Investasi

Strategi Pasca Pandemi Corona: Berinvestasi Pada Energi

Ajaib.co.id – Sebagai investor milenial yang cermat, pasti sejauh ini kamu sudah lumayan aktif memperkaya literasi finansial dong? Setahun terakhir ini nilai setiap elemen portfolio investasi kamu sudah bergejolak lumayan dramatis terimbas berbagai drama aksi pelaku pasar yang merata di seluruh penjuru dunia.

Mulai dari perang dagang yang semakin norak, institusi gagal bayar, perang harga minyak, intervensi valuta, hingga sentimen pandemi. Panik? Tidak perlu. Strategi adalah kunci survival, termasuk juga untuk investasi.

Strategi Investasi di Tengah Sentimen Pandemi Adalah Kunci Survival Kebebasan Finansial

Dengan anjloknya IHSG di bulan ini hingga di bawah ambang batas toleransi (4.500), yaitu di kisaran 4.200-an, faktanya pasar saham Indonesia memang terkoreksi cukup dalam. Sementara di tengah gejolak ekonomi akibat ketamakan perdagangan maupun kemarahan alam seperti saat ini, volatilitas pasar pasti meningkat.

Berniat melikuidasi semua investasi saham dan reksa danamu menjadi cash? Lalu apa? Apakah cash kamu bisa bekerja mencarikan kamu pendapatan lebih dengan bunga deposito yang cuma di bawah 7% setahun? Kalau strategi ini yang kamu pilih, siap-siap kerja terus sampai jadi kakek-nenek.

Pandemi Corona boleh saja berbangga hati menjadi faktor yang paling powerful mengontrol hajat hidup orang sedunia saat ini. Tapi itu tidak akan selamanya. Habis gelap terbitlah terang.

Coba pelajari literasi tentang wabah cacar di Eropa dan Flu Spanyol di kurun waktu 200 tahun lalu. Virus ada jadwal wafatnya. Walaupun bisa berevoulusi menjadi versi selanjutnya, butuh waktu tahunan. Nah, pada periode jeda itu, alangkah ruginya kalau tidak punya investasi saham ataupun reksa dana, karena keuntungannya pasti akan sedang bugar-bugarnya.

Jadi, jika kamu termasuk investor dengan profil risiko agresif, strategi investasi yang sebaiknya kamu tempuh pada bulan ini adalah Stay in The Market, dengan memanfaatkan momen IHSG turun harga ini untuk menambah serta menyeimbangkan kembali porsi kelas aset saham di dalam portfolio yang tergerus.

Namun jika kamu investor yang berprofil risiko moderat, kamu boleh mengalihkan portfolio ke dalam kelas aset obligasi yang volatilitas dan (tentunya) keuntungannya lebih rendah dari kelas aset saham.

Strategi Pasca Pandemi Adalah Tidak Mengulang Kesalahan Pada Alam

Pandemi virus corona telah menginfeksi lebih dari 120.000 dan menewaskan lebih dari 4.200 orang hingga pertengahan Maret 2020, penyebaran virus corona atau Covid-19 faktanya adalah tragedi kemanusiaan. Sektor manufaktur global telah menderita kontraksi terparah sejak resesi 2009.

Tidak mengagetkan, perubahan mendadak ini ternyata mengarahkan kita pada kebutuhan energi rendah, yang otomatis menurunkan emisi gas rumah kaca. Hasil industri China telah anjlok 15% – 40% sejak awal pandemi, mengakibatkan sekitar 25% penurunan emisi.

Kabar buruk bagi industri, kabar baik bagi kesehatan alam. Saat ini, air kanal di Venesia menjadi jernih hingga lumba-lumba berani masuk dan berenang di dalamnya. Itu terjadi setelah parawisata Gondola mati suri gara-gara pandemi Corona.

Sayangnya, penurunan emisi yang diakibatkan keruntuhan ekonomi biasanya cuma bersifat sementara, yang bakal naik lagi saat ekonomi kembali sehat. Contohnya: paska resesi keuangan global 2008, emisi CO2 dari buangan bahan bakar fosil dan produksi semen melonjak 5,9% di 2010, jauh melampaui penurunannya yang cuma 1,4% saat resesi 2009 terjadi.

Seharusnya, setelah mengetahui bahwa pandemi ternyata mampu merobohkan ekonomi global, strategi para leaders harusnya adalah mulai mencari cara inovatif untuk menopang perekonomian negaranya agar tidak kembali jatuh ke dalam bencana polusi dan krisis perubahan iklim.

Menangani kejatuhan ekonomi jangka pendek dengan investasi jangka panjang yang buruk sebenarnya tidak masuk akal sehat, kan? Jadi, manusia sebetulnya tidak perlu terus-terusan ngotot berindustri sepanjang hidupnya agar bisa bahagia. Perlu juga mencintai alam, karena alamlah yang memungkinkan kita hidup sehat di bumi ini.

Cara pemerintah tiap negara dalam menstimulasi pertumbuhan ekonomi punya efek panjang pada kondisi alam, dan alam yang sakit akan menyakiti manusia yang mendiaminya, jadi harus dipikirkan dan dipilih dengan kehati-hatian pemikiran jangka panjang, bukannya “kejar tayang infrastruktur” yang menyebabkan polusi udara.

China yang paling tergilas virus Corona saat ini pernah mengalami kematian massal 366.000 warganya akibat polusi batubara di 2013. New Delhi di India pernah mengalami siaga kesehatan masyarakat akibat kabut asap di November 2019 yang mengakibatkan penutupan sekolah dan karantina rumah.

Potensi Sektor EBT Bagi Pemulihan Ekonomi dan Kemakmuran Jangka Panjang

Seorang insinyur bernama Florian Möllenbruck yang meraih award Werner von Boie 2019 bahkan telah mempublikasikan penemuannya berupa sintesa methanol yang mampu menangkap emisi CO2 dari pabrik-pabrik berbahan bakar gas untuk memproduksi bahan bakar sintetik dari pabrik-pabrik berbahan-bakar gas, dan kini sedang diuji-aplikasikan ke sektor transport di Mitsubishi Hitachi Power Systems! Wow!

Tindakan penanganan iklim yang tegas diperkirakan mampu mendatangkan keuntungan ekonomi global USD26 triliun net antara kini hingga 2030, dibanding cara lama yang old school, berikut 65 juta lapangan kerja baru di sektor EBT atau Energi Baru Terbarukan di 2030!

Indonesia adalah satu dari ekonomi terbesar di dunia. Pemerintah telah menetapkan skema pertumbuhan EBT, yang melampaui komitmen penanganan iklim saat ini dan akan memberikan rata-rata pertumbuhan GDP > 6% hingga 2045, termasuk lebih dari 15 juta tambahan lapangan kerja dengan upah lebih baik.

Strategi Berinvestasi Adalah Pada Sektor Rendah Emisi

Demi manfaat kemakmuran jangka panjang, infrastruktur EBT harusnya memang jadi pusat kebijakan stimulus Pemerintah dalam pemulihan ekonomi paska pandemi virus Corona.

Emiten-emiten sektor ekonomi EBT di Indonesia adalah motor kesadaran bangsa kita. Merekalah pionir yang sadar situasi, anti-old school, dan berani inovatif demi manfaat jangka panjang, bukannya cari aman lewat cuan cepat.

TGRA (PT Terregra Asia Energy Tbk.), KEEN (PT Kencana Energi Lestari Tbk.) yang bergerak di bidang Pembangkit Listrik Tenaga Air, lalu POWR (PT Cikarang Listrindo Tbk), RUIS (PT Radiant Utama Interinsco Tbk.) JSKY (PT Sky Energi Indonesia Tbk), yang bergerak di bidang produksi Solar Panel, adalah saham-saham yang sudah menunjukkan lonjakan nilai hampir 50% di akhir 2019 lalu.

So, stay in the market, tapi alihkan dukungan investasimu pada saham dan reksa dana saham yang pro EBT, agar tujuan investasimu sukses tercapai. Minimalisasi risikonya dengan investasi reksa dana yang berintegritas, fleksibel dan menguntungkan seperti Ajaib.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.

Artikel Terkait