Ekonomi

Inilah Bisnis Musiman Petani, dari Tembakau hingga Kangkung

bisnis-musiman

Ajaib.co.id – Bisnis musiman adalah sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang di saat momen tertentu. Salah satu contohnya adalah pekerjaan menjadi seorang petani. Bagi banyak orang di luar sana, tentunya pekerjaan sebagai seorang petani seringkali dianggap sebelah mata.

Namun, tahukah kamu bahwa sektor pertanian menjadi salah satu sektor  penyumbang ekonomi yang paling besar bagi Indonesia? Jika milenial enggak percaya, milenial bisa melihat statistik yang dikeluarkan oleh BPS berikut ini.

Menurut BPS pada April 2021, sektor pertanian menempati urutan kedua sebagai sektor dengan kontribusi ekonomi terbesar di Indonesia. Sektor pertanian hanya kalah dengan sektor  industri pengelolahan.

Sektor pertanian tercatat berkontribusi sebesar 13,70% terhadap PDB nasional, sedangkan sektor industri pengelolahan mencatatkan kontribusi sebesar 19,88% bagi PDB Indonesia.

Walaupun menempati urutan kedua sebagai sektor dengan kontribusi ekonomi terbesar di Indonesia, tetapi masih banyak masalah yang dihadapi oleh para petani lokal.

Petani Lokal Kurang Sejahtera karena Hal Ini

Menurut Sekretariat Kemenko Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, sektor pertanian masih mengalami beberapa kendala di antaranya; lemahnya SDM dan kelembagaan petani, modal yang terbatas, kurangnya inovasi teknologi, daya saing yang rendah, hingga kurangnya akses ke pasar.

Oleh karenanya, Kemenko Perekonomian akan memberikan berbagai bantuan kepada sektor pertanian agar bisa mengatasi kendala tersebut. Sebagai program prioritas, sektor pertanian nantinya akan diberikan bantuan berupa penyediaan lahan, KUR, peningkatan produksi, hingga peningkatan daya saing produk.

Selain keempat hal ini, pemerintah juga akan membangun berbagai sarana dan prasarana, serta mendukung kebijakan tarif dan perdagangan internasional yang menjadi prioritas.

Bisnis Musiman Membuat Nasib Petani Layaknya Seperti Cuaca

Nasib petani lokal kita di Indonesia seperti layaknya cuaca yang suka berubah-ubah dan sulit untuk diprediksi. Bagaimana tidak? Petani di suatu wilayah dalam satu tahun bisa menanam berbagai jenis tanaman tergantung kondisi cuaca di daerah tersebut.

Inilah alasan mengapa bertani sering juga disebut sebagai bisnis musiman. Seperti halnya yang dihadapi oleh petani tembakau yang kadang kala menanam jenis tanaman lainnya jika pada musim hujan.

Mengapa? Karena jenis tanaman tembakau mudah rusak saat musim hujan dibanding saat musim panas.

Bagi para petani tembaku di Pulau Jawa, bulan Agustus hingga September adalah momen terbaik memanen tembakau. Untuk sekali memanen tembakau, para petani tersebut membutuhkan waktu sekitar 7 bulan lamanya.

Oleh sebab itu, banyak para petani tembakau yang harus berpacu dengan waktu agar tembakau yang ditanam bisa dipanen sebelum musim hujan pada bulan Oktober di Indonesia.

Setelah memasuki musim hujan, para petani harus mengganti tanaman yang ditanam. Misalnya menaman jenis tanaman yang memang cocok dengan iklim musim hujan, seperti kangkung, genjer, bayam, sawi putih, selada, daun bawang, dan terong. Tanaman-tanaman ini cocok ditanam oleh petani saat memasuki musim hujan.

Sehingga, dalam satu tahun petani bisa menanam lebih dari 1 jenis tanaman. Masalah yang dihadapai oleh petani bukan hanya mempertimbangkan cuaca, melainkan juga mempertimbangkan permintaan di pasar.

Walaupun banyak pula para petani yang tetap menanam tembakau dan jenis tanaman musim panas lainnya di saat musim hujan. Namun, para petani tersebut perlu bekerja ekstra keras untuk merawat dan memelihara tanaman tersebut agar tidak mudah terserang berbagai penyakit. Dengan konsekuensi, biaya perawatan yang perlu dikeluarkan menjadi lebih besar.

Biasanya para petani akan cenderung memilih menanam jenis tanaman yang punya tingkat permintaan yang tinggi di pasar. Misalnya cabai atau jenis tanaman lainnya yang memang laku keras di masyarakat.

Dengan cuaca yang suka berubah-ubah, hal ini tentunya juga akan berimbas terhadap penghasilan yang petani peroleh. Tak jarang, petani memilih memanen hasil pertaniannya walaupun belum benar-benar matang.

Seperti yang pernah terjadi di daerah Blitar, di mana petani di daerah tersebut memanen cabai rawit lebih cepat dibanding umur cabai tersebut siap panen. Lantaran, mereka ingin memanfaatkan momen dari tingginya harga cabai rawit kala itu pada beberapa bulan yang lalu.

Di petani, harga cabai rawit dihargai oleh pengepul seharga Rp30 ribu per kg dan dijual di pasaran seharga Rp75 ribu hingga Rp90 ribu per kg.

Pentingnya Akses Petani ke Pasar Buat Harga Jual Produk Pertanian Kian Kompetitif

Harga jual yang tidak kompetitif yang dialami oleh petani, hal ini terjadi karena petani tidak punya akses langsung ke pasar. Inilah yang ingin dibantu oleh pemerintah dan startup-startup digital di sektor pertanian.

Dengan berkembangnya teknologi, dan adanya platform e-commerce pertanian saat ini. Petani yang tidak punya akses ke pasar bisa sangat terbantu dengan menghubungkan mereka dengan pembeli yang potensial.

Di mana, mereka tidak perlu terlalu lama menyimpan hasil panen di gudang, karena penyimpanan yang terlalu lama juga memengaruhi kualitas produk yang dapat mengurangi harga jual, serta menambah biaya lainnya seperti biaya penyimpanan.

Bila permasalahan sulitnya petani untuk mengakses ke pasar bisa teratasi, petani bisa memangkas biaya penyimpanan gegara produk-produk hasil panen langsung dibeli oleh pembeli. Dengan begitu, produk-produk mereka termasuk ke dalam kategori fast moving karena cepat berganti tangan.

Setelah mengetahui masalah-masalah apa saja yang dihadapi oleh petani lokal, milenial bisa membantu menyejahterahkan petani dengan cara memilih dan membeli produk-produk segar dari petani lokal yang tidak kalah berkualitas dibanding produk impor.

Dari bisnis musiman petani ini, kita bisa belajar bahwa milenial harus menghargai waktu yang ada, seperti seorang petani yang tidak pernah takut dengan panas, terik, dan hujan. Melainkan, petani terus bertekun dan sabar merawat tanaman yang ditanam hingga waktu panen tiba, dan bisa merasakan hasil dari jerih payahnya tersebut.

Artikel Terkait