Ajaib.co.id – Pertumbuhan jumlah investor saham di Indonesia bisa dikatakan luar biasa pesat sepanjang tahun 2020. Hanya butuh satu tahun saja, per tanggal 29 Desember 2020, jumlah investor naik mencapai 3,87 juta Single Investor Identification (SID) atau naik 56 persen dari posisi akhir 2019 lalu.
Rupanya newbie yang berbondong-bondong kebanyakan bertransaksi tanpa edukasi yang baik dan dibekali semangat tinggi untuk mencetak cuan. Sayangnya bursa bukanlah tempat yang pas untuk mereka yang gegabah.
Di bulan Januari ini viral sejumlah keluhan yang datang dari para investor pemula yang berutang sebagai modal bermain saham. Alih-alih mendapat untung, mereka nampaknya “nyangkut” di harga pucuk. Screenshot berisikan curahan hati mereka viral tersebar di media sosial Twitter dan Instagram.
Sebagai salah seorang pengamat pasar modal Desmond Wira melalui akun Twitter-nya @desmondwira juga ikut bersuara mengingatkan agar masyarakat tidak beli saham dengan utang sekalipun pasar saham sedang menguat.
“Market lagi naik terus. Apapun yang terjadi jangan berutang untuk beli saham, jangan pakai margin berlebihan, jangan pakai dana darurat,”
Desmond menyarankan untuk berinvestasi di saham menggunakan uang menganggur atau uang yang tersisa setelah memenuhi kebutuhan pokok dan cicilan lain-lain.
Sebenarnya ini bukan kali pertama ada sejumlah orang yang berani mempertaruhkan uang hasil pinjaman untuk dibelikan saham dan berakhir nahas. Inilah alasan mengapa kamu sebagai investor yang baik mesti jauh-jauh dari utang sebagai modal untuk investasi.
- Pergerakan Saham Jangka Pendek Mengaburkan Nilai Jangka Panjang
Kamu pasti tahu PT Bank Central Asia (BBCA) adalah saham berkapitalisasi nomor satu di negeri ini. Jika kamu berinvestasi 100 lot saham BBCA di tahun 2010 kamu hanya membutuhkan modal Rp27,7 juta saja. Hari ini 100 lot saham BBCA dihargai sebesar Rp345,75 juta atau naik sekitar 23,6% per tahun.
Namun data menunjukkan bahwa BBCA pernah turun sebesar 35% lebih beberapa kali dalam jangka waktu antara 2010-2021. Yaitu ketika krisis Yunani tahun 2015 dan di tahun 2018 ketika ketegangan perang dagang AS-China bermula.
Itulah contoh bagaimana ketidakjelasan pergerakan harga saham dalam jangka pendek bisa mengaburkan pertumbuhan nilai jangka panjang. Apa jadinya jika ketika kamu berutang untuk beli saham BBCA lalu seketika anjlok 35% dalam beberapa hari?
Itulah alasan mengapa seseorang tidak disarankan untuk menggunakan uang pinjaman untuk membeli saham. Hal simpel; saham memang semestinya dimiliki untuk jangka panjang.
Jika kamu mau memiliki saham hanya untuk sebentar dan menikmati selisih harga alias capital gain maka kamu perlu belajar trading dengan baik.
- Emosi yang Kacau akan Menciptakan Keputusan Trading yang Buruk
Sekalipun kamu adalah trader yang baik, utang bisa membuat emosimu kacau terutama ketika harga anjlok. Kamu bisa belajar dari kisah berutang sebagai modal trading dari Jesse Livermore.
Jesse Livermore hidup pada tahun 1877-1940, beliau merupakan salah satu legenda yang mendapat julukan “Raja Spekulan” dan “Beruang Wall Street”. Ketika pasar Wall Street melemah dalam kehancuran tahun 1907 dan 1929 Jesse menghasilkan keuntungan besar. Livermore kemudian pindah ke New York City dan melakukan trading secara serius dengan modal sendiri di Wall Street. Di sinilah ia menemukan metode perdagangan saham yang efektif dan dituliskan dalam buku “How to Trade Stocks”.
Meski sukses, Jesse juga mengalami kerugian berkali-kali. Dalam sebuah kesempatan Jesse meminjam sejumlah uang untuk memodalinya bermain saham dan instrumen keuangan lainnya. Ia setiap bulan gelisah memikirkan cicilan plus bunga utang yang mesti ia bayar. Karena seperti merasa mendapat target untuk cuan Jesse mulai trading secara sembrono. Dan di tahun 1912 ia dinyatakan bangkrut karena tidak mampu membayar utangnya sebesar 1 juta dolar.
Pada saat harga saham turun drastis, pikiran investor bisa menjadi gelisah. Makin gelisah ketika ada beban utang yang harus kamu bayarkan. Oleh karena itulah bermain saham bermodalkan utang sangat tidak disarankan.
- Tidak Ada Jaminan Harga Selalu Naik
PT Itama Ranoraya (IRRA) adalah distributor jarum suntik ADS sekali pakai yang akan digunakan untuk vaksin COVID-19. Harga penutupan IRRA di tanggal 3 Desember 2020 adalah Rp925 per lembar saham. Emiten ini melesat naik 400% hanya dalam waktu sebulan lebih seminggu saja. Di tanggal 11 Januari 2021, IRRA mencapai titik tertingginya sepanjang masa yaitu Rp3700.
Kemudian tanpa aba-aba saham IRRA turun sebanyak 30% dalam waktu enam hari saja dimulai sejak 12 Januari hingga 19 Januari. Emiten ini tersengat sentimen positif yang datang dari program distribusi vaksin nasional. Namun justru ketika penyuntikkan vaksin pertama kali dilakukan saham IRRA mulai melorot.
Para pelaku pasar rupanya sudah memproyeksikan keuntungan emiten-emiten farmasi dan alat kesehatan dari setahun lalu. Emiten-emiten seperti IRRA, KAEF dan lainnya sudah melesat dari jauh-jauh hari bahkan sebelum program distribusi vaksin dimulai. Sebenarnya curi start bukanlah hal yang jelek, namun kamu harus ingat bahwa saham bukan hanya menawarkan potensi keuntungan yang besar. Risikonya juga tidak kalah besar terutama dalam jangka pendek.
Siapa yang mengira bahwa ketika program dimulai emiten farmasi malah anjlok? Bayangkan ketika yang kamu gunakan sebagai modal adalah uang yang diperoleh dari berutang atau uang untuk kebutuhanmu sehari-hari. Ketika saham IRRA-mu anjlok, kamu sudah terlanjur nyangkut di harga pucuk dan kamu langsung terbayang kewajibanmu dalam melunasi utang sekaligus bunganya. Masalah psikologis seperti ini akan membuatmu hidup tak nyaman.
Penutup
Kamu sebaiknya, sangat disarankan, untuk hanya menggunakan uang dingin saja sebagai modalmu berinvestasi. Uang dingin adalah uang yang kamu simpan, uang yang kamu sisihkan untuk investasi setelah semua pengeluaran wajib bulananmu telah terpenuhi.
Uang dingin bukanlah uang yang berasal dari utang, bukan dana darurat, asuransi atau uang yang kamu canangkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harimu. Dengan menggunakan uang dingin saja maka keputusan yang kamu ambil bisa dipikirkan matang-matang. Dan kamu tidak dalam keadaan gelisah karena dikejar target cuan.
Jika dalam sebuah forum saham kamu menemukan kata-kata seperti “Kalau BBCA turun ke Rp15.000 gue jual rumah”, percayalah itu tidak benar-benar terjadi. Itu candaan trader atau investor jadul yang sering dilontarkan, nyatanya tidak demikian kok.