Investasi, Saham

Begini Gambaran IHSG Pasca Isolasi Corona

Ajaib.co.id – Banyak investor khususnya pada Reksa Dana Saham kebingungan setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus anjlok akibat merebaknya virus corona (Covid-19) di Indonesia. Berkaca dari kasus-kasus wabah virus sebelumnya, covid-19 direspon lebih heboh oleh investor di pasar saham, gambaran IHSG pasca isolasi corona pun menjadi lebih suram. 

C:\Users\Shanti\Desktop\IHSG.png

Dari grafik di atas kita mendapati bahwa baru kali ini IHSG terdampak sebegitu besarnya oleh wabah penyakit.

  • Pada tahun  2003 outbreak pandemi SARS terjadi di 26 negara dan tingkat kematiannya adalah 10%. Saat itu IHSG seperti tidak terkena dampak. Tahun 2003 IHSG naik dari Rp407 ke Rp645.
  • Pada tahun  2009 outbreak wabah Flu Babi menjangkiti 57.000.000 orang di seluruh dunia dengan tingkat kematian sebesar 4,5%. Saat itu IHSG juga seperti kebal, IHSG naik dari Rp1230 ke Rp2500. Pasar saham di tahun 2009 seperti lebih merespon antusiasme pelaku pasar pasca krisis  2008. 
  • Tahun 2014 virus Ebola outbreak dengan tingkat kematian yang tinggi yaitu 25% dan telah membunuh 11.310 orang. Lagi, market seperti tidak mengindahkan. IHSG naik dari Rp4300 ke Rp5200.
  • Tahun 2020 virus Corona outbreak dengan tingkat kematian sebesar 2% dan telah membunuh 3.052 org dalam 78 hari. Apa yang terjadi? IHSG turun 29,5% Year To Date/ dari awal tahun hingga saat artikel ini dibuat. Tampaknya pasar memang sedang kurang beruntung, menyusul ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat merebak virus Corona. 

Arah IHSG Pasca Isolasi Corona

Mengapa Corona seperti lebih menakutkan dari kasus-kasus sebelumnya, karena cara kita mengkonsumsi media sudah berbeda. Pada tahun 2003 ketika SARS merebak, tidak ada media sosial sebesar facebook. Di tahun 2009, saat outbreak Flu babi pengguna facebook dan media sosial lainnya masih terbatas. Pada tahun 2014 media sosial sudah marak digunakan tapi tidak memberikan pengaruh yang berarti pada pasar saham. Di tahun 2020 saat Corona merebak entah mengapa kekhawatiran begitu berpengaruh kepada pasar saham. 

Merespon kepanikan pasar Bursa Efek Indonesia sampai memberlakukan Auto Reject Asimetris dan Trading Halt. Auto Reject Asimetris adalah diberlakukannya batas penurunan maksimal sebesar 5% oleh bursa. Sedangkan Trading Halt adalah pemberhentian perdagangan sementara jika harga menyentuh batas bawah Auto Reject Asimetris.  

IHSG semakin tertekan setelah Presiden Joko Widodo menghimbau masyarakat untuk mengisolasi diri selama 14 hari dimulai dari 17 Maret 2020 hingga akhir Maret. Masyarakat dihimbau untuk bekerja dan melakukan kegiatan belajar-mengajar jarak jauh di rumah masing-masing. Istilah untuk ini adalah social distancing atau menjaga jarak satu sama lain agar tak saling menular satu sama lain. Merespon hal itu, setiap harinya kini IHSG turun sebanyak 5%. Sejak awal tahun hingga saat artikel ini dibuat IHSG sudah turun sebesar 29,25%. 

Merespon hal tersebut Bertoni Rio dan Sukarno, Analis dari Anugerah Sekuritas, menyatakan bahwa tekanan di pasar saat ini tidak mencerminkan fundamental masing-masing emiten. Memang sentimen negatif yang diberikan Corona ini cukup memberatkan namun fundamental secara mikro pada emiten-emiten tidak banyak terpengaruh. 

Bertoni juga menambahkan bahwa dari pengamatannya IHSG terseret turun karena para investor yang panik saat ini lebih senang memegang tunai daripada berada dalam posisi merugi.  Memang faktor psikologis berpengaruh secara jangka pendek. 

Berikut adalah data perdagangan yang diambil dari situs web IDX.co.id;

C:\Users\Shanti\Desktop\IDX Laggard.JPG

Dari informasi di atas kita mengetahui bahwa kini investor lokal sudah mendominasi pasar investasi dalam negeri. Psikologis yang ditunjukkan oleh para pelaku pasar lokal tercermin dari harga IHSG yang kian hari kian turun. Berikut adalah informasi saham-saham yang memberikan pengaruh terbanyak kepada IHSG yang diambil langsung dari data statistik Bursa Efek Indonesia;

C:\Users\Shanti\Desktop\Laggard.JPG

Di paling kanan kita mendapati tabel yang berisikan daftar saham penggerak pasar dari awal tahun hingga saat ini. Leader adalah daftar saham-saham yang memberikan pengaruh terbanyak yang mengerek IHSG. Sayangnya nilai transaksi yang masuk tidak sebanding dengan transaksi yang keluar. 

Sedangkan di Laggard terdapat saham-saham yang memberatkan IHSG. Kita dapat melihat bahwa transaksi keluar di tabel Laggard bernilai ratusan triliun di setiap sahamnya. Dengan demikian nilai IHSG merosot setiap harinya dan menyentuh batas bawah 5%.

Tabel saham-saham pemberat IHSG (Laggard) juga dikompilasi oleh media Kontan dalam tabel di bawah ini. 

 Daftar Saham Laggard IHSG Sejak Awal Tahun
SahamMarket CapBobot*
(poin)
Harga**
(17/3/2020)
Penurunan
(ytd)
BBCARp 625 triliun-165,1Rp 25.600-23,4%
BBRIRp 398 triliun-120,3Rp 3.260-25,9%
ASIIRp 173 triliun-92,9Rp 4.270-38,3%
TLKMRp 291 triliun-88,2Rp 2.940-25,9%
BMRIRp 255 triliun-85,9Rp 5.525-28%
HMSPRp 152 triliun-79,4Rp 1.310-37,6%
BRPTRp 51 triliun-72,4Rp 570-62,3%
TPIARp 108 triliun-66,7Rp 6.050-41,7%
UNVRRp 248 triliun-62,7Rp 6.500-22,6%
BBNIRp 83 triliun-53,3Rp 4.510-42,5%
*terhadap IHSG
** per saham

Sukarno dan Bertoni juga menambahkan bahwa jika kekhawatiran utama saat ini mereda maka IHSG semestinya akan bangkit kembali. Diketahui setiap harinya terdapat penurunan sebesar 5% selama isolasi hingga tanggal 29 Maret. Oleh karenanya kita bisa melakukan perhitungan berapa harga IHSG di akhir hari isolasi. 

Asumsi dari perhitungan ini adalah bahwa saat isolasi Corona selesai maka kekhawatiran para investor juga akan mereda dan IHSG bisa bangkit kembali. Berikut perhitungannya;

HariTanggalIsolasi Hari ke-IHSG
Rabu18-Mar34402.43
Kamis19-Mar44182.309
Jumat20-Mar53973.193
Senin23-Mar83774.533
Selasa24-Mar93585.807
Rabu25-Mar103406.516
Kamis26-Mar113236.191
Jumat27-Mar123074.381

Jika IHSG konsisten turun sebesar 5%, maka di akhir penutupan bursa di penghujung periode isolasi Corona yaitu tanggal 27 Maret 2020 nilai IHSG adalah sebesar Rp3074,381 saja.

Upaya Pemerintah Untuk Menjaga Ekonomi Domestik

Di saat seperti ini investor harus memutar otak untuk memilih jenis investasi yang masih bisa memberikan keuntungan. Tahukah kamu, Peter Lynch selaku mantan manajer portofolio Fidelity pernah mengatakan bahwa dalam segala situasi akan selalu ada pemenangnya. 

Bahkan saat perang pun ada saja pihak-pihak yang diuntungkan yaitu produsen senjata dan media massa. Demikian pula dengan situasi sekarang. Pasar saham yang sedang anjlok diantisipasi oleh pemerintah melalui kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia. 

Bank Indonesia (BI) merespon fenomena ini dengan kebijakan moneter yang diambil. BI berjanji bahwa kebijakan yang diambil akan tetap akomodatif dan konsisten untuk menjaga pertumbuhan ekonomi domestik saat pemulihan ekonomi global sehubungan dengan terjadinya wabah virus corona.

Kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) untuk membuat ekonomi kembali menggeliat adalah dengan mengeluarkan kebijakan pemangkasan suku bunga. Suku bunga acuan dipangkas menjadi 4,75%, suku bunga deposit fallacy 25 bps menjadi 4 persen dan suku bunga lending facility 25 bps menjadi 5,5 persen. 

Dengan adanya penurunan suku bunga maka akan memudahkan para pelaku bisnis untuk mendapatkan pinjaman yang berbunga rendah. Pendanaan dari hasil pinjaman kemudian dapat digunakan untuk memperluas usaha. Dengan begitu maka diharapkan ekonomi dapat kembali bergeliat. 

Untuk saham, perubahan suku bunga biasanya akan memberikan dampak bagi valuasi harga wajar saham. Penurunan suku bunga akan meningkatkan harga wajar saham-saham tertentu. Namun suku bunga hanya memberikan sedikit sekali pengaruh pada harga saham. Pasalnya harga saham secara jangka pendek lebih banyak dipengaruhi psikologi pelaku pasar. Dan secara jangka panjang harga saham lebih dipengaruhi faktor fundamentalnya.

Momen Emas Bagi Investor untuk Membeli RD Berbasis Obligasi

Pemangkasan suku bunga acuan adalah sentimen positif pada instrumen investasi obligasi. Penurunan suku bunga akan menurunkan imbal hasil surat utang negara (SUN) yang artinya menaikkan harganya. 

Pada umumnya hukum Risk Free Rate/suku bunga acuan adalah;

Jika suku bunga turun maka berdampak positif bagi obligasi dan mengakibatkan harga obliasi naik. Sedangkan ketika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun.”

Nilai obligasi pemerintah yang sudah naik akibat penurunan suku bunga diantaranya; obligasi pemerintah tenor 10 tahun (FR0082), tenor 15 tahun (FR0080) dan tenor 5 tahun (FR0081). Oleh karenanya reksadana berbasis obligasi-obligasi di atas berpotensi menghasilkan return yang lebih tinggi saat ini.  

Untuk kamu yang tertarik kamu bisa membeli obligasi langsung melalui bank rekanan. Misalnya FR0075 yang dijual melalui BCA. Sayangnya harga jual di pasar sekunder cukup mahal. Minimum transaksinya adalah Rp100 juta dan kelipatan Rp100 juta. 

Jika kamu tertarik membeli obligasi di saat pasar saham sedang turun tapi menginginkan harga yang lebih terjangkau kamu bisa pertimbangkan membeli reksa dana berbasis obligasi nya. Reksa dana adalah wadah tempat pengelolaan investasi yang dananya berasal dari masyarakat peserta reksa dana. Namanya adalah reksa dana obligasi. 

Dampak dari naiknya harga SUN akan menguntungkan investor reksa dana pendapatan berbasis obligasi. Jika kamu tertarik, Ajaib punya produk RD berbasis obligasi untuk kamu dengan harga unit yang terjangkau misalnya RD Ciptadana Dana Obligasi;

C:\Users\Shanti\Downloads\Telegram Desktop\photo_2020-03-18_14-19-00.jpg

Dengan harga unit sebesar Rp1435 saja kamu sudah bisa mulai berinvestasi di RD ini. 

Dalam 3 bulan ini sejak awal tahun hingga saat artikel ini dibuat RD Ciptadana Dana Obligasi telah memberikan return sebesar 1,92%. Jika dibandingkan dengan IHSG yang telah turun drastis sebesar 29,25% tentu RD ini jauh lebih baik. Return tahunannya adalah sebesar 10,42%.

Adapun daftar kelolaan RD Ciptadana Dana Obligasi adalah sebagai berikut;

C:\Users\Shanti\Downloads\Telegram Desktop\photo_2020-03-18_14-21-52.jpg

Dengan turunnya suku bunga acuan maka obligasi-obligasi ini juga kemudian akan memberikan hasil yang lebih tinggi tidak lama lagi.

Artikel Terkait