Berita, Saham

Siap-siap Saham Anjlok Lagi – Yield US 10-year Treasury Menukik

Siap-siap saham anjlok lagi! Diperkirakan ‘badai’ berasal dari Amerika Serikat masih akan menerjang Indonesia minggu ini dengan kekuatan angin yang tidak bisa dianggap remeh. Pada penutupan Jumat minggu lalu, pasar saham di AS menghadapi tambahan tekanan ketika imbal hasil (yield) surat utang negara Paman Sam bertenor 10 tahun (US 10-year Treasury) anjlok ke level terendah dalam sejarah, 0,76%, beberapa jam sebelum penutupan pasar.

Instrumen investasi ini lazim digunakan sebagai indikator yang mempengaruhi kinerja pasar modal di AS, yang pada gilirannya kinerja pasar modal di Indonesia. Penurunan imbal hasil US 10-year Treasury terjadi di tengah sentimen negatif kekhawatiran dampak virus Corona terhadap perekonomian dunia. Jumlah kematian di AS akibat infeksi Corona meningkat setelah kasus-kasus baru muncul, dan pada pertengahan minggu lalu, California mendeklarasikan status darurat Corona. 

Pada Senin pagi waktu Indonesia, US 10-year Treasury, yang diperdagangkan 24 jam non-stop, turun lebih dalam lagi menjadi 0,536%. Indeks keseluruhan saham di Bursa Efek Indonesia, dikenal sebagai Jakarta Composite Index (JCI), memiliki korelasi positif dengan indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA).

Bila indeks DJIA naik, maka keesokan harinya JCI cenderung akan naik pula. Korelasi negatif mengindikasikan kecenderungan sebaliknya. Tambahan sentimen negatif untuk pasar saham hari ini (9 maret) adalah harga minyak mentah dunia yang mengalami penurunan terbesar sejak perang Irak 1991, mata uang Mexico (Peso) dan Afrika Selatan (Rand) yang mengalami pelemahan terbesar dalam beberapa tahun terakhir. 

Berikut grafik korelasi antara DJIA dan JCI lima tahun terakhir:

Korelasi DJIA dan JCI, Ilustrasi Artikel Ajaib: Siap-siap Saham Anjlok Lagi – Yield US 10-year Treasury Menukik

Pada penutupan Jumat lalu, DJIA turun hampir 1% setelah empat hari berturut-turut sebelumnya juga turun, mengakumulasikan total penurunan sekitar 10% hanya selama seminggu. Tambah parah pada hari Jumat, investor ‘grogi’ karena timbul tanda-tanda adanya ‘risk-off mode’ atau kecenderungan menghindari resiko (menghindari pasar saham) yang umum terjadi bersamaan dengan tindakan ‘flight to safe haven assets’ atau memindahkan aset ke instrumen investasi yang lebih aman termasuk surat utang Amerika dan emas.

Penurunan imbal hasil US 10-year Treasury mengindikasikan bahwa investor global sedang menghindari risiko. Ini selalu terjadi saat sentimen investasi global sedang anjlok, di mana manajer investasi seluruh dunia cenderung menarik dananya dari negara-negara berkembang atau disebut ‘emerging markets’ (yang dianggap memiliki resiko gagal bayar lebih tinggi) dan memindahkannya ke instrumen investasi negara-negara maju, karena dianggap lebih kecil risiko gagal bayarnya.

Kenapa US Treasury disebut sebagai safe haven? Selain diterbitkan oleh pemerintah negara dengan ekonomi terbesar di dunia, instrumen investasi ini sangat tinggi likuiditasnya (volume perdagangannya tinggi) dan diperdagangkan 24 jam. Volume perdagangan US Treasury jauh melebihi volume perdagangan saham di AS. Pergerakan imbal hasil US 10-year Treasury cukup cepat dalam tiga hari terakhir sampai Jumat lalu. Hari Kamis imbal hasilnya turun ke level sekitar 0,9%, sebelumnya hari Rabu turun ke level 1,1%.

Berikut grafik imbal hasil US 10-year Treasury lima tahun terakhir:

Imbal hasil suatu surat utang seperti US Treasury akan turun setiap kali harganya naik, dan akan naik setiap kali harganya turun (inverse relationship). Setiap penerbitan surat utang, baik oleh negara atau perusahaan, ada ketentuan pembayaran kupon yang akan diterima investor pembeli surat utang (layaknya bunga deposito yang diterima deposan dari bank). 

Sebagai contoh, jika investor A membeli surat utang XYZ senilai 1 juta rupiah, dengan ketentuan kupon 10%, maka investor A mendapat pembayaran kupon dari XYZ sejumlah 100 ribu rupiah (10% dari 1 juta rupiah) dalam satu tahun (dengan asumsi surat utang tersebut tidak dijual oleh investor A ke pihak lain).

Tapi dalam banyak kasus, surat utang diperjualbelikan dengan harga yang naik turun mengikuti hukum ‘supply and demand’. Jika banyak permintaan (demand) maka harga akan naik. Bila terlalu banyak yang menerbitkan surat utang (supply), maka harga akan turun.Jadi jika investor A menjual surat utang XYZ misalnya ke investor B pada saat pasar dalam keadaan tinggi permintaan, maka harga jualnya bisa saja naik menjadi 1,1 juta rupiah.

Investor B melakukan investasi sebesar 1,1 juta rupiah, dan akan mendapat 100 ribu rupiah dalam satu tahun (sesuai ketentuan kupon yang sebesar 10% dari face value atau nilai buku surat utang yang sebesar 1 juta rupiah). Investor B membeli pada harga di atas face value.  Pada akhirnya, imbal hasil yang dinikmati oleh investor B adalah sebesar sekitar 9% (100 ribu rupiah dibagi 1,1 juta rupiah). Artinya, seiring naiknya harga surat utang, imbal hasil menurun. Inilah yang terjadi dengan US 10-year Treasury minggu lalu.


Ajaib merupakan aplikasi investasi reksa dana online yang telah mendapat izin dari OJK, dan didukung oleh SoftBank. Investasi reksa dana bisa memiliki tingkat pengembalian hingga berkali-kali lipat dibanding dengan tabungan bank, dan merupakan instrumen investasi yang tepat bagi pemula. Bebas setor-tarik kapan saja, Ajaib memungkinkan penggunanya untuk berinvestasi sesuai dengan tujuan finansial mereka. Download Ajaib sekarang.   

Artikel Terkait