Ajaib.co.id – Setelah mengalami stagnasi dalam beberapa tahun, jumlah pemimpin wanita di 500 Fortune Companies akhirnya meningkat dan memecahkan rekor, siapa saja anggota barunya?
Nampaknya usaha instansi terkait dan gerakan feminisme di dunia yang terus mengkampanyekan tentang kesenjangan antara kaum pria dan wanita di dunia profesional perlahan-lahan mulai menunjukkan hasilnya. Pasalnya, baru-baru ini jumlah wanita yang dinobatkan sebagai pemimpin di 500 Fortune Companies meningkat dan memecahkan rekor di angka 37 orang.
500 Fortune Companies merupakan daftar perusahaan yang memiliki total pendapatan terbesar di dunia versi majalah Fortune. Dari namanya saja kita sudah mengetahui bahwa ada 500 perusahaan besar terdiri dari sejumlah industri yang masuk di daftar ini, beberapa di antaranya adalah Facebook, American Airlines Group, Berkshire Hathaway, Ford Motors, hingga J.P Morgan Chase.
Namun sejak daftar perusahaan diciptakan pada 1955, seluruh CEO dari perusahaan yang masuk dalam daftar tersebut berasal dari kaum pria. Hingga pada akhirnya, di tahun 1970 jumlah wanita yang ditunjuk sebagai pemimpin di salah satu perusahaan di 500 Fortune Companies muncul diawali dengan Katherine Graham sebagai CEO di Washington Post. Angka tersebut bertambah setelah Marion O. Sandler ditunjuk sebagai CEO West Golden Finansial di tahun 1970an.
Hingga akhirnya beberapa waktu lalu, jumlah wanita yang menjadi pemimpin di Fortune 500 naik menjadi 37 orang, mengalami peningkatan di tahun lalu dari 33 orang. Ini artinya jumlah pemimpin wanita di tahun 2020 mencetak rekor barunya. Penambahan pimpinan wanita baru-baru ini adalah hasil dari beberapa perubahan kepemimpinan di perusahaan sebelumnya, di mana wanita telah mengambil alih dari kursi kepemimpinan dari pendahulunya.
Dari 37 CEO wanita, tujuh orang masuk dalam daftar ini untuk pertama kalinya, termasuk mantan eksekutif Home Depot, Carole Tome yang kini ditunjuk sebagai CEO UPS pada 1 Juni lalu. Selanjutnya ada veteran dari industri kesehatan Heyward Donigan yang menjadi CEO Rite Aid pada Agustus 2019, mantan Kepala Angkatan Laut Lama Sonia Syngal yang kini menjadi CEO Gap Inc pada Maret 2020, Kristin C. Peck yang kini menjabat sebagai CEO perusahaan kesehatan hewan Zoetis pada Januari lalu, dan Jennifer Johnson sebagai CEO Franklin Resources.
Sementara, Barbara R. Smith CEO perusahaan material Commercials Metals dan Nazzic S. Keene CEO perusahaan teknologi informasi Science Applications International untuk pertama kalinya masuk dalam daftar CEO wanita dan menambah jumlah wanita yang menjabat sebagai pemimpin di perusahaan besar. Kedua wanita tersebut berhasil menghasilkan pendapatan yang besar bari perusahaannya di angka $5,8 miliar dan $6,4 miliar setara dengan Rp84 triliun dan Rp93 triliun.
Beberapa nama lain yang akrab bekerja di start-up/korporat terbesar di dunia dalam daftar ini adalah CEO IBM Ginni Rometty dan CEO Lockheed Martin Marillyn Manson, sementara CEO KeyCorp Beth Mooney tidak lagi berada dalam daftar tersebut setelah mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya di tahun ini.
Mary Winston, yang merupakan CEO sementara dari Bed, Bath, and Beyond merupakan satu-satunya wanita berkulit hitam yang memimpin di salah satu perusahaan Fortune 500 sejak tahun lalu. Namun segera digantikan oleh Mark Tritton sebagai CEO permanen, menghilangkan jumlah wanita dari keturunan kulit hitam yang menjabat sebagai pemimpin. Selain itu, Geisha Williams juga merupakan wanita dari kaum minoritas lainnya itu keturunan Hispanik yang memimpin salah satu perusahaan Fortune 500 tetapi harus mundur dari jabatannya tahun lalu.
Lorraine Hariton selaku Presiden dan CEO Catalyst, sebuah perusahaan non profit global yang berfokus dalam membantu karir wanita untuk mendapatkan kepemimpinan menyebutkan bahwa angka CEO wanita ini tahun ini merupakan “kemenangan bertahap” bagi kaum wanita. Namun, ia mengakui bahwa masih banyak ruang untuk peningkatan yang harus dikembangkan di masa depan.
Dia juga menekankan bahwa dengan peningkatan jumlah wanita dalam daftar pemimpin wanita di tahun ini, muncul tantangan serius dari krisis ekonomi seperti resesi ditambah pandemi global COVID-19 yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Terlebih kaum wanita merupakan yang paling banyak terkena dampak finansial dibandingkan kaum pria.
Hariton juga menjelaskan bahwa selama pandemi global ini, banyak kaum wanita yang tidak hanya kehilangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan kaum pria, tetapi mereka juga kehilangan pekerjaan bersamaan dengan merawat anak, rumah tangga mereka, dan kesehatan mental mereka sendiri. Isu ini yang masih menjadi perhatian besar bagi kaum wanita untuk memperkecil kesenjangan di dunia profesional antara wanita dan pria.
Untuk ke depannya, dengan lebih banyak CEO wanita di Fortune 500, wanita harus lebih proaktif dalam menciptakan peluang dan lingkungan kerja yang lebih adil, inklusif, dan memuaskan bagi semua lapisan, tanpa terkecuali. Strategi ini termasuk dengan menciptakan lingkungan kerja pasca COVID-19 di mana para pemimpinnya mendukung semua kaum wanita di setiap tingkatan dengan tujuan mensejahterakan mereka di tempat kerja.
Dalam sebuah studi tahun lalu dari S&P Global Market Intelligence menemukan bahwa perusahaan publik dengan CEO atau CFO wanita cenderung lebih menghasilkan keuntungan dan memiliki kinerja saham yang lebih baik dibandingkan perusahan yang dipimpin oleh kaum pria. Fakta ini tentunya dapat menjadi pertimbangan bagi gerakan feminisme untuk tetap bersuara dalam mewujudkan impiannya.
Meskipun jumlah pemimpin wanita meningkat menjadi 37 orang, sejak tahun 1970 di mana wanita menjadi CEO untuk pertama kalinya hingga sekarang, jumlah rata-rata pemimpin wanita di perusahaan besar hanya berada di angka 1,32%, sangat jauh dibandingkan jumlah dominasi pemimpin pria.
Sumber: The number of women running Fortune 500 companies hits a new high, dengan perubahan seperlunya.