Ajaib.co.id – Investor saham harus dapat memilih perusahaan yang tepat untuk berinvestasi di tengah banyaknya emiten yang ada di bursa efek Indonesia (BEI). Tapi, bagaimana caranya? Beberapa ada yang menyarankan untuk menganalisa saham berdasarkan besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Namun perlu dicatat, sebuah perusahaan yang baik tidak hanya dilihat dari besarnya laba saja alias masih ada aspek lainnya.
Tahukah kamu, bahwa laporan laba-rugi perusahaan itu hanyalah salah satu aspek yang perlu dicermati oleh investor dalam laporan keuangan perusahaan. Masih ada banyak aspek selain laba yang perlu diperhatikan oleh investor. Apalagi, laba perusahaan dapat direkayasa untuk menciptakan kondisi keuangan yang prima, padahal bisa saja kondisi internalnya mungkin rapuh.
Kelemahan Laba Sebagai Acuan Kinerja Keuangan Perusahaan
Jika hanya melihat unsur laba saja, sebenarnya kurang memadai untuk dijadikan acuan dalam penilaian kinerja keuangan sebuah perusahaan. Ada dua alasan utama. Pertama, laporan laba-rugi tidak hanya memperhitungkan pendapatan dari hasil penjualan. Kedua, laporan laba-rugi tidak menggambarkan arus kas.
Berikut uraian selengkapnya:
Laporan laba-rugi tidak hanya memperhitungkan pendapatan dari hasil penjualan
Umumnya, orang awam berpikir kenaikan laba itu disebabkan oleh peningkatan kinerja perusahaan. Namun, sebenarnya kenaikan laba bisa jadi didorong oleh aktivitas di luar penjualan yang menggambarkan memburuknya situasi perusahaan. Aktivitas apa sajakah itu? Contohnya seperti efisiensi karyawan, penjualan aset, atau pelepasan lini produksi kepada pihak lain.
Kita patut mengkritisi kenaikan laba perusahaan dengan meninjau dari mana sumber kenaikan itu berasal. Apabila laba perusahaan benar-benar bersumber dari peningkatan kinerja, maka selayaknya penjualan (sales) mengalami peningkatan yang selaras dengan laba. Hitung juga berapa persentase kontribusi kenaikan penjualan terhadap laba, apakah mencakup sebagian besar atau justru kurang dari 50 persen?
Jangan mudah memercayai berita media massa yang menyebutkan suatu emiten mencetak kenaikan laba impresif. Unduh laporan keuangan aktual dari situs Bursa Efek Indonesia, kemudian cermati lebih lanjut rinciannya.
Laporan laba-rugi tidak menggambarkan arus kas (cashflow)
Dalam studi akuntansi di sekolah menengah, kita mengetahui bahwa laporan laba-rugi mencatat pendapatan perusahaan dikurangi biaya-biaya. Apabila hasilnya positif, berarti terjadi laba. Apabila hasilnya negatif, berarti terjadi rugi. Oleh karena itu, laba yang meningkat terus dari waktu ke waktu menandakan perusahaan cukup stabil dan profitable. Tapi, benarkah demikian?
Perhatikan dua komponen penting dalam laporan laba-rugi: pendapatan dan biaya. Dengan catatan, pendapatan dan biaya itu diterima dan dibukukan sebelum penyusunan laporan keuangan. Tapi, bagaimana jika pendapatan dan biaya itu belum diterima dan dicatat oleh kas perusahaan per tanggal pelaporan? Tentu saja pendapatan dan biaya tadi tidak akan diperhitungkan dalam laporan laba-rugi.
Ibaratnya seorang mahasiswa diam-diam membeli gadget anyar dengan meminjam uang kepada teman. Sang teman meminta pembayaran pada tanggal 20 bulan depan, sedangkan ia harus menyerahkan laporan pengeluaran kepada orang tua pada tanggal 30 bulan ini.
Biaya membeli gadget itu tidak akan masuk dalam laporannya bulan ini, karena uangnya belum keluar dari kas sang mahasiswa. Tapi jika ia tidak dapat memperoleh pemasukan tambahan untuk menutup biaya pembelian gadget itu, maka ulahnya akan ketahuan oleh orang tuanya pada bulan depan.
Pendapatan perusahaan yang belum dicatat dalam laporan saat ini akan masuk ke periode berikutnya, sehingga menghasilkan laba lebih besar. Ini tidak menjadi masalah. Namun, biaya perusahaan yang belum dicatat dalam laporan saat ini akan menjadi beban besar dalam periode berikutnya. Apalagi jika perusahaan tidak mampu meningkatkan pendapatan dalam kurun waktu tersebut.
Laporan arus kas termasuk salah satu pembanding yang perlu dicermati oleh investor. Arus kas yang lancar menjamin operasional perusahaan mulus, sedangkan arus kas yang janggal menandakan operasional perusahaan yang bermasalah. Masalah apa saja itu? Bisa jadi masalah dalam pembayaran utang, ekspansi perusahaan yang tidak seimbang dengan pemasukan kas, atau lainnya.
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Selain Menganalisa Saham berdasarkan besarnya laba
Setelah menyimak pembahasan di atas, mungkin kamu jadi makin bertanya-tanya. Jadi, bagaimana kita bisa menilai apakah laporan keuangan sebuah perusahaan itu bagus atau tidak? Berikut ini beberapa jawabannya:
- Laporan arus kas (cashflow)
Laporan arus kas yang dimaksud di sini mencakup operating cashflow (arus kas/kas bersih dari aktivitas operasi) dikurangi capital expenditure (belanja modal). Arus kas sebuah perusahaan yang bagus haruslah positif. Arus kas yang tidak stabil atau negatif secara berkepanjangan menandakan kondisi keuangan yang buruk. Untuk mempertahankan operasional dengan cashflow negatif, perusahaan akan dituntut untuk berhutang.
- Debt-to-equity ratio (DER)
Data DER perusahaan biasanya tersedia pada platform trading saham atau penyedia info saham lain. Kita juga bisa menghitungnya dengan rumus: total liabilitas dibagi ekuitas, kemudian dikalikan 100 persen. Sebuah perusahaan bagus memiliki DER yang tergolong kecil dibanding perusahaan lain dalam sektor yang sama, atau DER berada di bawah 0.8 (80 persen).
- Operating profit margin (OPM)
Sebuah perusahaan bagus selayaknya memiliki margin laba yang besar agar lebih tahan banting dalam menghadapi persaingan maupun tantangan ke depan. Bagaimana cara mengetahuinya? Data OPM dapat dihitung dengan rumus: laba usaha dibagi penjualan, kemudian dikalikan 100 persen.
Demikianlah, ada banyak sekali aspek yang patut dicermati dari laporan keuangan perusahaan di luar laba. Laba dapat dijadikan sebagai salah satu referensi. Akan tetapi, sebaiknya investor menilik aspek-aspek fundamental lain juga. Dalam laporan keuangan, investor perlu mencermati arus kas, DER, dan OPM. Di luar laporan keuangan, investor juga perlu memperhatikan rasio-rasio seperti Price-earning Ratio (PER), Price-to-Book Value (PBV), dan yield dividen yang dibukukan oleh perusahaan incaran.
Seorang investor yang bijak akan memilih perusahaan berdasarkan penilaian menyeluruh terhadap berbagai aspek, bukan hanya karena kenaikan laba saja. Jadi, jangan buru-buru bernafsu mengoleksi suatu perusahaan hanya karena peningkatan laba-nya terlihat fantastis.
Dapatkan laporan keuangan selengkapnya, kemudian cermati lagi seluk-beluk di dalamnya. Diskusikan dengan sesama rekan investor jika merasa perlu mendapatkan opini lain.