Ajaib.co.id – Keberadaan perkebunan sawit kerap menjadi pro kontra di mata publik. Di satu sisi bisa melahirkan potensi ekonomi yang besar. Namun di lain sisinya disebut ada dampak lingkungan dan perubahan iklim jika dilakukan dengan tidak memerhatikan aspek analisis dampak lingkungan.
Ditilik secara ekonomi sebetulnya apa yang membuat kelapa sawit begitu dilirik oleh industri? Hal ini karena industri sawit dinilai strategis bagi perekonomian nasional. Lalu bagaimana kelapa sawit bisa memberikan kontribusi kepada perekonomian?
– Membangun Ketahanan Pangan dan Kedaulatan Energi
Seperti dilansir dari Bisnis.com, dijelaskan industri sawit ini mampu membangun ketahanan pangan dan kedaulatan energi. Saat ini sendiri pemerintah terus mendorong untuk mengembangkan hilirisasi dengan tujuan untuk mendongkrak peningkatan kegiatan perekonomian dalam negeri. Perkebunan sawit nasional pun terhitung sudah berkembang pesat baik dari hulu maupun hilir.
Tercatat perkebunan kelapa sawit dan pabrik kelapa sawit saat ini sudah tersebar lebih dari 200 kabupaten di seluruh Indonesia.
Dari perkebunan dan pabrik tersebut telah mampu untuk memproduksi minyak sawit mentah (CPO), minyak sawit inti (PKO), dan biomass. Ketiganya telah menjadi penopang perekonomian bagi daerah-daerah sentra industri sawit tersebut.
Selain itu, manfaat kelapa sawit di sektor hilir pun mengalami perkembangan yang baik. Dengan menghasilkan produk-produk olahan, baik produk setengah jadi maupun produk jadi. Seperti industri oleo pangan, industri oleokimia, biolubrikan, biofarmasi, dan bioenergi (biodiesel, biopremium, bioavtur).
Terkait dengan kedaulatan energi, Indonesia telah melakukan pengembangan energi substitusi terbarukan (renewable energy) sejak beberapa tahun lalu. Hal ini dilakukan melalui kebijakan mandatori biodiesel sawit yang menjadi B30. Lewat adanya kebijakan mandatori B15 (2015) dan B20 (2016), Indonesia pun dinilai mampu menurunkan BBM impor yang secara otomatis menghemat devisa impor.
Selain membangun kedaulatan energi, Indonesia juga mampu untuk membangun ketahanan pangan nasional. Para pelaku usaha di sektor sawit beberapa tahun terakhir ini telah mengembangkan tanaman sela berupa sorgum di lahan sawit. Proses penanaman tanaman sela dilakukan di lahan sawit yang sedang peremajaan (replanting).
– Menghidupkan Sektor Perdagangan
Industri kelapa sawit pun mampu untuk menghidupkan sektor jasa lainnya. Salah satunya sektor perdagangan.
Hal ini pernah disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Kanya Lakhsmi Sidarta. Tercatat hingga saat ini, produk turunan dari sawit sudah merambah ke beberapa bidang. Seperti bidang makanan, kecantikan, obat-obatan atau nutrisi kesehatan, kebersihan, bahkan hingga energi untuk bahan bakar sampai listrik.
Selain dapat diolah menjadi bahan bakar diesel, kelapa sawit juga bisa dikembangkan lebih lanjut menjadi bensin dan avtur. Untuk saat ini, produk CPO Indonesia dan turunannya sebanyak 70% dari total produksi per tahun diekspor untuk kebutuhan dunia, tidak hanya di Indonesia.
Dengan rincian, sebanyak lebih dari 50% digunakan masyarakat global untuk kebutuhan pangan. Kemudian untuk sisanya digunakan sebagai bahan baku kosmetik dan produk kecantikan lainnya, termasuk obat-obatan, pembersih, dan lainnya. Produk kelapa sawit dari Indonesia pun diigunakan untuk memenuhi kebutuhan biofuel di negara lain.
Dari total ekspor yang dilakukan Indonesia tersebut, sebanyak 80% adalah produk turunan CPO.
– Sumber Penerimaan Devisa Ekspor Non-Migas
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pernah mengutarakan, industri kelapa sawit telah mampu menyumbang lebih dari 14% dari total penerimaan devisa ekspor nonmigas. Selain itu, kelapa sawit juga digunakan untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor minyak melalui program biodiesel.
Oleh karena masih adanya ketergantungan pada impor minyak, maka Indonesia harus terus melakukan pengembangan hilirisasi industri sawit. Dengan tujuan untuk mendorong peningkatan kegiatan perekonomian dalam negeri.
Hal ini dinilai tidak hanya untuk meningkatkan nilai ekonomi saja, melainkan juga sebagai kesempatan kerja dan kemandirian untuk sektor pangan dan sektor lainnya.
– Membuka Lapangan Pekerjaan
Industri kelapa sawit juga telah membuka lapangan pekerjaan yang terhitung cukup banyak. Bahkan pekerja di sektor ini tidak terdampak pandemi Covid-19 yang mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi para pekerjanya. Selain bisa turut untuk menghasilkan devisa ekspor yang besar.
Hingga saat ini tercatat lebih dari 16 juta pekerja bekerja di industri sawit. Dengan rincian sebanyak 4,2 juta tenaga kerja langsung dan 12 juta tenaga kerja tidak langsung.
Adapun lapangan pekerjaan bagi pekerja di industri ini, ada sekitar 2,4 juta bekerja sebagai petani sawit swadaya dengan melibatkan sekitar 4,6 juta pekerja.
Di atas merupakan beberapa dampak ekonomi dari industri kelapa sawit. Namun , sebetulnya tidak hanya manfaat ekonomi saja yang bisa diperoleh.
Misalnya saja, dari sorgum tersebut bisa memberikan manfaat bagi tanaman sawit. Manfaat ini diperoleh dari kandungan fungi mikoriza arbuscula (FMA), yang merupakan makanan bagi trichoderma atau musuh alami ganoderma yang biasanya merusak tanaman sawit.
Sebagai catatan tambahan, ekspor produk hilir sawit Indonesia saat ini pun sudah jauh lebih besar dari produk hulunya. Melihat pada sejarah di 2006, ekspor hulu masih berada di sekitar 60–70%, namun saat ini ekspor produk hilir telah mencapai sebesar 60–70%. Sementara untuk produk hulu hanya sekitar 30%–40% saja.
Pemerintah Indonesia pun tidak diam saja terkait dengan pengembangan industri kelapa sawit ini. Melainkan tengah mengubah posisi Indonesia dari Raja CPO sehingga bisa menjadi Raja Hilir Sawit pada 2045 mendatang.
Beberapa upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam beberapa waktu terakhir di antaranya, menggelar berbagai kebijakan dalam rangka mendorong percepatan hilirisasi industri sawit nasional. Dilakukan dengan mengeluarkan kebijakan insentif pajak, lalu pengembangan kawasan industri integrasi industri hilir sawit dengan fasilitas/jasa pelabuhan, kemudian kebijakan bea keluar dan pungutan ekspor, hingga kebijakan mandatori biodiesel untuk substitusi solar impor.