Bisnis & Kerja Sampingan

Begini Cara Menghitung Depresiasi dalam Bisnis

Ajaib.co.id – Berbicara mengenai depresiasi, mungkin belum semua memahami istilah ini dan penggunaannya dalam bidang ekonomi khususnya akuntansi. Sederhananya, pengertian depresiasi atau penyusutan adalah biaya yang harus disisihkan untuk aset tetap (fixed assets) selama periode bisnis tertentu. 

Jadinya depresiasi ini mengubah biaya asli dari aset tetap seperti bangunan, gedung pabrik, alat-alat mesin dll menjadi beban selama masa kegunaannya yang diharapkan dari aset tetap tersebut. 

Biasanya depresiasi ini akan memengaruhi nilai dari sebuah perusahaan. Karena adanya akumulasi penyusutan pada setiap aset yang dimiliki perusahaan serta dapat mengurangi nilai buku pada neraca keuangan perusahaan. 

Beban dari penyusutan aset ini akan memengaruhi hal-hal dalam neraca keuangan seperti laba bersih. Karena biaya penyusutan ini dianggap menjadi beban biaya atau pengeluaran yang harus dilakukan oleh perusahaan. 

Lalu seperti apa karakteristik dari terjadinya depresiasi ini?

Setidaknya terdapat 5 karakteristik dari sebuah depresiasi. Seperti adanya sebuah penurunan nilai aset tetap yang sifatnya permanen. Jadi setelah dikurangi karena menyusut tadi maka tidak dapat dikembalikan ke nilai aslinya. 

Selain itu, depresiasi ini juga bisa dikatakan sebuah proses yang bertahap sekaligus berkelanjutan mengurangi nilai aset. Karena aset tetap tersebut digunakan dari waktu ke waktu atau ada faktor berakhirnya waktu. 

Karakteristik yang ketiga, depresiasi ini bukan sebuah proses penilaian aset. Melainkan proses alokasi biaya sebuah aset untuk mengefektifkan waktu penggunaannya.

Keempat, depresiasi ini tidak mengurangi nilai pasar aset. Namun, mengurangi nilai buku. Dan yang terakhir depresiasi bisa digunakan hanya untuk aktiva tetap yang berwujud atau aset yang berwujud. Jadi kalau ada aset perusahaan yang tak berwujud tidak bisa terjadi depresiasi. 

Sementara itu, faktor-faktor yang memengaruhi depresiasi aset tetap di antaranya, biaya perolehan aset, perkiraan umur ekonomis aset, dan perkiraan nilai residu aset.

Apakah sampai di sini kamu masih agak bingung? Kalau iya, Ajaib akan berikan contohnya ya. 

Misalnya, sebuah perusahaan pengiriman memiliki aset tetap berupa kendaraan. Aset berupa mobil ini digunakan untuk melakukan tugas berupa pengiriman barang yang dibeli dengan biaya Rp400 juta. Perusahaan memperkirakan mobil ini bisa layak operasi dalam waktu 5 tahun. Lalu biasanya perusahaan akan mendepresiasikan aset mobil ini menjadi Rp68 juta per tahun untuk jangka waktu perkiraan penggunaan 5 tahun tersebut. 

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana seorang akuntan menghitung beban penyusutan atau depresiasi pada keuangan perusahaan? Berikut 4 metode depresiasi dalam akuntansi bisnis sebuah perusahaan. 

Metode Garis Lurus/ Straight-Line Method

Metode ini bisa dikatakan sebagai metode yang paling sering diterapkan untuk melakukan perhitungan beban depresiasi atau penyusutan. Adapun fokus dari metode ini terletak pada penyusutan menggunakan waktu atau bukan berdasarkan kegunaannya.

Namun, penggunaan metode ini kerap dinilai kurang realistis. Alasannya karena penggunaan aktiva sama setiap tahunnya.

Berikut rumus yang digunakan:

  • Biaya Penyusutan = (Biaya Perolehan Aset – Nilai Residu) / (Masa Manfaat Aset)
  • Beban Penyusutan = (Rp400 juta – Rp60 juta) / 5 = Rp68 juta.

Metode Beban Menurun/ Decreasing Change Method

Kalau kamu menggunakan metode ini, metode penyusutan jadi dipercepat karena menyediakan biaya penyusutan yang lebih tinggi pada awal tahun. Sementara itu, nilainya akan rendah pada periode selanjutnya. Adapun fokus utama metode ini terletak pada beban penyusutan yang lebih besar pada awal tahun periode. 

Penghitungan metode ini dibagi menjadi dua. Pertama, metode jumlah angka tahun. Menggunakan pecahan dengan pembilang angka tahun. Misalnya (5+4+3+2+1=15) dan jumlah tahunnya yang menjadi penyebut. Pembilang terlihat menurun dari tahun ke tahun sementara penyebutnya tetap konsisten. Jadi rumusnya 5/15,4/15,3/15,2/15, dan 1/15. 

Misalnya di tahun pertama, harga perolehannya Rp450 juta x 5/15=Rp150 juta (beban penyusutannya). Nanti diikuti dengan periode selanjutnya dengan pembilang yang terus menurun. 

Metode kedua yaitu metode saldo menurun. Metode ini terlihat dari metode garis lurus. Misalnya, tarif saldo dapat menurun secara berganda untuk aktiva selama 10 tahun akan menjadi 20% yang dikalikan dua. Atau dua kali biaya dari garis lurus sebesar 1/10 atau 10%. Rumusnya (Harga Perolehan / Umur Ekonomis)x 2= Penyusutan)

Contohnya, (Rp500 juta/10) x 2=Rp100 juta. Nanti tinggal diikuti dengan nilai buku awal tahun sesudah penyusutan di  periode sebelumnya. 

Metode Aktivitas/ Unit Penggunaan atau Produksi

Kalau metode yang ketiga ini ada asumsi penyusutan adalah fungus dari penggunaan bukan dari waktu. Maka penentuan umum penyusutan dari aset kendaraan tidak akan memiliki masalah tertentu karena penggunaannya mudah diukur. 

Tapi memang metode ini dinilai memiliki keterbatasan. Karena tidak tepat kalau digunakan dalam situasi penyusutan dengan berdasarkan waktu. 

Metode Depresiasi Khusus

Metode yang terakhir ini memiliki tujuan untuk mengetahui penyusutan manfaat aset milik sebuah perusahaan. Soalnya pada beberapa kasus khusus, perusahaan kesulitan untuk memilih salah satu dari metode-metode yang sudah dipaparkan di atas. Alasannya karena aset atau aktiva perusahaan memiliki karakteristik unik. Sehingga membutuhkan penerapan yang khusus juga. 

Setidaknya terdapat dua metode khusus yang dapat dilakukan pada kasus-kasus khusus tersebut. 

Pertama, metode kelompok dan gabungan. Pada metode ini sering diterapkan pada aktiva yang sifatnya homogen. Serta memiliki fungsi yang serupa atau luring yang lebih sama. 

Sementara itu, metode yang kedua adalah metode campuran dan kombinasi. Kalau metode ini diterapkan sesuai dengan keinginan dari akuntan perusahaan. 

Sekian beberapa metode yang bisa kamu gunakan jika ingin menghitung penyusutan aset perusahaan. Semoga membantu dalam memilih metode yang paling tepat yang bisa diterapkan.

Artikel Terkait