Saham

Harga Saham BCA Per Lembar Turun Karena Efek Corona

harga saham bca

Ajaib.co.id – Harga saham BCA belakangan ini menjadi sorotan. Pasalnya, lantaran kemunculan wabah virus corona, harga saham BCA mulai merosot. Lalu, apakah harga saham BCA ini bisa rebound? Simak ulasan redaksi Ajaib berikut ini untuk mengetahuinya.

Saat hendak pulih dari permasalahan ekonomi karena perang dagang antara Amerika dan China, perekonomian global dihantam kembali oleh pandemi Covid-19 yang wabahnya dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Menurut WHO Covid-19 merupakan virus yang menginfeksi sistem pernafasan, dan ditularkan antara hewan dan manusia atau disebut zoonotic. Dalam segi perekonomian, munculnya pandemi ini membawa dampak pada perekonomian global khususnya dalam sektor perdagangan, investasi, dan pariwisata.

Selain dampak besar dalam ekspor barang mentah karena permintaan yang menurun. Pandemi Covid-19 juga berdampak pada sektor investasi karena investor akan jauh lebih berhati-hati dalam menginvestasikan kekayaan di tengah kondisi perekonomian yang kurang jelas seperti saat ini.

Salah satu yang merasakan dampak dari wabah ini di sektor investasi adalah harga saham yang menurun. Indeks Harga Saham Gabungan anjlok 6.57% atau 361,73 poin. Hal tersebut terjadi karena aksi panic selling atau dijualnya saham-saham karena ketidakpastian perekonomian yang dilakukan oleh para investor.

Seperti yang kamu sudah ketahui, saham merupakan bukti kepemilikan seseorang terhadap suatu perusahaan yang dibeli sahamnya. Tujuan membeli saham adalah untuk mendapatkan dividen dan mendapat keuntungan apabila dijual kembali ke orang lain. Mendapatkan dividen berarti orang yang membeli saham tersebut mempunyai hak atas keuntungan perusahaan jika perusahaan membukukan keuangan.

Dilansir dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, jumlah perusahaan yang terdaftar sebagai perusahaan terbuka per bulan Juli 2017 sebanyak 554 perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini berasal dari sektor manufaktur, perdagangan, finansial, konsumen, properti, dan lain sebagainya.

Nilai Saham yang Mudah Naik dan Susah Turun

Dari ratusan perusahaan terbuka yang ada di BEI, ada beberapa perusahaan yang memiliki nilai saham tertinggi dengan harga saham per lembarnya yang cukup mahal. Salah satu dari perusahaan itu adalah Saham BCA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memiliki harga saham yang gemilang di penghujung tahun 2019 karena mencapai Rp33.775 per lembar pada 18 Desember 2019 lalu. Nilai tersebut merupakan nilai tertinggi hingga memecahkan rekor harga saham BCA selama ini. Hal ini membuat BBCA menjadi salah satu saham perbankan yang menjanjikan karena tren yang selalu bergerak ke arah positif.

Melansir dari pencatatan Bursa Efek Indonesia, saham BCA pertama kali dicatatkan dengan harga Rp1.400 per lembarnya pada 31 Mei 2000. Melihat angka tersebut, artinya untuk mencapai titik tertinggi pada bulan November 2019 saham BCA memiliki kenaikan 2.171%. Pergerakan nilai saham BBCA tercatat relatif paling stabil apabila dibandingkan dengan perbankan lainnya.

BBCA juga dianggap sebagai saham yang nilainya cepat naik namun susah turun. Hal ini dapat terjadi karena ketika harga BBCA meningkat, perlu waktu lebih lama untuk menurunkannya. Seperti dilansir dari situs Bisnis ID, Direktur Investa Saran Mandiri BBCA, Hans Kwe memantau, jika saham BCA meningkat 20%, tekanan-tekanan yang berpotensi menurunkan harga hanya mampu menurunkan harga sebesar 7%.

Faktor lainnya yang membuat BBCA relatif lebih stabil adalah karena BCA merupakan market leader sehingga harga sahamnya secara otomatis pasti lebih mahal. Selain itu terkait valuasi BBCA yang aset fisiknya belum di revaluasi, sehingga PER dan PBV nya bisa turun ke angka yang normal.

Banyak Investor Asing yang Tarik Dana

Di awal bulan Februari 2020, IHSG mengalami penurunan karena menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 0.41%. Imbasnya banyak investor asing menarik investasinya dari saham BCA sampai senilai Rp476 miliar. Hal ini membuat BBCA dengan kapitalisasi pasar terbesar dipegang oleh PT Dwimuria Investama Andalan milik Robert Budi Hartono dan Michael Bambang Hartono ini mengalami penurunan 0,62% dengan nilai saham Rp32.200 per lembar. Bahkan pada tanggal 3 Februari 2020, perdagangan BBCA turun lagi sampai menyentuh harga Rp31.800 per lembarnya.

Diperkirakan ada beberapa faktor yang menyebabkan dilepasnya saham BBCA oleh investor asing. Salah satunya adalah kapitalisasi pasar BBCA yang menjadi terbesar di IHSG sehingga bagian asing pada saham IHSG jumlahnya akan lebih besar dibandingkan saham lain.

Selain itu Price Book Value (PBV), alias harga saham yang dibandingkan dengan nilai ekuitas per saham, BBCA sebesar 4,78% lebih tinggi dari 4 bank lainnya sehingga nilai saham BBCA lebih mahal dibandingkan bank yang lain. Hal lainnya adalah potensi pertumbuhan BBCA masih di bawah estimasi walaupun suku bunganya telah dipangkas 100 bps tahun lalu.

Nilai Saham BCA Efek Pandemi

Dilansir dari Bursa Efek Indonesia pada 17 Maret 2020, nilai saham BBCA secara year to date terkoreksi 23,41% pada level Rp25.600. Hal ini membuat kekayaan Duo Hartono, yang dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia versi majalah Forbes, berkurang ratusan triliun.

Penurunan nilai tersebut menjadikan nilai kapitalisasi BCA ikut menurun menjadi Rp624,86 triliun dari sebelumnya bertengger di 815,85 triliun. Apabila di kalkulasikan dengan saham yang dipegang oleh PT Dwimuria Investama Andalan sebagai pemegang saham terbesar, Duo Hartono sudah mengalami potential loss sebesar Rp104,93 triliun. Waduh!

Melihat pada banyaknya harga saham yang anjlok, apakah ini berarti kamu harus berhenti berinvestasi? Tentu tidak.

Selain berpindah ke safe haven investment seperti emas, kamu tetap dapat menginvestasikan danamu dalam saham apabila jeli dalam melihat tren yang ada. Apabila kamu merupakan investor pemula, tidak usah khawatir karena sekarang ada Ajaib, platform investasi tematik yang mudah digunakan dan dapat dimulai dengan modal yang tidak besar. Selain itu Ajaib juga menyediakan pengetahuan seputar finansial dan gaya hidup yang bisa kamu ikuti di setiap harinya.

Ayo melek investasi dan mulai rencanakan masa depanmu!


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait