Ajaib.co.id – Dari banyaknya industri yang terdampak COVID-19, industri penerbangan menjadi yang mengalami babak belur paling parah. Pasalnya, semenjak COVID-19 ditetapkan sebagai pandemi global, hampir semua negara menerapkan larangan terbang untuk maskapai penerbangan komersial, secara otomatis pemasukan mereka yang kebanyakan dari masyarakat. Satu-satunya langkah yang bisa diambil oleh perusahaan maskapai penerbangan adalah melakukan perjanjian peminjaman dengan pemerintah.
Awal Juli lalu, sejumlah perusahaan maskapai penerbangan internasional seperti American Airlines, Frontier Airlines, Hawaiian Airlines, Spirit Airlines, dan SkyWest akhir mencapai kesepakatan untuk menerima pinjaman dari Pemerintah Amerika Serikat sebagai bentuk stimulus COVID-19.
Industri penerbangan memang sudah bertahan habis-habisan menghadapi COVID-19, tetapi karena keadaan tidak kunjung membaik, mereka terpaksa mengajukan peminjaman untuk tetap beroperasi. Kabarnya, semua maskapai penerbangan terkemuka Amerika Serikat sebelumnya telah menerima kombinasi pinjaman dari pemerintah AS untuk membantu menutupi biaya gaji pegawai hingga 30 September mendatang, dan lima maskapai ini merupakan maskapai pertama yang menerima pinjaman sebesar sebesar $25 miliar secara terpisah.
American Airlines mengatakan pihaknya telah menandatangani perjanjian peminjaman sebesar $4,75 miliar, yang akan menjadi $5,8 miliar dan sudah disetujui oleh Kementerian Keuangan AS. Robert Isom, Presiden Direktur dan Doug Parker CEO American Airlines mengungkapkan perlu menyelesaikan beberapa term hukum untuk mencapai perjanjian peminjaman, tetapi mereka berharap dapat melunasinya pada kuartal ketiga tahun ini. Pinjaman yang diberikan ini diperkirakan akan menambahkan likuiditas perusahaan tersebut sekitar $15 miliar.
Perusahaan yang bermarkas di Fort Worth, Texas ini dianggap sebagai maskapai penerbangan terbesar di AS yang secara finansial paling lemah dibandingkan maskapai penerbangan lain, karena memasuki pandemi dengan jumlah pinjaman atau utang terbesar. Isom mengatakan mereka mempertimbangkan untuk menggunakan program advantage frequent-flyer sebagai jaminan untuk pinjaman federal pada bulan Mei lalu.
Sementara dari maskapai penerbangan lain, juru bicara SkyWest yang mengoperasikan penerbangan regional untuk maskapai besar, mengatakan perusahaan masih mengevaluasi tingkat partisipasi dengan pihak yang terlibat. Tapi, tiga maskapai penerbangan lainnya yang telah menandatangani perjanjian peminjaman belum berkomentar apapun terkait dana pinjaman tersebut.
Maskapai penerbangan yang menerima dana pinjaman ini memiliki segmentasi pasar yang berbeda-beda dari segi konsumen, misalnya Spirit dan Frontier Airlines merupakan maskapai penerbangan dengan harga yang terjangkau bagi para pelancong, sementara Hawaiian Airlines merupakan maskapai penerbangan yang bergantung pada wisatawan yang ingin mengunjungi pulau-pulau dari daratan AS dan Asia.
Maskapai penerbangan ini mendapatkan perlakuan khusus dari kongres dan White House selama penyusunan perjanjian peminjaman ini, yang telah disetujui sejak bulan Maret. Berdasarkan perjanjian yang telah disetujui, mereka akan mendapatkan bantuan sebesar $50 miliar dalam bentuk hibah, pinjaman, dan jaminan, ditambah $8 miliar untuk operasi kargo. Langkah ini memberikan kekuatan untuk Kementerian Keuangan AS mencari kompensasi bagi pembayar pajak, termasuk dalam bentuk kepemilikan saham parsial.
Berdasarkan informasi yang beredar, maskapai penerbangan diperkirakan akan memangkas ribuan pegawainya pada Oktober mendatang, ketika bantuan dana untuk membayar gaji pegawai habis, Banyak yang mendorong para pegawai maskapai penerbangan untuk segera berhenti atau pensiun.
American Airlines yang memiliki sekitar 130.000 pegawai tahun ini menganggap 20.000 pegawai sudah terlalu banyak untuk jumlah penerbangan yang diharapkan akan terbang pada musim gugur mendatang. Sementara, Delta Airlines memberi peringatan ke pilot-pilotnya beberapa waktu lalu tentang potensi cuti dalam waktu dekat.
Selain lima maskapai penerbangan ini, enam serikat maskapai penerbangan terkemuka telah meminta kongres untuk memberi pinjaman sebesar $25 miliar untuk dapat mempertahankan pegawai hingga Maret tahun depan dan mencegah terjadinya Pemecatan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran.
Sejumlah analis keuangan mengungkapkan pinjaman federal tahap dua ini akan jauh lebih rendah dari perjanjian peminjaman pertama karena karena persyaratan, seperti memberikan pemerintah potensi saham kepemilikan dan ketersediaan jumlah uang dari sumber pihak swasta. Maskapai-maskapai penerbangan besar seperti American Airlines, United Airlines, Delta Airlines, dan Southwest Airlines telah mengumpulkan miliaran uang tunai yang tersedia di pasar kredit swasta.
Steven Mnuchin selaku Menteri Keuangan AS mengatakan kementeriannya masih berbicara dengan sejumlah maskapai lain tentang pinjaman dan berharap akan mencapai kesepakatan dalam waktu dekat. Beberapa dari perusahaan maskapai penerbangan menambahkan bahwa mereka juga akan mengajukan pinjaman tetapi mungkin tidak akan menggunakannya.
Perjanjian peminjaman ini ternyata memberikan dampak yang berbeda-beda terhadap pergerakan saham sejumlah maskapai penerbangan, misalnya saham American Airlines naik 8,3%, Hawaii Airlines naik 7,71%, Spirit AIrlines mengalami penurunan hingga 2,49%, begitupun SkyWest Airlines yang sempat naik beberapa hari lalu turun di harga $30,26 pada penutupan indeks saham Dow Jones.
Berdasarkan sebuah survei, perjalanan udara di Amerika Serikat turun drastis mencapai 95% sejak 1 Maret hingga pertengahan April tahun ini, mengingat Pemerintah AS membatasi perjalanan sebagai strategi perlambatan penyebaran COVID-19 dan langkah antisipasi para turis membawa virus dari luar. Sejak saat itu, pemerintah mulai membuka penerbangan via udara perlahan-lahan, tapi sayangnya jumlah penumpang maskapai masih lebih rendah 75% dibandingkan tahun lalu.
Menanggapi menurunnya jumlah penumpang yang drastis, analis penerbangan Brendan Sobie mengatakan hal ini dianggap lumrah mengingat perusahaan maskapai penerbangan harus tetap menerapkan protokol social distancing dengan cara mengurangi kursi penumpang. Hal ini berdampak pada kenaikan harga tiket hingga 50% untuk menutupi kerugian dan mendapatkan laba minimum bagi maskapai.
Apakah industri penerbangan mampu bertahan melewati COVID-19?