Ajaib.co.id – Setiap insan manusia memiliki emosi. Terkadang, emosi dalam diri seseorang berlebih. Inilah yang harus dikendalikan. Lantas, bagaimana cara mengendalikan emosi berlebih?
Ada banyak jenis emosi yang dimiliki oleh orang, seperti sedih, cemas, marah, takut hingga bahagia. Dalam batas normal, emosi baik bagi kesehatan emosional seseorang. Namun, bila melewati batas, emosi dapat berdampak buruk bagi kesehatan emosional dan hubungan interpersonal.
Mengumpat, menjerit, menangis sampai menghancurkan benda-benda yang ada di sekitar merupakan sebagian bentuk luapan emosi yang sudah tidak dapat terbendung. Tentu, hal-hal ini bisa memengaruhi kesehatan emosional dan hubungan interpersonal, bukan?
Nah, berikut adalah berbagai cara mengendalikan emosi berlebih.
Cara Mengendalikan Emosi Berlebih
Ambil Napas Dalam-Dalam
Suatu hal bisa membuat emosi seseorang berubah seketika. Pergunjingan di tempat kerja, misalnya, dapat membuat seorang karyawan ‘naik pitam’ sehingga bisa merunyamkan kondisi yang sudah tidak kondusif. Ambil napas dalam-dalam bisa mencegah seseorang untuk berbuat hal-hal yang ‘mengejutkan’.
Memperlambat tempo dan memperhatikan napas tidak akan membuat emosi seseorang hilang. Dan, ini memang bukan tujuannya. Emosi memang penting bagi setiap orang. Kadarnya yang harus lebih diperhatikan.
Anda bisa berlatih pernapasan dalam dengan menarik napas perlahan. Napas dalam berasal dari diafragma, bukan dari dada. Tahan napas selama tiga hitungan, lalu hembuskan perlahan. Hal ini bisa membantu Anda terhindar dari reaksi ekstrem yang mengguncang emosi Anda.
Beri ‘Ruang’ untuk Diri Sendiri
Saat emosi berlebih menghinggapi Anda, cobalah berhenti sejenak dari aktivitas seketika itu juga. Jauhkan prasangka yang tak pasti kebenarannya atau bahkan terbawa hoaks yang beredar di sekeliling Anda. Justifikasi yang terlampau cepat dapat membuat Anda salah memaknai suatu kejadian.
Dari sinilah biasanya kesalahpahaman terjadi. Oleh sebab itu, beri ‘ruang’ untuk diri sendiri terlebih dahulu. Beri waktu bagi diri sendiri untuk mencerna keadaan yang sedang terjadi.
Mengidentifikasi Apa yang Dirasakan
‘Ruang’ untuk diri sendiri berarti tersedianya waktu yang cukup bagi Anda untuk berpikir lebih jernih. Identifikasilah suasana hati Anda seketika itu juga.
Apa yang sebenarnya Anda rasakan? Mengapa Anda merasa seperti itu? Apakah ada penjelasan logis terhadap situasi yang Anda alami?
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini dapat ‘meredam’ guncangan emosi Anda yang bisa saja hanya berlangsung sesaat, namun berimplikasi jangka panjang. Sejumlah rekan kerja Anda, misalnya, menilai Anda adalah seseorang yang suka ‘cari muka’ dengan atasan.
Saat mendengar selentingan ini, jangan langsung mendamprat rekan kerja yang diduga melontarkan isu tersebut. Cobalah identifikasi terlebih dahulu.
Apakah Anda marah dengan tudingan tersebut? Dari mana awalnya tudingan ini bermula?
Setelah Anda mengidentifikasi, bisa jadi tudingan ini berasal dari seringnya Anda makan siang bersama atasan atau terlalu ‘aktif’ di grup WhatsApp. Untuk sementara waktu, kurangi frekuensi makan siang bersama atasan agar tudingan tersebut berujung pada rasa iri, dengki hingga fitnah sehingga menganggu kinerja tim.
Akui dan Dengarkan
Sebagian orang memilih akan berdiam diri saat terguncang emosinya. Untuk sesaat, berhenti bicara memang ada baiknya. Namun, belum tentu dalam jangka waktu lama. Terkadang, sesuatu yang ‘dipendam’ di hati dalam jangka waktu lama tidak efektif.
Oleh sebab itu, tak ada salahnya untuk mencurahkan isi hati Anda pada orang yang tepat di kala Anda sudah siap. Akui beberapa hal dari Anda yang berkontribusi terhadap munculnya isu atau kondisi tertentu.
Dengarkan pendapat dari orang yang Anda ajak bicara. Jadilah pendengar yang baik. Namun, jangan jadikan pembicaraan tersebut untuk mencari pembenaran atau dukungan kepada Anda.
Jangan Menganggapnya Pribadi
Dunia kerja memang kejam. Jadi, jangan terlalu berharap semuanya berjalan seperti yang Anda harapkan dan inginkan. Walaupun suatu kondisi di kantor telah ‘mengganggu’ prinsip-prinsip pribadi Anda, jangan menganggapnya pribadi atau istilah bekennya don’t take it personal.
Upayakan untuk senantiasa mengedepankan profesionalisme Anda. Harga diri pribadi yang bercampur aduk dengan urusan kantor malah dapat merusak hubungan Anda dengan sekeliling Anda di tempat kerja.
Pikirkan Konsekuensinya
Jika pikiran sudah lebih tenang, Anda bisa mengira-ngira konsekuensi dari reaksi terhadap kondisi yang ada. Jika Anda mendamprat rekan kerja pada contoh di atas, mungkin konsekuensi yang bisa Anda terima antara lain dimutasi, diacuhkan, atau bahkan dikirim surat teguran tertulis dari perusahaan.
Hindari Stres Berlebih
Sama seperti emosi, stres juga dibutuhkan oleh manusia. Namun, dalam takaran normal. Stres berlebih justru membuat seseorang lebih sulit mengendalikan emosinya.
Mengurangi stres atau menemukan cara yang lebih bermanfaat untuk mengelolanya, dapat membantu emosi menjadi lebih terkendali. Jadi, segeralah tangani stres berlebih untuk lebih mudah mengendalikan emosi atau bila mungkin hindarilah.
Coba Sesuatu yang Berbeda
Cara mengendalikan emosi berlebih berikutnya adalah mencoba sesuatu hal yang berbeda. Aktivitas yang berbeda dapat mengalihkan emosi berlebih Anda ke hal-hal baru yang positif. Liburan ke pantai, misalnya, mungkin inilah saat yang tepat untuk bermain pasir, menikmati deburan ombak, dan memandangi matahari terbenam.
Fokus dengan Kinerja
Anda harus tetap fokus pada kinerja. Alih-alih mencaci-maki rekan kerja, salurkan energi Anda pada kinerja. Alihkan fokus pada apa yang ada di depan Anda. Bagaimana rencana kerja perusahaan, divisi, unit kerja hingga diri pribadi Anda sejauh ini?
Fokus pada kinerja dapat meredam emosi berlebih sekaligus mencapai target-target yang ditetapkan. Memang, tak mudah tetap fokus pada kinerja karena banyak hal yang bisa menjadi distraction. Tapi, fokus pada kinerja mau tak mau harus dilakukan agar perusahaan atau organisasi menuai keberhasilan secara berkelanjutan.