit untuk dihindari. 

Namun tetap penting untuk melakukan mitigasi loss aversion karena pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan dalam investasi, terutama ketika kamu sebagai investor membuat keputusan dengan potensi keuntungan.

Beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk meminimalkan dampak dari loss aversion antara lain:

  • Melakukan strategi pengalokasian aset. Sebagai investor, mencoba memprediksi sentimen pasar dengan tepat merupakan hal yang cukup sulit. Oleh karena itu sebagai investor kamu disarankan untuk menata portofolio investasi yang kamu miliki.
  • Melakukan framing secara signifikan mengenai potensi yang dapat mempengaruhi persepsi sebagai investor tentang loss aversion. Membuat daftar pertanyaan mengenai kerugian atau keuntungan dapat mengubah respons atau keputusan sebagai investor. Cobalah membingkai pertanyaan yang berbeda mengetahui kerugian dan juga keuntungan potensial dari suatu transaksi.
  • Menyadari potensi kerugian yakni untuk mengatasi penolakan terhadap potensi kerugian yang ada dalam pilihan investasi dengan menyadari kemungkinan terburuk jika tindakan dan keputusan investasi diambil. 

Loss aversion merupakan bias kognitif, yang menjelaskan mengapa individu merasakan rasa sakit kehilangan dua kali lebih intensif daripada kebahagiaan yang setara ketika mendapatkan keuntungan. 

Akibatnya, individu cenderung berusaha menghindari kerugian dengan cara apa pun yang memungkinkan. Agar dapat membebaskan diri dari ketakutan investor akan kerugian finansial dan mengatasi bias kognitif, investor akan belajar menangani pengalaman negatif dan menghindari membuat keputusan yang berdasarkan emosi dan didorong oleh kepanikan. 

Investor yang cerdas akan fokus pada strategi yang rasional dan bijaksana, yang dapat mencegah mereka jatuh ke dalam perangkap umum yang muncul ketika psikologi dan emosi mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan investasi.

Penghindaran risiko, akan sepenuhnya rasional jika kerugian dan keuntungan pada setiap tingkat pengambilan risiko dilihat secara terukur. 

Demikian pembahasan mengenai loss aversion dalam investasi dan cara menghindarinya. Apakah kamu sebagai investor pernah mengalaminya?

Nah  jika kamu belum pernah mengalaminya karena belum pernah berinvestasi, yuk mulai berinvestasi dengan Ajaib. Ajaib merupakan aplikasi investasi online yang sangat mudah karena dapat langsung di download di smartphone kamu dan aman karena berada dalam pengawasan OJK lho. Yuk, investasi Bersama Ajaib!

Artikel Terkait