Dunia Kerja

Bocornya Data Saham Gojek: Simpang Siur Status Unicorn

Bocornya Data Pemegang Saham karena Simpang Siur Status Unicorn Go-Jek

Ajaib.co.id – Pertengahan tahun 2019 lalu, terjadi kehebohan mengenai status unicorn Go-Jek. Presiden Joko Widodo sempat membanggakan Go-Jek sebagai salah satu startup Unicorn asal Indonesia. Yang dimaksud dengan start-up unicorn adalah startup yang memiliki valuasi lebih dari USD$ 1 Miliar. Go-Jek sendiri dikabarkan sudah mencapai USD$ 10 Miliar dan menyandang status decacorn.

Tidak lama setelah pernyataan tersebut, Google Temasek mengeluarkan klaim bahwa Go-Jek sudah berbasis di Singapura. Jika hal tersebut benar adanya berarti Go-Jek bukanlah lagi perusahaan asal Indonesia. Chief of Corporate Affairs Go-Jek Nila Marita membantah klaim Google Temasek. Ia juga meyakinkan publik bahwa Go-Jek adalah perusahaan berbasis di Indonesia dengan nama PT Aplikasi Karya Anak Bangsa.

Bocornya Data Investor Gojek

Di tengah hebohnya kasus ini, Momentum Works membocorkan data pemegang saham Go-Jek. Momentum Works sendiri adalah firma konsultasi investasi asal Singapura. Firma tersebut dengan tidak sengaja membocorkan dokumen penting yang berisi daftar investor perusahan transportasi daring tersebut. Berdasarkan Kr Asia, kebocoran ini terendus saat Momentum Works menyerahkan berkas setelah sesi pendanaan terbaru.

Nadiem Makarim mengantongi saham gojek sebesar 58.416 lembar. Jumlah itu sama dengan 4,81% dari kepemilikan total saham GoJek. Selama ini, Nadiem dikenal sebagai ‘bapak’ dari Go-Jek. Lulusan sekolah bisnis Harvard University ini berhasil menjadikan Go-Jek sebagai start-up tersukses di dunia.

Selain Nadiem, ada pula Kevin Aluwi yang memiliki jabatan sebagai Chief Information Officer dan juga co-founder dari Go-Jek. Menurut dokumen Momentum Works, Kevin ‘hanya’ memiliki 205 lembar saham. Kevin dan Nadiem adalah alumni Jakarta International School dan sempat sama-sama bekerja di Zalora. Hingga akhirnya mereka bekerja sama mendirikan Go-Jek.

Presiden Direktur Andre Soelistyo juga dikabarkan memiliki 3.357 lembar saham unicorn asal Indonesia ini. Sedangkan Antoine de Carbonnel, yang pernah menjabat sebagai Presiden Direktur Kartuku, memiliki 1.923 lembar saham. Andre pernah bekerja di Kartuku sebelum akhirnya dicaplok oleh Go-Jek. Pencaplokan ini dilakukan guna memperkuat posisi Gopay, sistem pembayaran Go-Jek,  di Indonesia.

Dewan komisaris Go-Jek terdiri dari nama-nama perusahan besar di Indonesia dan Asia. Nadiem saat ini masih menjabat sebagai ketua dewan. Beberapa anggota dewan komisarin Go-Jek adalah Prijono Sugiarto dari Astra International, Kusumo Martono dari Blibli.com, hingga Zhahui Li dari Tencent Investment. Gamvest PTE Ltd merupakan pemegang saham Go-Jek terbesar saat dokumen itu bocor. Perusahaan yang dikabarkan berafiliasi dengan Temasek tersebut memegang 8,82% atau 107.110 lembar saham.

Dokumen yang bocor dari Momentum Works juga menunjukkan bahwa Go-Jek telah melakukan 12 kali sesi pendanaan. CNBC Indonesia melaporkan bahwa Google dan Tencent mengucurkan dana sebesar Rp14 Triliun. Investasi tersebut yang membantu meningkatkan valuasi Gojek.

Artikel Terkait