Analisis Saham, Saham

Bedah Saham KBLI – Bukan Sembarang Produsen Kabel PLN

Ajaib.co.id – Untuk menunjang produktivitas tentunya infrastruktur harus ditunjang oleh kelistrikan yang mumpuni. Sejak masa pemerintahan Presiden Joko Widodo yang pertama, pemerintah bercita-cita untuk membangun pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW yang terdistribusi di seluruh Indonesia dengan jaringan transmisi 45.000 km.

Proyek ini termaktub dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2017-2026. Emiten yang memperoleh berkah dari proyek raksasa ini salah satunya adalah KBLI, emiten kabel pemasok proyek PLN sejak lama.

Rencananya proyek tegangan tinggi ini akan berlangsung hingga 2026. Sayangnya dengan adanya hantaman pandemi COVID-19 maka rencana eletrifikasi seluruh penjuru Indonesia mesti diundur hingga tahun 2029 karena untuk sementara sebagian besar dana mesti dipusatkan untuk pemulihan pandemi.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkap bahwa sejauh ini realisasi baru mencapai 24% atau sebesar 8400 Megawatt. Berikut bedah saham KBLI:

Profil Emiten

PT KMI Wire and Cable didirikan pada tahun 1972 dan melakukan penawaran saham perdana di tahun 1992 dengan kode saham KBLI.

Kegiatan usaha emiten saham KBLI adalah produksi kabel kupas dan kabel bungkus serta kawat berbahan aluminium dan tembaga untuk kelistrikan, elektronik, dan telekomunikasi.

Produk utamanya meliputi kabel listrik tegangan rendah, tegangan menengah, dan tegangan tinggi. Emiten saham KBLI memproduksi berbagai jenis kabel instrumen dan kabel kontrol, seperti kabel tahan api, kabel berlapis nilon, kabel ekstensi termokopel, dan kabel aluminium padat.

Produk KBLI dijual di dalam negeri dengan merk Kabel Metal Indonesia (KMI), sedangkan di luar negeri produk KBLI dijual dengan merek Wire and Cable KMI. Perusahaan berpartisipasi dalam perdagangan komoditas tembaga dan alumunium untuk produksi kabel dan kawat, dan komponen terkait, suku cadang, aksesori dan peralatan, serta menyediakan teknologi teknik dan layanan perkabelan.

Dengan jumlah saham beredar sebanyak 4.007.235.107 lembar di harga Rp380 per saham maka kapitalisasi pasarnya adalah Rp. 1,52 T. Pemegang saham mayoritas adalah Denham Pte. LTD yang menguasai 49,47% dari jumlah saham beredar. Sisanya dimiliki oleh masyarakat.

Denham Pte Ltd adalah entitas induk dan pemegang saham utama KBLI. Ini adalah Perusahaan yang sama dengan pemegang saham utama di PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan PT Bank Ganesha Tbk (BGTG) dan PT IRC Gajah Tunggal Manufacturing. Sebagai pihak yang berelasi, KBLI memiliki transaksi khusus dengan GJTL, BGTG dan IRC Gajah Tunggal.

Usut punya usut, Denham Pte LTD adalah anak usaha dari Giti Tire, sebuah perusahaan asing yang beroperasi di China. Sedangkan pendiri dan beneficiary dari Giti Tire adalah Sjamsul Nursalim, yang terkenal akan kaitannya dengan Bank Dagang Nasional Indonesia yang menerima bantuan likuiditas BI triliunan rupiah.  

Laporan Keuangan Terakhir

Berdasarkan laporan keuangan kuartal III-2020, saham KBLI per September 2020 mencatatkan rugi bersih sebesar Rp90,66 miliar. Di periode yang sama tahun 2019, KBLI mencatatkan laba bersih sebesar Rp259,87 miliar.

Total pendapatan bersih per September 2020 adalah sebesar Rp1,328 triliun, turun 50,55 persen dari sebelumnya di periode yang sama tahun 2019, yaitu sebesar Rp2,686 triliun.

Penurunan pendapatan juga diiringi penurunan pada beban pokok pendapatan yang turun 40,87 persen menjadi Rp1,296 triliun saja. Di akhir kuartal III-2019 beban pokok pendapatan adalah sebesar Rp2,192 triliun.

Dengan demikian laba kotor di akhir kuartal III 2020 adalah sebesar Rp32,87 miliar, atau turun 93,52 persen dari sebelumnya Rp494 miliar di akhir kuartal III 2019.

Meski beban-beban lainnya juga turun nilainya, namun masih belum bisa menyelamatkan emiten dan berakhir dengan rugi bersih tahun berjalan sebesar Rp106,7 miliar di kuartal III-2020. Sebelumnya di periode yang sama tahun 2019 KBLI mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp254 miliar.

Ekuitas menyusut tipis yaitu sebanyak 4,82 persen saja menjadi Rp2,26 triliun. Yang bagus adalah tentang liabilitas yang juga menyusut 49,74 persen menjadi  Rp590,31 miliar.

Kas bersih dari aktivitas operasi adalah sebesar Rp816,34 miliar atau membaik dari sebelumnya merugi Rp40,42 miliar di kuartal III-2019.

Pendapatan menurun dibandingkan dengan sebelumnya di kuartal III-2019, adalah dikarenakan menurunnya permintaan dari pemerintah yakni dari PT Perusahaan Listrik Negara (PLN).

Sejauh ini PT PLN adalah pelanggan KBLI yang paling utama;

Tahun Total
Pendapatan
Pendapatan
dari PLN
PLN /
pendapatan
2017 Rp3,18 triliun Rp1,52 triliun 47,92%
2018 Rp4,23 triliun Rp2,43 triliun 57,42%
2019 Rp4,5 triliun Rp1,88 triliun 41,95%
Sep’20 Rp1,32 triliun Rp0,24 triliun 19%
Sep’19 Rp2,68 triliun Rp0,76 triliun 28%

Kamu bisa lihat bahwa setiap tahunnya PLN memberikan kontribusi pendapatan yang sangat signifikan kepada KBLI. Penurunan permintaan pesanan dari PLN tentu akan berdampak sangat besar kepada KBLI.

Pandemi COVID telah menyebabkan konsumsi listrik perumahan meningkat namun konsumsi listrik industri turun karena sebagian pabrik dan perusahaan tutup operasi dan memberlakukan Work From Home. Padahal pabrik dan perusahaan adalah pelanggan utama listrik PLN. Daya beli masyarakat yang menurun juga ikut berkontribusi pada seretnya kas masuk bagi banyak pabrik dan perusahaan. Akibatnya permintaan listrik belum bisa dipastikan untuk saat ini.

Sehingga proyek ini rencananya akan dinegosiasi ulang dan target 35000 Mega Watt baru akan rampung sekitar tahun 2029, dari yang semula direncanakan selesai di 2026.

Ini adalah berita jelek untuk saham KBLI karena dengan demikian permintaan dari PLN berkurang. Padahal PLN adalah kontributor utama atas pendapatan KBLI. Oleh karenanya sejauh ini per September 2020 pendapatan dari PLN baru menyumbang 19% dari total pendapatan, turun dari 28% di periode yang sama tahun 2019.

Sebagai informasi pendapatan KBLI utamanya datang di kuartal IV setiap tahunnya. Hingga kuartal III 2019 pendapatan yang dibukukan oleh PLN adalah sebesar Rp763 miliar, sedangkan di akhir tahun 2019 pendapatan yang diperoleh dari PLN adalah sebesar Rp1,88 triliun.

Artinya 60% pendapatan dari PLN tercatat dibukukan di kuartal IV. Itu artinya kita masih punya harapan bahwa di PLN masih akan berkontribusi lebih kepada pendapatan KBLI di kuartal IV 2020.

Berikut neraca KBLI per September 2020;

Dalam Miliar Rp Hingga September
2020
Hingga Desember
2019
Kas Dan Setara Kas 237 56,5
Total Aset Lancar 1922 2558
Total Aset Tidak Lancar 935,84 998,44
Total Aset 2858 3556
Liabilitas Jangka Pendek 360,5 879,3
Liabilitas Jangka Panjang 229,72 294,69
Total Liabilitas 590,3 1174
Total Ekuitas 2267,9 2382,4

Kas dan setara kas per September 2020 naik menjadi Rp237 miliar, sebelumnya hanya Rp56,6 miliar di Desember 2019. Kas dari Operasional membukukan keuntungan berkat pembayaran kepada pemasok yang rendah. Emiten rupanya melakukan pembelian tembaga dan alumunium di harga rendah dan telah menjualnya dengan harga yang baik setelah dipilin menjadi kabel.

Sebagian keuntungan kas digunakan untuk membayar kewajiban sehingga total liabilitas turun per September 2020 menjadi Rp590,3 miliar dari sebelumnya Rp1,17 triliun di Desember 2019. 

Secara kas KBLI memang laba, namun secara proyeksi sebagaimana yang tertera di bagian Laba-Rugi, KBLI merugi. 

Dalam Miliaran IDR Hingga September
2020
Hingga September
2019
Total Pendapatan 1328 2686
Total Beban Pokok
Penjualan
-1296 -2192
Laba Kotor 32,8 494
Laba Sebelum Pajak -80,6 328,24
Laba Bersih Periode
Berjalan
-106,7 254

Setelah dikurangi beban pokok penjualan, dan beban-beban lainnya emiten tercatat membukukan kerugian sebesar Rp106,7 miliar. Hal ini lantaran setelah persediaannya habis emiten melakukan pembelian ulang tembaga dan alumunium di harga yang lebih mahal dari sebelumnya sehingga beban pokok penjualan tidak dapat ditekan.

Di kas emiten laba karena itu adalah pasokan tembaga dan alumunium yang dikeluarkan saat transaksi adalah persediaan lama yang mana harganya masih lebih rendah dari yang sekarang. Kamu bisa temukan informasi ini di laporan keuangan tahun 2018-2019 dan kuartal I-2020 bagian Beban Pokok Penjualan dengan mengolah data Bahan Baku.

Naik-turunnya harga komoditas tembaga dan alumunium memang berpengaruh kepada emiten.

Rasio

Sep-20 Sep-19
ROA 46,47% 75,53%
ROE 58,56% 112,74%
DER 26,03% 49,28%
EPS -26,675 63,5
BVPS 566,975
GPM 2% 18%
NPM -8% 9%
PER -14,25 5,98
PBV 0,67

Rasio pendapatan terhadap ekuitas dan aset benar-benar tinggi. Ini adalah hal yang biasa untuk emiten yang memiliki Moat atau daya tawar tinggi.

Terdapat kenaikan harga bahan pokok sehingga marjin laba kotor turun menjadi 2% saja di September 2020, sebelumnya laba kotor di September 2019 adalah sebesar 18%.

Dipotong pajak dan beban-beban lainnya, emiten mesti menderita kerugian kali ini sehingga tidak bisa membukukan laba. PER yang minus menandakan emiten mengalami kerugian.

Dividen

Payment Date Dividen (Rp)
19 Jul 19 8
29 Jun 18 8
23 Jun 17 10
22 Jun 17 10
15 Jul 16 7
15 Jul 15 4
15 Jul 15 4
25 Jul 14 4
22 Aug 13 8

Dividen yang dibagikan cukup rutin namun nilainya kecil saja karena sebagian besar laba mesti ditahan sebagai modal ekspansi usaha. Emiten sendiri kini sedang berusaha memperluas pangsa pasar dengan menjangkau swasta dan demand dari luar negeri.

Prospek – Dominasi KBLI di Proyek Rekonduktoring PLN

Sumber pendapatan KBLI adalah berasal dari segmen tegangan tinggi (>36 kV), tegangan menengah (6 kV-36 kV) dan tegangan rendah (1 kV-5 kV). Selama ini, sebelum 2015, pendapatan terbesar diperoleh emiten dari segmen tegangan rendah sampai menengah karena PLN lebih banyak melakukan sistem kelistrikan distribusi.

Sistem kelistrikan distribusi membutuhkan tegangan rendah hingga menengah, sedangkan untuk kelistrikan transmisi yang dibutuhkan adalah tegangan tinggi.

PLN mengganti prioritasnya dari distribusi menjadi transmisi dengan melakukan rekonduktoring atau konduktor ulang karena proyek transmisi SUTET ditolak masyarakat yang tinggal di dekatnya dan terkendala masalah regulasi lahan juga. Sehingga PLN memilih untuk menggeser kabel atau konduktor lama dengan yang baru yang memiliki kapasitas daya 2x lipat lebih besar.

Transmisi membutuhkan tegangan tinggi dan karena PLN adalah pelanggan utama KBLI, oleh karena itu KBLI menyesuaikan kebutuhan dengan belanja modal kabel bawah tanah tegangan tinggi/High Voltage Under Ground Cable (HVUGC) 150 kV sejak 2015. Komisaris KBLI sejak 2015 mendukung direksi untuk memproduksi HVUGC dan membangun pabrik baru dengan menganggarkan Rp 112 miliar untuk memproduksi 15000 ton kabel aluminium bawah tanah bertegangan tinggi alias HVUGC.

HVUGC (High Voltage Under Ground Cable) alias SKTT milik KBLI spesial karena KBLI punya penunjang yang tidak dimiliki oleh perusahaan kabel lain yaitu hak paten ACCC.

Dalam tanya-jawab acara Public Expose KBLI tahun 2016 emiten mengungkap bahwa KBLI adalah salah satu perusahaan kabel yang berhasil mendapatkan paten dari CTC Cable Corporation untuk memproduksi kabel konduktor alumunium terbuka dengan nama Aluminum Conductor Composite Core (ACCC).

Di Indonesia, KBLI adalah yang pertama yang mendapatkan paten kabel ACCC. 

ACSR cable (left) and ACCC cable (right)

ACCC sejauh ini adalah kabel konduktor terbuka terbaik dalam jaringan transmisi yang dapat mentransmisi listrik dua kali lebih tinggi, lebih efisien, dan lebih tahan panas dari kabel konduktor biasa yaitu ACSR (Aluminum Conductor Steel Reinforced). 

Kabel ACCC digunakan untuk rekonduktorisasi berguna untuk sistem transmisi PLN dengan daya dua kali lipat lebih efisien. Sistem transmisi membutuhkan kabel tegangan tinggi.

Pada 2016 pendapatan dari segmen tegangan tinggi telah mengalahkan pendapatan dari segmen tegangan rendah. Dan nilai penjualan untuk HVUGC sendiri adalah Rp 68,9 miliar di 2016 sedangkan investasi untuk HVUGC adalah sebesar Rp112 miliar di tahun 2015.

Artinya sejauh ini produk kabel HVUGC berlangsung sukses karena dalam satu tahun saja penjualan sudah mencapai setengah dari modal yang dikeluarkan. HVUGC adalah prospek masa depan untuk KBLI karena hanya KBLI yang memiliki paten ACCC.

Karena memiliki paten teknologi ACCC, sehingga dalam rencana usahanya KBLI selalu menegaskan bahwa ia menguasai pangsa pasar rekonduktoring pemerintah. Berikut rencana usaha yang dikutip dari paparan publik tahun 2018, perhatikan nomor 1:

Paparan Publik PT KMI Wire and Cable 2018

Dan berikut adalah rencana usaha emiten sebagaimana dikutip dari paparan publik tahun 2019;

Paparan Publik PT KMI Wire and Cable 2019

Di 2019 emiten merasa telah menguasai proyek rekonduktoring pemerintah sehingga pangsa pasar hendak diperluas dan menjangkau permintaan dari swasta dalam penjualan kabel tegangan tinggi. 

Paparan Publik 2020

Fokus emiten yang sudah mendominasi proyek tegangan tinggi pemerintah adalah memperluas cakupan penjualan dengan menjangkau swasta. Namun di 2020 pemerintah mengalami kesulitan dan pendapatan dari PLN tidak lagi besar.

Di atas adalah porsi pendapatan Januari-Maret 2020 yang dirangkum oleh KBLI dalam paparan publik 2020.

Kamu bisa lihat bahwa penjualan tegangan tinggi saluran udara dan tanah dimasukkan ke dalam penjualan lainnya. Kabel listrik tegangan rendah kembali mendominasi pendapatan, sayangnya nilai pendapatan daro tegangan rendah terus menurun.

Hal ini karena PLN untuk sementara menghentikan proyeknya dan dilanjutkan di kuartal III 2020. Hal ini menyebabkan performa KBLI di tahun 2020 kurang ciamik.

Sejauh ini rencana usaha KBLI yang terbaru di tahun 2020 masih seputar memantapkan dominasinya di sektor rekonduktoring transmisi dan berusaha memperluas pangsa pasar. 

Kesimpulan

Prospek utama datang dari paten teknologi ACCC yang hanya dimiliki KBLI. Paten tersebut membuatnya unggul dalam mendominasi proyek rekonduktoring transmisi tegangan tinggi PLN.

Perusahaan selain emiten saham KBLI juga memiliki kabel tanah tegangan tinggi / HVUGC, namun hanya KBLI yang memiliki teknologi ACCC sejak 2010. KBLI telah berhasil mendominasi proyek rekonduktoring transmisi PLN dengan memiliki paten yang tidak dimiliki perusahaan kabel lain.

Karena itulah ROA dan ROE KBLI nilainya besar yaitu sekitar 50%, karena KBLI memiliki daya tawar tinggi. Emiten kini berupaya mengembangkan pangsa pasarnya untuk menjangkau permintaan swasta dan dari luar negeri juga.

PLN berkontribusi sangat besar, yaitu sekitar 50% dari total pendapatan KBLI setiap tahunnya. Sayangnya di tahun 2020 pemerintah mengalami kesulitan akibat pandemi dan menyebabkan fokus perhatian beralih ke percepatan pemulihan akibat pandemi COVID-19. 

Catatan: Penulis kurang paham mengenai kelistrikan, penulis hanya menganalisa dari sisi prospek bisnis berdasarkan laporan keuangan, paparan publik, dan berita seputar proyek jaringan transmisi pemerintah. Penulis tidak memiliki saham yang disebutkan.

Disclaimer: Tulisan ini berdasarkan riset dan opini pribadi. Bukan rekomendasi investasi dari Ajaib. Setiap keputusan investasi dan trading merupakan tanggung jawab masing-masing individu yang membuat keputusan tersebut. Harap berinvestasi sesuai profil risiko pribadi.

Artikel Terkait