Bisnis & Kerja Sampingan

Komoditas Karet Indonesia Masih Menjanjikan

komoditas-karet

Ajaib.co.id – Sebagai negara dengan bentang alam yang cukup panjang, Indonesia memiliki banyak komoditas yang berasal dari sumber daya alam. Salah satunya adalah komoditas karet.

Komoditas ini dihasilkan dari pohon karet. Pohon ini pun tidak bisa tumbuh di sembarang tempat. Hanya tempat dengan suhu tinggi yang konstan yang bisa ditumbuhi pohon karet.

Suhu tempat hidup pohon karet berkisar antara 26-32 derajat celcius. Lingkungan yang dimiliki pun harus cukup lembab agar komoditas karet bisa berproduksi maksimal.

Lantas mana saja yang termasuk daerah penghasil karet dan bagaimana potensi jumlah produksi karet yang bisa dihasilkan di Indonesia?

Daerah Penghasil Karet di Indonesia

Komoditas karet hanya ditemukan di tempat dengan suhu 26-32 derajat celcius. Umumnya, komoditas ini berada di Asia Tenggara. Di tempat ini, sekitar 70 persen produksi karet global diproduksi. Indonesia sendiri merupakan daerah penghasil karet terbesar kedua di dunia setelah Vietnam.

Untuk mencapai usia produktif, sebatang pohon karet membutuhkan waktu selama tujuh tahun. Baru setelah itu pohon karet tersebut dapat memproduksi karet untuk jangka waktu 25 tahun. Untuk itu, pembudidayaan tanaman karet tidak dapat dilakukan di setiap tempat di Indonesia.

Sebenarnya, pohon karet banyak tumbuh di hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali DKI Jakarta, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara dan Papua Barat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya masyarakat di beberapa provinsi yang menanam pohon karet walaupun hasilnya tidak signifikan.

Daerah penghasil karet di Indonesia di antaranya adalah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

Dari beberapa daerah tersebut, ada daerah penghasil karet utama di Indonesia. Kebanyakan berada di pulau Sumatra dan Kalimantan. Kedua pulau tersebut memiliki lahan yang sangat cocok untuk penanaman pohon karet. Beberapa daerah penghasil karet di Indonesia di antaranya Sumatra selatan, Sumatra Utara, Riau, Jambi, dan Kalimantan Barat.

Potensi Jumlah Produksi Karet di Indonesia

Sumatra Selatan adalah sentra produksi komoditas karet terbesar di Indonesia. Luas area perkebunan karet di sana lebih dari 1,3 juta ha. Jumlah produksi karet di daerah ini sekitar 1,12 juta ton karet kering. Dengan jumlah tersebut, Sumatra Selatan berkontribusi sekitar 28 persen terhadap produksi nasional.

Sebagai produsen karet terbesar nomor 2 di dunia, jumlah suplai komoditas karet dari Indonesia sangat penting di kancah pasar global. Untuk itu, industri karet di Indonesia telah mengalami pertumbuhan sejak tahun 1980-an, terutama di lima daerah utama penghasil karet di Indonesia tersebut.

Sekitar 80% hasil produksi komoditas karet di Indonesia diproduksi oleh para petani kecil. Sehingga, perkebunan milik pemerintah dan perusahaan swasta memiliki peran yang kurang signifikan dalam industri karet domestik.

Luas perkebunan karet Indonesia telah meningkat secara stabil selama kurun waktu satu dekade terakhir. Pada tahun 2015, perkebunan karet di Indonesia ini memiliki luas total 3,65 juta hektare.

Belakangan, industri komoditas karet dipandang sebagai industri yang berprospek positif. Pandangan ini menyebabkan bertambah luasnya lahan karet di Indonesia. Tak sedikit peralihan perkebunan kopi dan kakau yang dialihkan menjadi perkebunan karet. Di samping itu, jumlah perkebunan karet milik petani juga terus meningkat sehingga berpotensi meningkatkan produksi karet di Indonesia.

Di Provinsi Riau, status tanah yang digunakan sebagai lahan penanaman karet adalah milik penduduk. Dampaknya, semakin banyak perkebunan karet mandiri milik petani yang menghasilkan karet.

Selanjutnya, karet yang diproduksi dari kebun mereka dijual ke perusahaan. Selain petani, ada pula perkebunan karet yang dikelola pemerintah maupun swasta. Walau persentase peran keduanya berbeda, keduanya sangat berkontribusi dalam peningkatan produksi komoditas karet di Indonesia.

Dari luas perkebunan karet yang mencapai lebih dari 3 juta hektare tersebut, tentunya jumlah produksi karet di Indonesia juga sangat banyak. Jika dibandingkan dengan tahun 1970, jumlah produksi karet di Indonesia mengalami peningkatan empat kali lipat.

Akan tetapi, dari tahun ke tahun jumlah produksi karet di Indonesia juga cukup fluktuatif. Tercatat pada tahun 2018, produksi komoditas karet di Indonesia mencapai 3,63 juta ton. Jumlah tersebut turun turun 1,36% dari tahun sebelumnya.

Produksi karet dari perkebunan rakyat (PR) mecapai 82,78% dari total produksi karet nasional atau sekitar 3 juta ton. Sementara produksi dari perkebunan besar swasta (PBS) mencapai 10,41% (378 ribu ton) dari total sedangkan produksi perkebunan besar negara (PBN) seberat 247 ribu ton setara 6,82% dari total.

Produksi karet alam pada 2019 sebanyak 3,3 juta ton, yang meliputi SIR (crumb rubber), lateks pekat, dan RSS (ribbed smoked sheet). Sebanyak 20% dari jumlah tersebut diolah di dalam negeri oleh industri hilir menjadi ban, vulkanisir, alas kaki, rubber articles, maupun manufacture rubber goods (MRG) lainnya, sementara 80% karet alam diekspor.

Pada tahun 2020, produksi komoditas karet di Indonesia turun menjadi 2,8 juta ton dan naik di tahun 2021 menjadi 3,1 ton. Potensi produksi komoditas karet tersebut sangat menjanjikan bagi perkembangan perekonomian Indonesia.

Level produktivitas pohon karet per hektare di Indonesia sebenarnya cukup rendah jika dibandingkan dengan negara-negara penghasil karet lain. Ada beberapa fakta yang memperkuat hal ini.

Pada umumnya, usia pohon-pohon karet di Indonesia sudah tua. Selain itu, kemampuan para petani kecil dalam menginvestasikan komoditas karetnya cukup rendah. Namun mengingat area perkebunan yang luas dan permintaan pasar yang besar, komoditas karet masih menjanjikan.

Artikel Terkait