Ajaib.co.id – Kesuksesan Louis Vuitton dan Dior tak bisa dilepaskan dari nama Bernard Arnault. Pasalnya, di tengah pandemi covid-19, kekayaannya melonjak USD8 miliar atau setara Rp112 triliun. Hal tersebut karena Louis Vuitton dan Dior.
Bernard Arnault yang memiliki nama lengkap Bernard Jean Étienne Arnault, lahir pada 5 Maret 1949 di Prancis. Ia adalah CEO LVMH Moët Hennessy Louis Vuitton, perusahaan barang mewah terbesar di dunia. LVMH memiliki lebih dari 70 jenama*.
Perusahaan dan anak perusahaan LVMH di antaranya Bulgari, Christian Dior, Guerlain, Hublot, Louis Vuitton, Marc Jacobs, Mercier, Pinarello, Sephora, dan masih banyak lagi.
Berdasarkan data Forbes.com pada 24 Oktober 2020, pria lulusan sekolah teknik École Polytechnique ini memiliki kekayaan USD124,8 miliar atau setara Rp1.761 triliun. Ia menjadi orang terkaya nomor dua di dunia setelah Jeff Bezos dan Bill Gates.
Ketika pandemi covid-19 merontokkan hampir semua industri fashion. LVMH justru memperlihatkan kebangkitannya. Pada pertengahan Oktober 2020, kekayaan Arnault bertambah USD8 miliar. Hal itu dikarenakan penjualan produk Louis Vuitton dan Dior meningkat sekaligus harga sahamnya melejit.
Penjualan Melonjak di tengah Pandemi
Sejak akhir 1980-an, Arnault piawai dalam mendongkrak bisnisnya. Bahkan tak jarang ia membuat strategi pemasaran yang kreatif sekaligus membuat skandal untuk memetik keuntungan.
Bapak lima anak ini mau menggelontorkan banyak uang untuk promosi apalagi untuk melawan Chanel dan Gucci. LVMH menerbangkan ratusan tamu setiap musim semi ke tempat mewah seperti Hotel du Cap-Eden-Roc di French Riviera atau resor La Mamounia di Marrakech (bloomberg.com, 07/05/2020). Kemewahan seperti itu telah memperkuat posisi jenama-jenama di bawah pimpinan Arnault.
Menurut para analis, jenama andalan LVMH, Louis Vuitton, memiliki margin keuntungan sebesar 45%. Selain Louis Vuitton, produk yang laris manis juga berasal dari jenama Hennessy Cognac dan Dom Pérignon Champagne.
Namun pandemi virus corona Covid-19 memaksa LVMH menutup banyak gerainya di berbagai negara. Banyak acara dibatalkan dan belanja iklan pun dipangkas. Sebagai gantinya, perusahaan memanfaatkan promosi daring sehingga penjualan daring melonjak.
Strategi Bernard Arnault
Meski industri sedang dilanda krisis, tetapi Arnault enggan melewatkan peluang untuk menambahkan aset bisnisnya. Walaupun ia tidak dikenal sebagai pemburu barang murah. Ia dan tim memiliki sejumlah strategi untuk LVMH.
Pertama, LVMH tetap berencana membuka kembali department store La Samaritaine di Paris sebagai pusat perbelanjaan bebas pajak. La Samaritaine telah direnovasi dan menghabiskan dana USD1 miliar ini kemungkinan akan dibuka pada Februari 2021.
Kedua, LVMH melanjutkan pembangunan hotel mewah Cheval Blanc di Rodeo Drive, Los Angeles, Amerika Serikat.
Ketiga, Givenchy merekrut desainer baru dan menggelar peragaan busana pada akhir September lalu, dengan menerapkan protokol kesehatan.
Keempat, LVMH mengincar pasar Tiongkok. Tak dipungkiri, LVMH sangat bergantung pada Tiongkok. Pasalnya, negara Tirai Bambu itu menyumbangkan lebih dari ⅓ penjualan barang mewah bagi perusahaan induk milik Arnault. Tiongkok juga memperlihatkan kebangkitan ekonomi saat menanggulangi pandemi.
Menurut Chief Financial Officer LVMH Jean-Jacques Guiony, jenama besar LVMH memperlihatkan pertumbuhan pembelian di Tiongkok Daratan pada April lalu. Hal itu menunjukkan orang Tiongkok kembali ke pola konsumsi sebelumnya, setelah dua bulan lockdown.
Kelima, mengoperasikan pabrik di Prancis untuk memproduksi masker pelindung dan gel pembersih tangan sebanyak 60 ton per minggu sejak Maret. Produksi aksesori dari jenama ternama juga telah dilanjutkan.
Belajar dari Kesalahan
Dalam menjalankan bisnis, Bernard Arnault juga pernah melakukan kesalahan. Ia pernah menjual perusahaan kosmetiknya terlalu dini. Karena ia tak sabar untuk memperoleh laba. Padahal perusahaan tersebut telah beroperasi selama lima tahun dan setelah itu perusahaan berjalan dengan baik.
“Ketika Anda memiliki bisnis yang tidak berkinerja baik, penting untuk lebih memahami bisnis dan bersabar. Butuh waktu bertahun-tahun di dunia jenama kreatif ini untuk membuat sesuatu berhasil,” ujarnya kepada Forbes, (26/09/2017).
Ia belajar dari kesalahannya. Saat membeli Sephora, distributor produk kecantikan itu hanya memiliki sedikit gerai. Sekarang Sephora menjadi distributor produk kecantikan bergengsi terbesar di dunia dengan penjualan hampir USD10 miliar.
“Menurut saya yang terpenting dalam bisnis adalah memposisikan diri untuk jangka panjang dan sabar. Saya harus mengendalikan diri,” lanjutnya.
Di samping itu, Arnault tetap mengutamakan kualitas, kreativitas, kewirausahaan, dan yang terpenting visi jangka panjang. Ia mencontohkan perkembangan Louis Vuitton. Selama 25 tahun terakhir, jenama mewah itu telah berkembang pesat, menjadi produk berkualitas tinggi, dan pembeliannya pun tinggi. Hal itu karena timnya memanfaatkan kehadiran internet agar produknya bisa dipasarkan ke seluruh dunia.
“Peluncuran produk sekarang harus bersifat global agar berhasil. Ketika Anda memulai sesuatu hari ini, Anda biasanya harus memulainya di seluruh dunia pada waktu yang sama agar berhasil, dan Anda dapat melihat apa yang sedang terjadi di mana saja secara instan.”
Arnault memiliki tip dalam menjalankan bisnis. Baginya, pebisnis harus sangat gigih. Ia hanya membutuhkan ide sebesar 20%, 80% sisanya adalah eksekusi.
“Saya akan mengatakan kepada anak muda yang mencoba bekerja di startup, miliki ide, tapi gigih dan lakukan dengan baik,” saran Arnault.
Jika bisnis berhasil, jangan lupa berinvestasi. Hal ini yang dilakukan oleh Bernard Arnault. Ia berinvestasi di Netflix, Blue Capital, mengambil alih saham utama Carrefour, Boo.com, dan membeli Princess Yachts Limited, dikutip dari businessoffashion.com.
Kita bisa mencontoh strategi Bernard Arnault untuk menjaga bisnis dan perputaran uangnya pada investasi. Buat kamu yang ingin investasi supaya tidak sreksa dana maupun saham, cek di Ajaib. Aplikasi ini memungkinkan kamu memilih jenis investasi sesuai dengan tujuanmu. Ajaib dan Manajer Investasi yang memiliki produk reksa dana dan saham telah memiliki izin dari OJK dan IDX.
* Jenama = merek, jenis (dilansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)).