Bisnis & Kerja Sampingan

FMCG Adalah Bisnis yang Tetap Prospektif di Masa Depan, Benarkah?

FMCG Adalah Bisnis yang Tetap Prospektif di Masa Depan, Benarkah

Ajaib.co.id – Industri Fast-moving Consumer Goods (FMCG) adalah salah satu industri utama Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Kontribusinya terbilang signifikan terhadap pembangunan ekonomi nasional. Lantas, apakah bisnis FMCG ke depannya masih prospektif?

Pengertian FMCG

Bagi pelamar kerja, FMCG selalu menarik perhatian tersendiri. Tak heran mengingat FMCG didominasi oleh sejumlah perusahaan besar nasional. Kemapanan yang lebih terjamin termasuk alasan terkuat pelamar kerja melirik perusahaan FMCG.

Pada dasarnya, FMCG adalah produk massal yang dijual dengan harga relatif terjangkau. Produk-produk yang dijual tersebut umumnya memiliki usia simpan yang cenderung pendek. Hal ini lantaran permintaan konsumen sangat tinggi atau karena produk mudah rusak. 

Beberapa produk yang termasuk FMCG adalah daging, sayuran, buah-buahan, susu, makanan siap saji, makanan beku, makanan olahan, air kemasan, peralatan mandi, kosmetika, dan perlengkapan alat tulis kantor (ATK).

Selain itu, obat-obatan penghilang rasa sakit yang bisa dibeli tanpa resep dokter dan beragam produk pembersih, seperti pembersih kaca, pembersih lantai, pembersih piring dan sebagainya, juga termasuk dalam industri FMCG.

Jadi, pangsa pasar FMCG terbilang sangat luas. Dengan begitu, peluang bisnis FMCG juga prospektif. Tapi, bagaimana kondisi bisnis FMCG di Indonesia sendiri?

Industri FMCG di Indonesia

Studi Brand Foodprint Indonesia 2022 oleh Worldpanel Division menyatakan, sembilan dari 10 rumah tangga di Indonesia di tahun 2021 membeli produk FMCG yang meliputi kategori mie instan, biskuit, kopi instan, deterjen, dan penyedap rasa. Sembilan dari 10 rumah tangga tersebut membeli produk dari kategori-kategori di atas secara rutin, rata-rata sebanyak 35 kali dalam satu tahun.

Dari hasil studi itu, produk-produk FMCG terbukti sangat diminati oleh konsumen Indonesia. Pertumbuhan pasar FMCG Indonesia juga termasuk paling cepat di Asia Tenggara. Pertumbuhan pasar FMCG ini juga mengikuti peningkatan permintaan dan perubahan gaya hidup. 

Tak seperti industri kebanyakan lainnya, FMCG Indonesia juga tak terlalu terdampak akibat pandemi Covid-19. Perubahan perilaku konsumen memang terjadi selama pandemi Covid-19. Namun, perubahan perilaku ini dijawab dengan strategi bisnis yang jitu.

Perilaku belanja online, misalnya, yang dulunya konsumen cenderung berbelanja di marketplace atau e-commerce hanya untuk kebutuhan sekunder. Seiring kebijakan pembatasan bepergian dan menjaga jarak selama pandemi Covid-19, pelaku bisnis FMCG pun menjajakan makin banyak produk-produknya di marketplace. Kini, konsumen juga berbelanja kebutuhan primer dengan memanfaatkan marketplace.

Berbelanja kebutuhan primer secara online lambat laun bisa menjadi kebiasaan. Perilaku konsumen yang telah menjadi kebiasaan akan sulit diubah. Dengan kata lain, pelaku bisnis FMCG cukup adaptif menyesuaikan strategi bisnisnya mengikuti perkembangan kebutuhan konsumen.

Alhasil, bisnis FMCG masih prospektif meski pandemi Covid-19 belum usai. Banyak produk FMCG yang makin dibutuhkan oleh masyarakat selama pandemi Covid-19. Kabar baiknya, pelaku bisnis FMCG domestik pun membuktikan bahwa produk lokal dapat bersaing dengan produk-produk mancanegara. 

Peluang Bisnis FMCG

Apakah bisnis FMCG ke depannya tetap prospektif? Peluang bisnis FMCG ke depan akan tetap terbuka karena disebabkan oleh berbagai faktor di bawah ini:

Potensi produk kesehatan dan kebersihan makin diminati

Produk kesehatan dan kebersihan menjadi hot item di masa pandemi Covid-19. Banyak masyarakat yang membeli produk-produk kesehatan dan kebersihan untuk mengantisipasi terterpa Coronavirus disease atau virus-virus lainnya. 

Pandemi Covid-19 belum usai. Perkembangan terkini bahkan muncul subvarian baru dari varian Omicron. Artinya, produk-produk kesehatan dan kebersihan masih memiliki permintaan tinggi. 

Di sisi lain, kondisi ini merupakan peluang bagi pelaku bisnis FMCG, khususnya yang memasarkan produk-produk kesehatan dan kebersihan. Bukan tak mungkin, produk-produk kesehatan dan kebersihan ke depannya makin diminati oleh konsumen Indonesia.

Migrasi ke saluran digital

Pandemi Covid-19 juga mengubah peta industri dan navigasi permintaan tiap pelaku bisnis di banyak industri. Pembatasan fisik menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku bisnis, terutama di awal pandemi Covid-19. Khusus FMCG, gerai-gerai ritel, baik modern maupun tradisional, semakin sepi. Masyarakat lebih memilih menghindari bepergian agar tidak tertular virus Covid-19. 

Konsumen kemudian mulai melirik toko online untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Perubahan tuntutan konsumen ini dengan sigap dijawab oleh para pelaku bisnis FMCG. Mereka mulai menjajakan produk-produknya di berbagai saluran berbasis digital. Pelaku bisnis FMCG membuktikan bahwa produk-produk kebutuhan pokok bisa dijual secara online

Pembayaran lebih cepat, aman, dan contactless

Seiring dengan meningkatnya belanja online, transaksi contactless pun makin diminati oleh konsumen. Kini, banyak pelaku bisnis FMCG mengusung konsep pembayaran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) untuk transaksi lebih cepat, aman, dan tentunya contactless.

Tren belanja grosir

Pandemi Covid-19 juga memunculkan peningkatan kekhawatiran terhadap ketidakpastian di masa depan. Siapa yang menduga pandemi Covid-19 dapat mengubah banyak hal? Kapan pandemi Covid-19 berakhir? Tidak ada yang bisa menjawabnya dengan pasti.

Ketidakpastian terhadap hari esok turut mengubah tren belanja konsumen. Sebelum adanya pandemi Covid-19, konsumen cenderung berbelanja sesuai dengan kebutuhannya saat ini. Saat pandemi Covid-19, banyak konsumen berbelanja dalam jumlah banyak sebagai stok. Hal ini berarti penjualan grosir dari pengecer FMCG juga akan mendukung perubahan tren belanja ini.

Saham FMCG akan jadi incaran

Tren investasi saham di tahun 2022 akan mengarah pada saham-saham dari emiten yang bergerak di bisnis FMCG. Lebih spesifik, tren investasi saham ini lebih mengutamakan industri FMCG pada perusahaan-perusahaan yang menjual produk makanan dan minuman. 

Meski cukup prospektif di masa depan, bisnis FMCG juga memiliki sejumlah tantangan. Salah satu tantangan tersebut adalah produk FMCG yang rata-rata memiliki margin keuntungan kecil serta usia produk yang pendek.  

Artikel Terkait