Ajaib.co.id – Baik industri maupun saham perbankan di Indonesia selalu diuntungkan saat bank sentral menurunkan suku bunga acuan. Sementara sebaliknya, sektor riil dirugikan. Hal ini terjadi karena perbankan dalam negeri selalu terlambat menyesuaikan tingkat suku bunga kredit terhadap penurunan suku bunga acuan BI Rate.
Tidak heran saat Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan, indeks saham sektor perbankan selalu outperform indeks saham keseluruhan di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dengan kata lain, kinerja saham perbankan melebihi kinerja rata-rata keseluruhan saham yang ada di BEI.
Banyak kalangan menganggap ini sebagai suatu anomali, karena bertolak belakang dengan apa yang terjadi di negara-negara lain.
Saat suku bunga acuan turun, perbankan di Indonesia mengalami penebalan marjin keuntungan karena biaya pendanaan perbankan sebagian besar sudah langsung turun, sementara nasabah kredit yang meminjam dana ke bank tidak langsung mendapat penurunan suku bunga.
Biaya pendanaan perbankan ditentukan oleh tingkat suku bunga atas tabungan, rekening giro, fasilitas pasar uang antar bank yang sudah langsung menyesuaikan ke bawah (turun). Suku bunga acuan Bank Indonesia dikenal dengan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Baru-baru ini (20 Februari), Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%, dan seperti kejadian-kejadian sebelumnya, indeks sektor perbankan di BEI outperform Jakarta Composite Index (indeks keseluruhan saham di BEI). Dua puluh lima bps sama dengan 0,25 poin persentase (pps).
Berikut saham tiga bank terbesar di Indonesia outperform JCI dalam periode tiga hari kerja setelah pengumuman BI Rate:
Emiten Outperform JCI
Bank Central Asia 1,63%
Bank Mandiri 0,11%
Keterangan: Perubahan harga saham Bank Rakyat Indonesia lebih TINGGI sebesar 1,3% dibanding dengan Jakarta Composite Index (JCI) selama tiga hari kerja setelah BI Rate diumumkan.
Pada bulan November tahun lalu, Presiden Joko Widodo menyampaikan kegemasannya kepada sektor prebankan Indonesia yang sampai saat itu belum menurunkan suku bunga kredit, padahal BI pada 11 bulan pertama tahun tersebut telah menurunkan suku bunga sebesar total 100 bps.
Jokowi, dalam pidatonya saat membuka Indonesia Banking Expo 2019 di Hotel Fairmont, Jakarta, pada tanggal 6 November, menyindir bank-bank domestik dan membandingkannya dengan keadaan di negara lain yang suku bunga kreditnya sudah lebih kompetitif.
“Negara lain sudah turun-turun-turun. Kita BI Rate sudah turun, banknya belum. Ini saya tunggu,” ujar Jokowi.
Pendekatan yang dilakukan Jokowi cenderung lembut, walaupun tetap saja ada kritik yang mengatakan Jokowi melakukan intervensi pasar.
Padahal di luar negeri, seperti Australia, pemerintahnya jelas-jelas secara keras menegur dan tegas mengawasi perbankan yang enggan menurunkan suku bunga, setelah bank sentralnya menurunkan suku bunga acuan.
Bank-bank besar di Australia baru-baru ini dilaporkan pemerintahnya ke badan persaingan usaha negara tersebut karena tidak menyesuaikan suku bunga secara penuh kepada nasabah kreditnya setelah suku bunga acuan diturunkan. Bandingkan dengan bank-bank di Indonesia yang hampir tidak sama sekali menurunkan suku bunga kreditnya.
Ketika Reserve Bank of Australia terakhir kali menurunkan suku bunganya pada tanggal 3 Maret – sebesar 25 bps menjadi 0,5% — dalam hitungan menit empat bank terbesar Australia (yang dijuluki the Big Four, yang terdiri dari Westpac Banking Corp., Commonwealth Bank of Australia, Australia & New Zealand Banking Group dan National Australia Bank) langsung menyesuaikan dengan menurunkan suku bunga yang mereka bebankan kepada nasabah kredit. Mereka kapok setelah menghadapi sikap tegas pemerintah sebelumnya.
Kinerja bank terbesar di Australia dalam tiga hari setelah pengumuman suku bunga acuan:
Emiten Underform indeks saham
Westpac -3,64%
ANZ -4,53%
Commonwealth Bank -3,72%
National Australia -5,55%
Keterangan: Perubahan harga saham Westpac lebih RENDAH sebesar -3,64% dibanding dengan indeks keseluruhan saham di bursa efek Australia selama tiga hari kerja setelah suku bunga acuan diumumkan. Dengan kata lain, Westpac underperform indeks saham Australia.
Kondisi yang longgar di Indonesia terbukti dengan data dibawah ini, yang menunjukkan bahwa bank-bank di Indonesia dari tahun ke tahun memiliki Return on Investment (ROI) tertinggi di Asia. ROE mengukur tingkat laba bersih suatu perusahaan relatif terhadap nilai modal yang disetor pemilik perusahaan.
ROE perbankan di Asia – Bank-bank dari Indonesia selalu menempati ranking tertinggi dari tahun ke tahun:
Pangsa pasar industri perbankan di Indonesia didominasi oleh bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang setiap tahunnya dituntut untuk menyetor dividen kepada pemerintah sebagai kontribusi terhadap APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Setiap bank BUMN ditagih sekian triliun rupiah setiap tahunnya sebagai kontribusi ke APBN. Alasan inilah yang banyak kalangan menilai bahwa pemerintah tidak pernah benar-benar serius untuk menegur perbankan untuk menurunkan suku bunga kreditnya, yang pada gilirannya akan menekan tingkat laba bersih.
Bila laba bersih turun, berarti dividen untuk pemerintah juga akan turun. Tapi di lain sisi, sektor riil yang dibebani dengan biaya bunga yang lebih tinggi akan mengalami penurunan laba bersih, yang berarti kemampuan mereka membayar pajak kepada pemerintah berkurang.