Ajaib.co.id – Sebagai seorang investor, kamu baru dikatakan sukses berinvestasi ketika portofoliomu sudah mampu mengalahkan benchmark investasimu. Sering kali kinerja investasi reksa dana atau mutual funds yang dikelola fund manager mampu mengalahkan benchmark investasinya.
Jika seorang investor ritel bertemu dengan seorang fund manager dalam berbagai kesempatan maka pertanyaan yang dilontarkan tidak jauh dari informasi saham-saham mana saja yang akan dibeli oleh reksa dana. Padahal keberhasilan mengelola reksa dana bukan hanya berpusat pada pemilihan saham saja lho, namun lebih kepada penentuan alokasi aset.
Dalam publikasi yang berjudul “Determinant of Portfolio Performance” disebutkan bahwa penentuan alokasi aset menentukan 93,6% kesuksesan sebuah manajemen portofolio. Sisanya sebesar 6,4% ditentukan oleh Market Timing, pemilihan saham dan lainnya.
Meski publikasi tersebut diterbitkan sejak 20 tahun lalu, namun masih tetap relevan dan menjadi rujukan berbagai buku keuangan hingga saat ini. Berbagai penelitian tentang alokasi aset selanjutnya dilakukan untuk melihat relevansinya sepanjang waktu.
Alokasi aset maksudnya adalah menentukan bobot komposisi saham dalam sebuah portofolio. Misalnya saja kamu memiliki modal awal 10 juta rupiah dan kamu berencana untuk melakukan diversifikasi dengan membeli 15 sampai 20 saham. K
amu harus tentukan saham mana saja yang secara jumlah lot akan lebih banyak kamu koleksi dan mana saja yang lebih sedikit, inilah yang disebut dengan pembobotan.
Menentukan bobot tidak boleh dengan cara dibagi rata semua, harus ada beberapa saham yang dibeli lebih banyak atau lebih sedikit dari yang lainnya.
Pengelolaan Portofolio oleh Fund Manager
Seorang fund manager akan melakukan pengelolaan portofolio dengan langkah-langkah sebagai berikut:
- Menentukan jenis aset (saham, obligasi atau deposito) yang akan dibeli atau dijual dengan melihat tujuan reksa dana kelolaannya. Jika reksa dana yang dikelola bersifat long term sebagai dana pensiun maka aset yang dipilih adalah saham.
- Menentukan sub aset, seperti saham-saham dari sektor apa saja yang hendak dikoleksi.
- Menentukan benchmark untuk melakukan alokasi aset. Jika portofolio berisikan aset berupa saham, maka benchmark yang digunakan adalah IHSG. Jika portofolio yang dikelola dimaksudkan untuk menyerupai indeks, maka benchmark-nya adalah IDX30.
- Menentukan pembobotan saham atau sektor saham, apakah normal weight, overweight atau underweight pada masing-masing saham atau sektor dalam portofolio.
- Melakukan pemilihan aset berdasarkan kriteria yang diinginkan, misalnya jika yang dikejar adalah capital gain maka seharusnya saham-saham yang undervalued yang banyak dipilih.
- Market Timing – mengamati pergerakan naik-turunnya harga untuk melakukan penyesuaian.
Cara Melakukan Pembobotan
Proses aset alokasi yang dideskripsikan berikut menggunakan contoh reksa dana saham. Pembobotan dilakukan dengan melihat bobot suatu saham atau sektor terhadap IHSG atau indeks lain yang jadi benchmark-nya. Misalnya saham Astra Internasional Tbk (ASII) yang memiliki bobot 10% dari IHSG.
Jika kemudian kamu membelikan 10% dari modalmu untuk ASII, maka artinya bobot ASII dalam portofoliomu dapat dikatakan normal weight. Jika kurang dari 10%, misalnya 8% maka artinya bobot saham ASII milikmu underweight. Lebih dari 10% maka overweight alias kelebihan bobot.
Nah, jika seorang investor bertanya saham apa yang berpeluang naik dalam waktu dekat biasanya seorang fund manager hanya menjawab “Kami overweight di sektor keuangan” misalnya. Hal itu menandakan bahwa dalam portofolio kelolaannya, saham-saham bank dan leasing mendapat porsi modal yang lebih banyak dari saham sektor lain.
Pentingnya alokasi aset dalam kesuksesan sebuah portofolio mengalahkan indeks sudah berulang kali diteliti. Hasilnya pun beragam dan kebanyakan alokasi aset berkontribusi sekitar 30%-70% terhadap keberhasilan portofolio dalam mengalahkan benchmark.
Terlepas dari berapa besar alokasi aset berkontribusi pada kesuksesan portofoliomu, memang benar adanya bahwa pembobotan dalam alokasi aset menjadi faktor penting bagi Manajer Investasi dalam mengelola portofolio reksa dana. Fokus dalam tulisan ini adalah memberikan gambaran bagaimana cara fund manager melakukan pengelolaan portofolio. Berikut tipsnya;
- Menentukan benchmark/acuan
Ada banyak jenis reksa dana indeks di pasaran saat ini yang dibuat untuk menyamai indeks tertentu, ada yang berpatokan pada LQ-45, Kompas 100, dan lain-lain. Jumlah saham dalam kedua indeks yang disebutkan barusan cukup banyak. Oleh karenanya banyak fund manager yang menggunakan IDX30 sebagai acuan karena anggota saham dalam indeks tersebut hanya 30 saja.
IDX30 adalah sebuah indeks buatan Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berisikan saham-saham dengan likuiditas tinggi dan kapitalisasi besar.
Berikut 30 saham yang tergabung ke dalam IDX30 yang mulai berlaku sejak 3 Agustus 2020
IDX30 Periode Agustus s.d. Oktober 2020 | |||
No. | Kode | Nama Saham | |
1 | ACES | Ace Hardware Indonesia Tbk. | |
2 | ADRO | Adaro Energy Tbk. | |
3 | ANTM | Aneka Tambang Tbk. | |
4 | ASII | Astra International Tbk. | |
5 | BBCA | Bank Central Asia Tbk. | |
6 | BBNI | Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. | |
7 | BBRI | Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. | |
8 | BBTN | Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. | |
9 | BMRI | Bank Mandiri (Persero) Tbk. | |
10 | BTPS | Bank BTPN Syariah Tbk. | |
11 | CPIN | Charoen Pokphand Indonesia Tbk | |
12 | ERAA | Erajaya Swasembada Tbk. | |
13 | EXCL | XL Axiata Tbk. | |
14 | GGRM | Gudang Garam Tbk. | |
15 | HMSP | H.M. Sampoerna Tbk. | |
16 | ICBP | Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. | |
17 | INCO | Vale Indonesia Tbk. | |
18 | INDF | Indofood Sukses Makmur Tbk. | |
19 | INKP | Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. | |
20 | INTP | Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. | |
21 | JPFA | Japfa Comfeed Indonesia Tbk. | |
22 | KLBF | Kalbe Farma Tbk. | |
23 | MNCN | Media Nusantara Citra Tbk. | |
24 | PGAS | Perusahaan Gas Negara Tbk. | |
25 | PTBA | Bukit Asam Tbk. | |
26 | SMGR | Semen Indonesia (Persero) Tbk. | |
27 | TLKM | Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. | |
28 | TOWR | Sarana Menara Nusantara Tbk. | |
29 | UNTR | United Tractors Tbk. | |
30 | UNVR | Unilever Indonesia Tbk. |
Sumber: Indek Saham
IDX30 sering dijadikan acuan reksa dana indeks karena pilihan sahamnya tidak terlalu banyak seperti IHSG namun kinerjanya mampu mendekati IHSG. Seringkali juga melampaui kinerja IHSG. Berikut data yang diperoleh dari IDX.
- Ketahui bobot saham dan sektor saham dalam IDX 30
Selanjutnya seorang fund manager akan mencari tahu bobot dalam IDX30.
Bobot saham ditentukan dari Kapitalisasi Sahamnya. Secara matematis, kapitalisasi saham adalah perkalian harga saham dengan jumlah saham beredar. Kapitalisasi pasar adalah nilai akuisisi suatu perusahaan. Selanjutnya nilai kapitalisasi pasar dari masing-masing saham dibandingkan dengan total kapitalisasi pasar suatu indeks acuannya.
Berikutnya adalah membuat daftar kapitalisasi pasar atas saham-saham dalam IDX30. Misalnya saja seperti yang dicontohkan oleh Rudiyanto, yang kini menjadi Direktur PT. Panin Asset Management, di tahun 2015 di bawah ini;
Untuk perhitungan bobot sektor dalam IDX30, BEI sudah menyediakannya dalam lembar fact sheet index yang bisa diunduh di https://www.idx.co.id/data-pasar/laporan-statistik/fact-sheet-indeks/.
Bobot sektor saham dalam IDX30 yang terbaru per 31 Desember 2019 adalah sebagai berikut;
- Lakukan Pemilihan Saham/Security Selection
Seorang fund manager kemudian akan berusaha menemukan saham dengan fundamental bagus dan di bawah harga wajarnya. Karena benchmark-nya adalah IDX30 maka pemilihan saham dilakukan terhadap saham-saham yang berada dalam daftar IDX30.
Fund Manager juga akan pertimbangkan karakter saham-saham yang diincar apakah siklikal, asset play atau turn around, atau lainnya.
Saham yang dipilih akan menyesuaikan tujuan yang diinginkan, misalnya lebih memilih analisis value investing karena tujuannya adalah mengelola dana untuk pensiun.
Penentuan stockpick (saham pilihan) bukanlah satu-satunya hal yang dilakukan oleh fund manager. Selain itu seorang fund manager juga mesti tunduk pada aturan penempatan dana dengan batas maksimal 10% dari modal (persentase modal bisa menyesuaikan masing-masing kebijakan manajer investasi).
Oleh karena itu dalam sebuah portofolio biasanya terdapat lebih dari 10 saham. Hal itu dinamakan dengan diversifikasi. Dengan melakukan diversifikasi pada aset dalam portofolio, maka risiko akan tersebar dan akan terhindar dari kerugian besar jika pasar saham secara umum mengalami penurunan.
- Lakukan Analisis Pembobotan
Setelah mengetahui bobot pada masing-masing saham dan sektor dan mengetahui saham apa saja yang hendak dibeli, maka langkah berikutnya adalah melakukan analisis pembobotan.
Pembobotan dilakukan untuk menentukan apakah kamu akan overweight pada sektor tertentu atau underweight di sektor lain. Berikut contoh dari Rudiyanto tentang pembobotan masing-masing sektor dalam IDX30 di tahun 2015;
Tabel di atas adalah contoh saja. Semua akan menyesuaikan dengan kecenderungan sang fund manager, misalnya saja di sektor Aneka Industri sang fund manager merasa bahwa prospek selama beberapa bulan ke depan tidak akan terlalu baik, maka alokasi modal di sektor itu dapat kam turunkan/underweight.
Sebaliknya sang fund manager merasa bahwa sektor perdagangan akan naik. Ekspektasi yang diberikan pada sektor ini tinggi karena sang fund manager merasa bahwa kinerja perusahaan di atas ekspektasi, maka alokasi modal untuk saham di sektor perdagangan bisa dinaikkan/overweight.
Demikian cara untuk melakukan Alokasi Aset ala fund manager.
- Market Timing
Selanjutnya para fund manager akan melakukan market timing, alias evaluasi strategi membeli dan menjual aset dalam portofolionya. Hal itu karena dana kelolaan mereka yang sudah sangat besar.
Tindakan melepas dan mengoleksi saham tidak bisa dilakukan dalam sekali atau dua kali transaksi. Karena dana yang disebut smart money ini berpotensi mengerek naik tinggi atau menjatuhkan harga saham secara jangka pendek. Hal tersebut bisa menyebabkan ketidakseimbangan permintaan dan penawaran.
Untuk mengatasi ketidakseimbangan permintaan-penawaran saham disebabkan smart money, ada sebuah peraturan yang diciptakan untuk reksa dana saham di Indonesia.
Jadi, semua reksa dana saham wajib tunduk pada aturan “Aset alokasi pada reksa dana saham yang diperbolehkan adalah antara 80 – 120% dibandingkan indeks acuannya”. Dengan demikian walaupun reksa dana tersebut mengacu ke suatu indeks, bobot alokasi di reksa dana saham tidak sama.
Karena dikelola secara aktif, makanya fee yang dibayarkan lebih tinggi daripada reksa dana indeks. Untuk reksa dana indeks, pengelolaan bersifat pasif karena hanya tinggal mengikuti bobot yang terdapat dalam indeks yang menjadi benchmark-nya.
Di sini kamu sebagai investor ritel lebih diuntungkan karena dengan dana kelolaan milikmu sendiri yang jauh di bawah besaran dana kelolaan fund manager, kamu bisa perbesar pembobotan dalam alokasi aset di portofoliomu.