Ajaib.co.id – Sebuah kisah dari negara Italia menceritakan seorang remaja milenial berusia 14 tahun yang tidak mampu mengelola emosinya ketika jaringan internet yang digunakannya dalam bermain game terputus.
Dia akhirnya menumpahkan emosinya dengan membunuh semua orang yang ada di dalam rumahnya. Termasuk ayah, ibu, dan saudara-saudaranya.
Bahkan, ketika polisi datang karena mendapat laporan dari tetangganya, remaja milenial ini masih bermain game, bahkan setelah membunuh semua anggota keluarganya.
Teriakannya kepada polisi setempat itu terdengar seperti ini, ”Tunggu sebentar, aku belum selesai bermain game.”
Sangat disayangkan sekali, ternyata kecerdasan secara intelektual (IQ) yang tinggi tidak akan berguna jika tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional (EQ) yang baik.
Remaja milenial ini, mungkin saja sangat cerdas secara IQ, di mana mungkin dia sangat ahli menemukan siasat untuk memenangkan game di komputernya. Tapi bagaimana dengan EQ nya?
Berbeda dari IQ yang merupakan kemampuan bawaan sejak lahir, EQ dapat dipelajari dan dikembangkan oleh seseorang di dalam kehidupannya.
Dalam artiannya, kecerdasan emosional atau emotional intelligence merupakan kemampuan untuk mengekspresikan emosi dan menggunakannya dengan cara yang positif, bahkan dalam situasi dan keadaaan yang tidak baik atau menegangkan dan penuh tekanan sekalipun.
Berikut cara untuk mempelajari dan meningkatkan kecerdasan emosional yang baik.
Tetap tenang dalam segala keadaan
Seperti pada contoh kisah diatas, di mana remaja milenial tersebut ternyata tidak bisa tenang dalam keadaan yang tidak baik, di mana jaringan internet yang buruk telah mengganggu permainannya di komputer.
Tapi seperti yang kita lihat, bahwa ketika remaja ini tidak mau memilih untuk tenang dan memilih untuk emosi, sesuatu yang buruk akhirnya terjadi. Dia didapati mengeluarkan emosi yang meledak-ledak dan membunuh semua anggota keluarganya.
Dan pasti setelahnya, pribadinya sendiri akan merasa tertekan, memunculkan emosi-emosi kesedihan yang berlebihan, yang akhirnya berdampak pada kesehatan jiwanya. Sehingga, akan mengarah pada stres bahkan jika sampai parah akan menjadi depresi.
Sekalipun susah rasanya untuk tenang, tapi pilihlah untuk tetap tenang. Karena ketika kita tenang kita bisa mengambil keputusan-keputusan yang benar dan tidak akan merugikan kita bahkan orang lain yang ada di sekitar kita.
Kurangi emosi negatif dalam pikiran
Selain tetap tenang, cara lain untuk meningkatkan kecerdasan emosi adalah dengan memiliki kemampuan untuk mengontrol dan menggunakan emosi diri secara efektif, dengan cara mulai mengurangi emosi negatif yang dibangun dipikiran berdasarkan asumsi.
Hal ini sangat penting untuk mengatur pikiran sehingga tidak merasa stres, sehingga sama dengan poin yang pertama, di mana saat kita berhasil menepis semua emosi negatif yang muncul di pikiran, maka yang terjadi adalah kita akan mengambil keputusan-keputusan yang tepat.
Cobalah untuk mulai tidak berasumsi yang berdampak pada terbentuknya emosi negatif di pikiran. Usahakanlah untuk memunculkan pikiran-pikiran yang lebih positif sehingga emosi positif saja yang akan mendiami pikiran kita.
Respons yang benar
Apakah kita sedang berteman atau pernah bertemu dengan orang-orang yang sangat suka membuat kita kesal dan atau mempersulit jalan hidup kita?
Jika iya, kita harus mengabaikannya sebagai bentuk respons yang benar. Jangan sampai kita terpengaruh untuk menanggapinya dengan berbagai aksi (reaktif). Misalnya, menyindirnya lewat postingan media sosial, atau bahkan secara terang-terangan mengajaknya berdebat bahkan sampai berkelahi secara fisik.
Atau istilahnya, ketika mereka membuat kita kesal, jangan sampai kita membiarkan mereka memengaruhi mood serta emosi yang kita miliki. Pilihlah untuk tetap merespons dengan benar.
Seperti sebuah perumpamaan di mana ada orang yang sedang menaiki sepeda tiba-tiba di tengah jalannya ada orang lain yang tiba-tiba melempar batu. Maka respons yang benar itu datang bukan dengan turun dari sepeda, dan lalu mengambil batu tersebut, kemudian marah-marah mencari siapa pelempar batu itu, kenapa dia melempar, dan lain sebagainya.
Dengan melakukan respons itu, kita akan merasa lelah dan emosi kita tentu saja akan terkuras dengan percuma.
Sebaliknya, ketita batu dilempar di depan jalan kita, respons yang benar yang harus kita ambil agar kecerdasan emosional kita semakin meningkat adalah dengan mengabaikan batu, tidak memperdulikan bentuk atau pelaku pelempar batu, dan memilih berbelok ke jalan yang lain yang lebih mulus, bebas hambatan dan tidak ada penghalang batu apapun.
Bersyukur, bersukacita, dan berdoa
Poin terakhir ini sepertinya tidak terlalu penting dan sederhana. Namun, pada kenyataannya, tanpa poin ini maka kecerdasan emosional kita akan semakin tidak tahu arah.
Dengan selalu bersyukur, bersukacita dan berdoa maka perasaan kita akan lebih tenang dan damai. Emosi kita akan menjadi lebih stabil.
Perlu kita sadari dengan mengucap syukur, kita akan merasa cukup dan puas. Tanpa adanya ucapan syukur, maka kita, meskipun sudah mendapat banyak hal hebat dalam hidup atau bahkan mencapai posisi hidup paling tinggi, akan tetap merasa kurang dan tidak puas.
Dan hal tersebut akan membuat pikiran kita tidak tenang sehingga emosi kita akan mudah tidak terkendali, berputar-putar layaknya roller coaster.
Dan ketika kita mampu mengucap syukur, maka kita akan bersukacita. Dan kalau namanya sukacita itu, maka yang dihasilkan adalah emosi yang bukan ke arah negatif, namun tentu saja ke arah yang positif. Sehingga, membuat kecerdasan emosional kita tanpa disadari meningkat dengan baik.
Ditambah lagi, jika kita mulai mendekatkan diri dengan sang Pencipta melalui doa, maka ada jaminan penuh untuk mendapatkan kecerdasan emosional yang ada di titik paling maksimal. Kita akan merasa sangat puas dan stabil dalam menjalani hidup, tanpa takut salah mengeluarkan emosi yang berakibat fatal bagi kehidupan kita dan orang lain di sekitar kita.