Investasi

PDB Indonesia 2020: Dapat Menarik Perhatian Investor Asing?

pdb indonesia

PDB Indonesia dapat memberikan gambaran terhadap kondisi ekonomi di Indonesia. Lalu, apa kabar dengan PDB Indonesia di 2020? Untuk mengetahuinya, simak ulasan redaksi Ajaib beriku ini.

Meskipun sering mendengarnya di berbagai dialog ekonomi di berbagai media, mungkin belum semuanya memahami bahwa yang dimaksud dengan Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu, dan merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.  Di dunia internasional, Produk Domestik Bruto (PDB) disebut juga sebagai Gross Domestic Product (GDP).

Semakin tinggi angka PDB, makin bagus pula kondisi ekonomi suatu negara.

Rumus penghitungan PDB

PDB = C + I + G (X-M)

PDB: Produk Domestik Bruto

C: Konsumsi

I: Investasi

G: Konsumsi pemerintah

X: Ekspor

M: Impor

Cara Sederhana Menghitung PDB

Jumlahkan semua penghasilan masyarakat (pendapatan semua karyawan, laba perusahaan, pendapatan hak cipta, pendapatan sewa dan pendapatan bunga bersih) dalam setahun.

Jumlahkan semua pengeluaran masyarakat (konsumsi total, investasi, belanja negara dan ekspor bersih) selama setahun.

Kedua cara ini akan menghasilkan nominal yang hampir sama.

PDB Nominal dan PDB RIIL

  • PDB nominal tidak memperhitungkan inflasi.
  • PDB riil memperhitungkan inflasi.

Perbedaan signifikan itu sering menyebabkan beberapa laporan PDB direvisi. PDB Riil adalah perhitungan yang biasanya digunakan untuk mengukur pertumbuhan PDB tahunan, karena dianggap lebih akurat.

Pengaruh PDB Terhadap Kehidupan Masyarakat

Apabila tingkat pengangguran rendah dan upah meningkat, kondisi perekonomian suatu negara umumnya dianggap “sehat”, dikarenakan sektor bisnis membutuhkan lebih banyak pekerja untuk mengimbangi pertumbuhan ekonomi.

Namun, jika pertumbuhan PDB terlalu cepat, bank sentral akan menaikkan tingkat suku bunga untuk mengimbangi laju inflasi yang berarti meningkatnya harga barang dan jasa, bunga kredit kendaraan dan perumahan. Akhirnya sektor bisnis pun akan merasakan dampaknya berupa peningkatan biaya pinjaman modal dan upah pekerja.

Hal sebaliknya jika PDB melambat, akan memicu kekhawatiran akan terjadinya resesi yang bisa berakibat meningkatnya jumlah pemutusan hubungan kerja dan menurunnya pendapatan bisnis, serta belanja masyarakat.

Pengaruh PDB Terhadap Investor

Di dunia investasi valuta asing (Foreign Exchange), data PDB negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris dan kawasan Uni Eropa selalu menjadi fokus perhatian investor, karena peningkatan angka PDB negara-negara itu mengindikasikan penguatan nila mata-mata uang terkuat mereka, sehingga menjadi valuta asing yang dianggap potensial oleh para investor untuk membuka posisi buy.

Di sisi lain, para investor asing memantau pertumbuhan PDB suatu negara untuk menilai apakah pertumbuhan ekonominya meningkat pesat atau tidak, sebagai dasar pertimbangan bagi keputusan penempatan aset investasi mereka. Investor asing selalu memilih untuk membeli perusahaan atau menanamkan modal di negara yang perekonomiannya berkembang. Jika suatu negara kedatangan banyak investor asing yang ingin menanamkan modalnya, itu berarti prospek perekonomian negara tersebut ke depan dianggap baik.

Sebaliknya, melambatnya pertumbuhan dan memburuknya perekonomian biasanya mengakibatkan menurunnya keuntungan bagi para pengusaha, yang bisa berdampak negatif bagi nilai saham-saham perusahaan mereka.

Berapa Sebenarnya PDB Indonesia?

Bank investasi dan broker retail yang berbasis di New York – Morgan Stanley, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2019 dan 2020 sebesar 5%. 

Di kuartal II/2019 PDB Indonesia tumbuh sesuai dengan ekspektasi, terjadi sedikit moderasi dibandingkan dengan 5,1% pada kuartal I/2019, menurut info yang dirilis oleh riset bertajuk 2Q19 GDP eased on inventory destocking, yang dirilis Agustus 2019.

Meskipun pertumbuhan ekonomi beresiko cenderung turun di tengah eskalasi perdagangan AS-Cina terbaru, namun  dibandingkan dengan ekonomi AxJ (negara-negara Asia selain Jepang) lainnya, Indonesia, India dan Filipina, merupakan negara-negara yang tidak terlalu terdampak.

Fundamental struktural positif Indonesia, kesinambungan kebijakan dari masa jabatan kedua Presiden Jokowi serta kebijakan kontra-siklus turut membantu dalam meringankan dampak pada pertumbuhan.

PDB Kinclong Negara Primadona Investasi 2020

PDB Asia diperkirakan akan menjadi yang terbesar di dunia pada 2020, dan jumlahnya bisa mengalahkan gabungan dari PDB berbagai negara dari seluruh dunia, yaitu sebesar 60% dari total keseluruhan.

Asian Development Bank (ADB), sebuah institusi finansial pembangunan multilateral yang didirikan pada 1966 di Filipina dengan 31 negara anggota dan kemudian berkembang menjadi 63 negara, yang didedikasikan untuk menekan tingkat kemiskinan di Asia dan Pasifik – memprediksi 6 negara di Asia tumbuh “kinclong” di 2020. Sayangnya, Indonesia tidak termasuk di dalamnya:

Bangladesh – PDB 8%

Peningkatan investasi asing di sektor tekstil, garmen, dan alas kaki. Faktor pendukung utamanya: upah rata-rata relatif rendah hanya US$101/ bulan.

India – PDB 7,2%

Lahirnya “lokomotif ekonomi” baru di sektor manufaktur, termasuk elektronik. 

Tajikistan – PDB 7% 

Faktor pendukung pertumbuhan ekonomi berasal dari tambang emas dan perak, pemrosesan logal, termasuk pengiriman uang (remitansi) dari sekitar 1.000.000 warganya yang tinggal di luar negeri. 

Myanmar – PDB 6,8%

Investasi China di Myanmar meliputi produksi tekstil, garmen, real estate, resor, serta infrastruktur, seperti jalan dan bandara mendorong pertumbuhan ekonomi.

Kamboja – PDB 6,8%

Investasi China dalam pembangunan infrastruktur di Kamboja menjadi motor pertumbuhan ekonomi negara ini.

Vietnam – PDB 6,7

Faktor yang menopang pertumbuhan ekonomi adalah investasi asing pada manufaktur bernilai tambah, seperti elektronik.

ADB juga memperkirakan beberapa negara Asia lain memiliki PDB > 6% seperti: Nepal (6,3%) dan Maladewa (6,3%), Laos (6,2%), dan Filipina (6,1%).

Sementara itu, dalam lingkup negara-negara ASEAN, tampak bahwa semakin maju negara, malah semakin rendah PDB-nya:

  • Singapura 0,6% pada semester I-2019
  • Thailand 2,3% pada semester II-2019
  • Malaysia 4,7% pada semester I-2019
  • Indonesia 5,06% pada semester I-2019
  • Filipina 5,5% pada semester I-2019
  • Vietnam 7,08% pada semester I-2019

Jadi, jika di tahun 2020 ini Indonesia tidak termasuk ke dalam daftar negara-negara Asia incaran investor asing karena PDBnya kurang kinclong, mungkinkah karena Indonesia memang dianggap sudah “developed? Bangsa kita memang sudah mengerti pentingnya upah minimum dan kewajiban alih teknologi tenaga asing. Lonjakan tingkat literasi dan gebrakan disrupsi teknologi digital di tanah air mungkin sudah selayaknya diartikan sebagai titik balik negri untuk lebih mengandalkan PDBnya pada inovasi dalam negri, daripada investasi asing.

Ngomong-ngomong soal inovasi, sudahkah kamu memaksimalkan inovasi dalam berinvestasi? Tingkatkan potensi investasi dengan berinvestasi di paket reksa dana inovatif dari Ajaib yang dengan minimum modal hanya Rp10.000,- dan menyandang status kelulusan dari program pembinaan inkubator startup terkemuka Y Combinator di Silicon Valley, serta pengawasan penuh Otoritas Jasa Keuangan, masih jadi pilihan berinvestasi reksa dana yang cerdas dan berakal sehat untuk kaum milenial!

Bacaan menarik lainnya:

Sadono Sukirno. (2012). Makroekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta: Rajawali Pers


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait