Bisnis & Kerja Sampingan, Dunia Kerja

Ini Tokoh Filantropi Indonesia, Manakah yang Kamu Kagumi?

Filantropi Indonesia

Ajaib.co.id – Rahasia untuk hidup bahagia adalah dengan memberi. Dengan kata lain, dengan berkontribusi pada kesejahteraan orang lain, komunitas kita, dan dunia pada umumnya, kita menemukan lebih banyak makna dalam kehidupan.

Banyak orang terkenal telah mempelajari pelajaran ini, memilih untuk menyumbangkan sebagian pendapatannya kepada masyarakat yang membutuhkan bantuan.

Para dermawan selebritas dapat membuat perbedaan besar dengan mengembalikan sebagian kekayaan mereka, dan memberikan contoh penting untuk penggemar mereka secara luas.

Para dermawan terbesar saat ini menerima tanggung jawab ini dengan sangat serius ketika menggunakan pengaruh dan uang mereka. Biasanya sosok tersebut disebut dengan filantropi.

Apa Itu Filantropi?

Istilah filantropi dalam bahasa Indonesia bermakna kedermawanan dan cinta kasih terhadap sesama. Istilah ini belum terlalu dikenal oleh khalayak luas, meski secara praktis kegiatan filantropi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Indonesia.

Konsep filantropi berhubungan erat dengan rasa kepedulian, solidaritas dan relasi sosial antara orang miskin dan orang kaya, antara yang kuat dan yang lemah, antara yang beruntung dan tidak beruntung serta antara yang kuasa dan tuna-kuasa.

Dalam perkembangannya, konsep filantropi dimaknai secara lebih luas yakni tidak hanya berhubungan dengan kegiatan berderma itu sendiri. Melainkan pada bagaimana keefektifan sebuah kegiatan “memberi‟, baik material maupun non-material, dapat mendorong perubahan kolektif di masyarakat.

Tokoh Terkenal Filantropi Indonesia

Meskipun tidak terlalu menonjol seperti tokoh terkenal di luar negeri seperti Bill Gates dan Warren Buffet. Ada beberapa pengusaha atau tokoh terkenal yang masuk dalam kategori filantropi Indonesia.

Mereka biasanya mendirikan yayasan nirlaba, yang diperuntukkan untuk membantu orang yang tidak mampu dan program-program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berikut beberapa tokoh filantropi Indonesia

Jusuf Kalla

Bapak Jusuf Kalla yang pernah menjabat sebagai wakil presiden Indonesia telah memiilki Yayasan Pendidikan dan Kesejahteraan Islam Hadji Kalla atau disingkat dengan Yayasan Kalla sejak 24 April 1984. Yayasan ini dijadikan penyalur program amal dan zakat Kalla Group.

Kalla Group memiliki 16 anak perusahaan, dan setiap tahunnya menyisihkan pendapatannya sebesar Rp34 miliar dari anak perusahaannya yang terbagi dalam enam kelompok sektor dari berbagai bidang seperti Kalla Automotive, Kalla Transport & Logistics, Development & Constructions, Kalla Manufacture, Kalla Energy dan Yayasan.

Gita Wirjawan

Gita Wirjawan seorang pengusaha, negarawan, bankir investasi, dan pegiat sosial dari Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Perdagangan pada Kabinet Indonesia Bersatu II pimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Gita mendirikan yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, dengan memberikan beasiswa bagi putra-putri terbaik di Indonesia. Berdiri pada tahun 2009, lembaga ini memiliki tujuan untuk melahirkan calon-calon pemimpin masa depan yang berkualitas

Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto

Tanoto Foundation didirikan oleh suami istri Sukanto Tanoto dan Tinah Bingei Tanoto pada 1981. Yayasan ini didirikan untuk tujuan mendukung upaya penanggulangan kemiskinan di Indonesia.

Adapun strategi Tanoto Foundation terfokus dalam tiga bidang yaitu pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan peningkatan kualitas hidup. 

Selain mendapatkan dukungan keuangan dan uang saku, penerima beasiswa Tanoto Foundation juga mendapatkan konseling serta pelatihan peningkatan kemampuan soft skills.

Chairul Tanjung

Nama Chairul Tanjung cukup banyak dikenal sebagai pengusaha yang sukses. Bidang usahanya terdiri dari 3 sektor: keuangan, properti, dan multimedia.

Berkat kesuksesannya itu dia memiliki uang yang cukup berlimpah, dan menyisihkan beberapa pendapatannya melalui yayasan nirlaba CT Arsa Foundation.

Chairul Tanjung bersama sang istri Anita Ratnasari Tanjung mendirikan yayasan CT ARSA Foundation. 

Memiliki visi untuk memutus mata rantai kemiskinan melalui pendidikan yang berkualitas serta optimalisasi kesehatan bagi masyarakat Indonesia yang kurang mampu.

Eka Tjipta Widjaja

Tokoh filantropi Indonesia selanjutnya adalah Eka Tjipta Widjaja. Dia mendirikan Organisasi nirlaba milik keluarga yang bernama Eka Tjipta Foundation. Berdiri sejak tahun 2006.

Yayasan ini juga salah satu wadah kegiatan sosial perusahaan-perusahaan di bawah bendera Sinarmas. Sinar Mas Group sendiri bergerak di bidang perkebunan, pulp and paper, properti, keuangan, dan energi.

Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono

Yayasan Djarum merupakan organisasi nirlaba yang didirikan oleh Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono.

Yayasan ini fokus pada memajukan bangsa dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam Indonesia.

Belinda Tanoto dan Anderson Tanoto

Dua bersaudara ini merupakan anak dari Sukanto Tanoto. Keduanya berada di jajaran pimpinan Tanoto Foundation. Yayasan ini menyumbang senilai USD16,7 juta atau sekitar Rp233,55 miliar atau naik 30 persen dari 2018. Sumbangan ini fokus pada bidang pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi.

Sumbangan ini juga membantu menghambat stunting bagi anak-anak Indonesia. Belinda (34) tercatat paling aktif di yayasan dan fokus kepada pengembangan anak-anak yang duduk di bangku SD.

Sementara itu, Anderson (30) dinilai sebagai pengusaha dermawan karena memberikan seperlima waktunya untuk pelatihan program kepimpinan dan memberikan dukungan kepada tujuan pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).

Theodore Rachmat

Theodore Rachmat adalah sosok pendiri Triputra Group, ia mendonasikan dana senilai hampir USD5 juta (Rp70,52 miliar) melalui yayasan amalnya, A&A Rachmat Compassionate Service Foundation.

Yayasan ini bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan panti asuhan. Yayasan tersebut dirilis oleh pria 76 tahun tersebut sejak 1999 sebagai dana beasiswa.

Ada 21 ribu penerima sumbangan dan total kontribusi Rachmat mencapai USD12,5 juta (Rp176,31 miliar). Untuk memastikan penerima bantuan tetap berada di sekolah dan belajar, yayasan ini juga menggelar program latihan tahunan untuk guru SD.

Pada 2005, yayasan ini memperluas bidangnya menjadi perawatan kesehatan dengan membangun klinik di daerah pedalaman, yang hanya memungut biaya sekitar Rp28 ribu untuk sekali kunjungan.

Itulah beberapa tokoh filantropi Indonesia. Adakah tokoh yang kamu kagumi? Atau ada tokoh lain yang belum tertulis? Semoga kamu bisa mengikuti jejak para tokoh-tokoh tersebut.

Dari tokoh-tokoh tersebut kita bisa belajar bahwa dengan memberi tidak akan habis harta yang dimiliki, justru akan semakin bertambah.

Artikel Terkait