Investor Saham Pemula

5 Cara Mudah Hitung Harga Wajar Saham

Cara Menghitung Nilai Intrinsik Saham -Benjamin Graham Formula

Harga saham bukan sekadar angka di layar. Ia mencerminkan nilai suatu perusahaan berdasarkan ekspektasi pasar terhadap kinerja bisnisnya, baik saat ini maupun ke depan. Untuk mengetahui apakah harga wajar saham atau belum, investor biasanya menggunakan analisis fundamental.

Misalnya lewat rasio Price to Earnings (P/E), Price to Book Value (PBV), atau membandingkan kinerja perusahaan dengan industri sejenis. Dengan memahami ini, kamu bisa terhindar dari membeli saham yang “mahal” secara valuasi saham meskipun harganya terlihat murah.

Mengetahui apakah harga saham berada di bawah, sesuai, atau di atas nilai wajarnya akan membantumu mengambil keputusan investasi yang lebih rasional.

Misalnya, saham undervalued (berharga di bawah nilai wajarnya) bisa jadi peluang cuan jangka panjang, sementara saham yang overvalued mungkin berisiko turun ketika ekspektasi pasar berubah. 

Cara Menghitung Harga Saham Wajar

Berikut ini adalah tiga metode populer yang bisa kamu gunakan untuk menghitung harga wajar saham:

1. Metode Earnings per Share (EPS) 

Metode EPS ini paling sering digunakan karena sederhana dan efektif untuk melihat apakah suatu saham undervalued atau overvalued.

Langkah-langkah:

Contoh:

Perusahaan PT A memiliki EPS Rp100 dan sektor industrinya punya P/E rata-rata 15.

Maka, Harga Wajar = Rp100 x 15 = Rp1.500
Jika harga pasar hanya Rp1.100, berarti saham ini masih di bawah harga wajarnya (undervalued) dan layak untuk dibeli.

2. Metode Price/Earnings to Growth Ratio (PEG)

Metode ini menggabungkan P/E Ratio dengan pertumbuhan laba perusahaan, sehingga lebih akurat untuk saham dengan potensi pertumbuhan tinggi.

Langkah-langkah:

  • Hitung P/E Ratio = Harga Saham ÷ EPS
  • Dapatkan estimasi pertumbuhan laba tahunan (bisa dari konsensus analis atau laporan tahunan).
  • Gunakan rumus: PEG = P/E ÷ Pertumbuhan EPS (% pertahun)
  • Idealnya, nilai PEG di bawah 1 menandakan saham undervalued.

Contoh:

Harga saham PT B = Rp2.000, EPS = Rp200, maka P/E = 10. Jika estimasi pertumbuhan EPS tahunan adalah 15%, maka:

PEG = 10 ÷ 15 = 0,67 → Artinya saham ini terbilang murah dibanding potensi pertumbuhannya.

3. Metode Price to Book Value (PBV)

PBV membandingkan harga saham terhadap nilai buku perusahaan (aset bersih per saham). Cocok untuk sektor keuangan, properti, dan BUMN.

Langkah-langkah:

  • Cek nilai buku (book value) dari laporan keuangan → biasanya: Ekuitas ÷ Jumlah saham beredar
  • Gunakan rumus: PBV = Harga Saham ÷ Book Value per Share
  • Bandingkan dengan PBV rata-rata industri. Jika PBV < 1, saham bisa dikategorikan undervalued.

Contoh:

PT DEF punya ekuitas Rp10 triliun dan saham beredar 10 miliar → Book Value = Rp1.000
Jika harga saham saat ini Rp800, maka PBV = 800 ÷ 1.000 = 0,8.

Artinya, pasar menilai saham ini lebih rendah dari nilai bukunya → potensi undervalued.

4. Metode Dividend Yield

Metode ini cocok untuk investor yang mengejar pendapatan pasif dari dividen.

Langkah-langkah:

  • Rumus:
    Dividend Yield = Dividen Tahunan ÷ Harga Saham x 100%
  • Bandingkan yield dengan deposito atau saham lain di sektor sama.

Contoh:

Dividen PT GHI = Rp150 per tahun, harga saham Rp3.000.

Dividend Yield = (150 ÷ 3.000) x 100% = 5%
Jika yield ini lebih tinggi dari rata-rata sektor, saham ini menarik bagi investor income.

5. Metode Price to Earning Share (P/E Share)

Metode ini merupakan nama lain dari P/E Ratio, tapi bisa digunakan untuk membandingkan antar saham dalam satu sektor.

Langkah-langkah:

  • Gunakan rumus:
    P/E = Harga Saham ÷ EPS
  • Bandingkan P/E satu saham dengan P/E saham lain yang sejenis.

Contoh:

PT A memiliki P/E = 8, PT B memiliki P/E = 15.
Jika keduanya di sektor yang sama, PT A terlihat lebih murah dari sisi valuasi.

Dengan memahami berbagai metode penilaian harga wajar saham—mulai dari EPS, PEG, PBV, hingga Dividend Yield—kita bisa mengambil keputusan investasi yang lebih rasional dan tidak semata-mata tergoda oleh harga murah atau rumor pasar. Masing-masing metode punya keunggulan tersendiri, tergantung pada jenis saham dan tujuan investasimu.

Misalnya, investor jangka panjang yang mengincar dividen rutin mungkin lebih cocok menggunakan metode Dividend Yield, sementara pencari saham bertumbuh bisa memanfaatkan metode PEG.

Pada akhirnya, menghitung harga wajar saham bukan hanya soal angka, tapi juga soal strategi dan tujuan pribadi dalam berinvestasi. 

Gunakan metode yang paling sesuai dengan karakter saham incaranmu, kombinasikan dengan analisis fundamental lainnya, dan jangan lupa perhatikan kondisi ekonomi makro serta sentimen pasar. Dengan begitu, kamu bisa menjadi investor yang bijak, cermat, dan tahan banting dalam menghadapi dinamika pasar modal.

Mulai Investasi di Ajaib Sekuritas Sekarang!

Sebagai aplikasi Pilihan #1 Investor Indonesia, Ajaib kini lebih stabil, lebih lengkap, lebih baik. Di Ajaib, #SemuaBisa investasi di saham, reksa dana, hingga obligasi. Melalui Ajaib Alpha, Anda juga dapat jual beli saham Amerika, Aset Kripto, dan trading perpetual futures. Download aplikasi Ajaib dan Ajaib Alpha sekarang!

Artikel Terkait